Menonton Princess Mononoke rasanya seperti masuk ke dunia yang asing tapi begitu nyata—penuh makhluk mistis, hutan rimba yang hidup, dan manusia-manusia yang sedang bertarung bukan hanya melawan musuh, tapi juga melawan ambisi dan ketamakan mereka sendiri.
Ini bukan kisah dongeng anak-anak biasa, tapi mahakarya dari Hayao Miyazaki, maestro animasi Jepang, yang membawa kita pada perjalanan epik tentang konflik antara manusia dan alam.
Dirilis pada Juli 1997 di Jepang dan baru masuk bioskop Indonesia pada Agustus 2017. Princess Mononoke (Mononoke Hime) merupakan film produksi Studio Ghibli.
Film ini ditulis dan disutradarai langsung sama Hayao Miyazaki, serta menghadirkan musik menawan hasil garapan Joe Hisaishi.
Tokoh-tokohnya diisi suara oleh aktor ternama, di antaranya:
- Yoji Matsuda (Ashitaka)
- Yuriko Ishida (San)
- Yuko Tanaka (Lady Eboshi)
- Kaoru Kobayashi (Jiko-b)
- Dan masih banyak pengisi suara lainnya
Film ini juga pernah di-dubbing ke bahasa Inggris dengan skripnya dari penulis novel fantasi ternama, Neil Gaiman. Semenarik itu deh! Gimana dengan kisahnya? Sini merapat dan kepoin bareng!
Sekilas tentang Film Princess Mononoke
Kisah ini dimulai di sebuah desa terpencil milik suku Emishi, yang diserang makhluk misterius yang ternyata adalah dewa babi hutan yang telah berubah menjadi iblis karena dipenuhi kebencian dan rasa sakit.
Ashitaka, sang pangeran muda dari desa tersebut, berhasil menghentikan dewa iblis itu, tapi harus membayar mahal. Ya, lengan kanannya terkena kutukan yang memberinya kekuatan luar biasa tapi perlahan menggerogoti hidupnya.
Atas saran wanita bijak desa, Ashitaka memulai perjalanan ke barat untuk mencari obat sekaligus jawaban atas misteri kutukan tersebut.
Perjalanannya membawanya ke sebuah wilayah yang tengah dilanda konflik sengit antara manusia yang mengekspansi alam demi industri dan para makhluk hutan yang berusaha melindungi tanah mereka.
Di tengah situasi itu, Ashitaka bertemu San, gadis pemberani yang dibesarkan sama serigala putih, Moro. San dikenal sebagai Mononoke Hime atau Putri Roh-Roh, simbol perlawanan hutan terhadap kerakusan manusia.
Pertemuan mereka menjadi titik balik dalam konflik besar antara dua dunia, yakni dunia manusia yang haus kekuasaan dan dunia roh alam yang terusir dari tanah mereka.
Asli deh, ini menarik banget. Lanjut kepoin kesan-kesan filmnya ya!
Impresi Selepas Nonton Film Princess Mononoke
Sebagai penonton, aku benar-benar terkesima dengan bagaimana Miyazaki merangkai cerita ini. Bukan hanya karena visualnya yang menakjubkan—yang jelas merupakan ciri khas Studio Ghibli—tapi juga karena kedalaman tema yang diangkat.
Yes! Film ini membawa pesan yang sangat relevan, bahkan sampai hari ini, terkait bagaimana hubungan manusia dengan alam menjadi semakin timpang karena keserakahan.
Kutukan pada tubuh Ashitaka bukan sekadar elemen fantasi, tapi metafora akan dampak destruktif dari konflik dan kebencian.
Dan karakter Mononoke? Dia marah, liar, penuh luka, tapi juga lembut dan punya empati yang mendalam. Aku jatuh cinta pada dualitas dirinya yang begitu manusiawi meski dirinya dibesarkan sama serigala.
Salah satu bagian favoritku adalah saat Ashitaka masuk ke hutan dan bertemu dengan para Kodama, roh-roh pohon kecil yang lucu dan misterius. Meskipun menggemaskan, kehadiran mereka membawa atmosfer magis yang sunyi tapi sakral. Ditambah kemunculan Shishigami, dewa hutan berbentuk rusa raksasa yang bisa memberi kehidupan sekaligus mengambil nyawa, membuat dunia dalam film ini terasa benar-benar hidup.
Meskipun animasi, Film Princess Mononoke bukan tontonan ringan untuk anak kecil. Film ini mendapat rating PG-13 dari MPA karena memuat beberapa adegan kekerasan, mutilasi, serta tema yang cukup berat.
Kalau Sobat Yoursay belum pernah menontonnya, Film Princess Mononoke wajib banget masuk list tontonmu.