"The Woman Who Met Herself" dibuka dengan premis unik tentang dua wanita paruh baya, Debbie dan Ruth. Debbie adalah janda berusia 62 tahun yang gemar berpetualang setelah kehilangan suaminya setahun lalu, mengetuk pintu rumah seorang wanita asing bernama Ruth yang suka rutinitas dan nyaman dengan kehidupannya.
Saat pintu terbuka, mereka saling berhadapan dan terkejut, wajah mereka sama persis, dan yang mengejutkan adalah ternyata mereka ternyata kembar identik yang terpisah. Perbedaan hidup mereka juga mencolok, Debbie berjiwa petualang, sedangkan Ruth lebih senang dengan kenyamanan rumah dan keluarga.
Setelah pertemuan mengejutkan itu, narasi bergerak mengikuti upaya mereka mengungkap rahasia masa lalu keluarga. Keduanya menjalani perjalanan emosional bersama saat misteri pemisahan mereka terkuak. Tanpa memberikan spoiler besar, pembaca akan diajak melihat bagaimana Debbie dan Ruth saling belajar, setiap pengungkapan baru membawa perubahan besar dan peluang kedua untuk kebahagiaan di usia senja.
Karakter utama, Debbie Jones dan Ruth Waverley, digambarkan sangat mendalam dan mudah disukai. Debbie, yang kehilangan suaminya dan mencari lembaran baru, digambarkan “memikirkan hidup sebagai petualangan”. Ia pindah ke kota baru dan mulai bekerja mengumpulkan sumbangan untuk badan amal kesehatan mental, berusaha menjalani hidup lebih bermakna.
Sementara itu, Ruth adalah ibu yang sudah memiliki anak dewasa, tinggal di rumah yang ia bangun bersama suaminya, meski suaminya mulai kurang memperhatikan, Ruth merasa hidupnya sudah cukup baik sampai munculnya kejutan.
Pertemuan itu memicu perkembangan karakter keduanya. Debbie dan Ruth sama-sama terguncang, lalu saling terbuka mengenai satu sama lain. Mereka berdua sama-sama ingin saling mengenal dan menjalin ikatan baru. Dalam prosesnya, mereka mengalami perjalanan batin. Debbie belajar memprioritaskan kebutuhannya sendiri dan menemukan hal baru tentang dirinya, sedangkan Ruth mulai mempertimbangkan ulang apa yang sebenarnya ia inginkan dalam hidup.
Secara tema, "The Woman Who Met Herself" menyentuh berbagai isu emosional dan reflektif. Inti ceritanya adalah identitas dan keluarga. Kedua tokoh utama menemukan bahwa mereka sama persis, yang membawa pesan penemuan jati diri yang mendalam. Novel ini banyak bicara tentang persahabatan baru, rahasia keluarga, dan pentingnya mengenal diri sendiri.
Gaya bercerita Laura Pearson di novel ini patut dipuji. Secara keseluruhan bahasa yang dipakai mengalir ringan namun kaya emosi. Pearson dikenal mampu membuat “bayangan yang hidup” dalam setiap adegan. Gaya narasi-nya juga relatif santai dan mudah diikuti. Pearson punya ciri khas menyuntikkan humor ringan dan kepolosan sehari-hari dalam dialog para karakter, sehingga kisah tetap segar meski menyentuh topik berat seperti kehilangan dan trauma.
Gaya narasi-nya juga relatif santai dan mudah diikuti. Pearson punya ciri khas menyuntikkan humor ringan dan kepolosan sehari-hari dalam dialog para karakter, sehingga kisah tetap segar meski menyentuh topik berat seperti kehilangan dan trauma.
Secara keseluruhan "The Woman Who Met Herself" meninggalkan kesan sangat positif. Novel ini digambarkan menghangatkan hati dan menginspirasi pembacanya. Dalam konteks sasaran pembaca umum yang menyukai fiksi emosional-reflektif, novel Laura Pearson ini sangat layak direkomendasikan. Ceritanya yang relatable dan puitis membuat siapa saja bisa terhanyut dalam petualangan batin Debbie dan Ruth. Ini bukan sekadar novel penghibur, melainkan cerita yang membuat kita memeriksa kembali pilihan hidup dengan penuh haru dan harapan.
Identitas Buku
Judul: The Woman Who Met Herself
Penulis: Laura Pearson
Penerbit: Boldwood Books
Tanggal Terbit: 23 Mei 2025
Tebal: 306 Halaman