"Ketika Matamu Bicara: Memahami 153 Bahasa Tubuh Lewat Cerita" adalah buku karya Sarah dan Hajar Abdurrahman yang membawa pembaca menjelajahi dunia bahasa tubuh dengan pendekatan yang segar dan interaktif. Buku ini menyajikan lebih dari 150 kode nonverbal dalam bentuk cerita fiksi yang menghibur sekaligus edukatif.
Buku ini mengisahkan perjalanan Badar dan empat teman kuliahnya yang memiliki ketertarikan terhadap bahasa tubuh. Mereka percaya bahwa komunikasi nonverbal sering kali lebih jujur dibandingkan kata-kata yang terucap. Melalui berbagai pengalaman mereka, pembaca diajak untuk mengamati dan memahami beragam gestur yang muncul dalam interaksi sehari-hari.
Setiap bab dalam buku ini menghadirkan skenario kehidupan nyata yang dialami para tokohnya. Situasi-situasi tersebut kemudian dianalisis untuk mengungkap arti di balik sorot mata, ekspresi wajah, postur tubuh, hingga gerakan tangan. Pendekatan berbasis kisah ini membuat teori komunikasi nonverbal menjadi lebih mudah dipahami dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Keunggulan utama dari buku ini terletak pada gaya penyajiannya yang ringan namun tetap memberikan wawasan yang mendalam. Dengan menggunakan narasi yang mengalir, Sarah dan Hajar Abdurrahman menghindari metode akademis yang kaku, menjadikan buku ini lebih menarik bagi pembaca dari berbagai latar belakang. Selain itu, kehadiran ilustrasi dan diagram pendukung semakin memperjelas pemahaman mengenai bahasa tubuh.
Tidak hanya membahas bagaimana membaca ekspresi orang lain, buku ini juga mengajak pembaca untuk lebih menyadari sinyal nonverbal yang mereka sendiri tampilkan. Dengan memahami bahasa tubuh, seseorang dapat meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal dan membangun hubungan yang lebih baik dengan lingkungan sekitar.
Buku ini juga menyoroti betapa pentingnya konteks dalam menafsirkan bahasa tubuh. Penulis menegaskan bahwa satu gerakan dapat memiliki makna yang berbeda tergantung pada situasi dan individu yang terlibat. Hal ini membantu pembaca menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
Dari sisi tampilan, buku ini didesain dengan tata letak yang menarik dan mudah dinavigasi. Pemilihan font yang nyaman serta ilustrasi yang informatif membuat pengalaman membaca menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Namun, bagi mereka yang menginginkan pendekatan lebih ilmiah atau analisis mendalam tentang bahasa tubuh, buku ini mungkin belum sepenuhnya memenuhi ekspektasi. Gaya penyampaian yang lebih santai dan berbasis cerita cenderung lebih cocok bagi mereka yang ingin memahami topik ini dengan cara yang lebih kasual.
Sebagai kesimpulan, "Ketika Matamu Bicara" menawarkan perspektif segar dalam memahami komunikasi nonverbal. Sarah dan Hajar Abdurrahman berhasil menyajikan materi edukatif dengan cara yang menyenangkan, menjadikan buku ini pilihan tepat bagi siapa saja yang ingin lebih memahami makna di balik gestur manusia.
Secara keseluruhan, "Ketika Matamu Bicara" adalah bacaan yang direkomendasikan bagi siapa saja yang ingin memperdalam pemahaman tentang komunikasi nonverbal tanpa harus membaca buku akademik yang berat. Perpaduan antara cerita fiksi dan informasi praktis menjadikannya sumber belajar yang menyenangkan sekaligus bermanfaat.
Buku ini juga dapat menjadi panduan berharga bagi individu yang bekerja dalam bidang yang mengutamakan keterampilan komunikasi, seperti pendidik, tenaga pelayanan, atau manajer.
Dengan membaca buku ini, pembaca akan lebih peka terhadap isyarat nonverbal yang ada di sekitar mereka, sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan membangun koneksi sosial yang lebih baik.
Terutama bagi mereka yang berinteraksi dalam lingkungan multikultural, memahami bahasa tubuh dapat menjadi kunci untuk menghindari kesalahpahaman dan memperlancar komunikasi lintas budaya.
Identitas Buku
Judul: Ketika Matamu Bicara
Penulis: Sarah & Hajar Abdurrahman
Penerbit: Qaf
Tanggal Terbit: 3 Januari 2024
Tebal: 164 Halaman