Film Eric LaRue membawa kita untuk menyelami kedalaman luka emosional yang jarang mendapat perhatian dalam tragedi besar, yakni mengupas kehidupan orang tua dari seorang penembak di sekolah setelah peristiwa itu terjadi.
Disutradarai Michael Shannon, merupakan debut penyutradaraan aktor terkenal. Cerita yang diadaptasi dari naskah buatan Brett Neveu ini, sebelumnya pernah dipentaskan di teater pada tahun 2002.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk, kepoin bareng!
Sekilas tentang Film Eric LaRue
Film ini fokus pada Janice (Judy Greer) dan Ron LaRue (Alexander Skarsgard), pasangan suami istri yang harus menghadapi kenyataan pahit setelah anak mereka, Eric (Nation Rag Henrikson), melakukan penembakan di sekolah dan membunuh tiga orang.
Kini Eric berada di penjara, sementara Janice dan Ron mencoba menemukan cara untuk menghadapi dan menanganinya, meski dunia luar dan orang-orang di sekitar mereka seperti terus memberi tekanan.
Janice hampir nggak keluar dari rumah, terjebak dalam rasa malu dan penolakan. Sementara itu, Ron mencari kenyamanan di gereja yang lebih ekstrem, berharap bisa menemukan kedamaian melalui ajaran agama yang keras.
Konflik dalam film ini nggak hanya terletak pada bagaimana mereka berurusan dengan tekanan, tapi juga pada bagaimana orang-orang di sekitar mereka, terutama pendeta bernama Paul Spark (Steve Calhab) yang berusaha membantu Jenice, meskipun nggak memahami beban emosional yang dirasakan.
Semenarik dan se-emosional itu deh. Sini kepoin buat yang penasaran sama kesan-kesannya.
Impresi Selepas Nonton Film Eric LaRue
Sebagai penonton yang menginginkan lebih dari sekadar hiburan, film Eric LaRue ngasih pengalaman yang menggetarkan hati.
Film ini tuh nggak berusaha buat ngasih jawaban mudah, tapi lebih ke usahanya membuka ruang introspeksi tentang bagaimana tragedi besar dapat mengubah dinamika keluarga dan masyarakat. Sejak detik pertama, film ini menggiring buat masuk ke dunia yang penuh kekosongan emosional dan rasa sakit yang nggak terucapkan.
Jujur, aku sangat terkesan dengan cara Michael Shannon menyajikan cerita ini dengan pendekatan yang tenang tapi aslinya tegang batin. Film ini juga nggak terburu-buru dalam membahas trauma yang menimpa, tapi lebih menyelami ke pikiran dan perasaan para tokoh utama.
Setiap adegan terasa terukur, penuh emosi, dan sangat mengundang penonton merasakan langsung apa yang dialami oleh Janice dan Ron. Di sini, kita nggak hanya menonton mereka berjuang dengan kenyataan pahit, tapi juga merasakan beban mereka yang begitu berat, di tengah pandangan masyarakat yang menghukum tanpa ampun.
Performa Judy Greer sebagai Janice, menurutku paling mencuri perhatian. Dia mampu menampilkan rasa sakit yang begitu dalam, menggambarkan perasaan seorang ibu yang terjebak dalam diam akibat kebingungannya tentang apa yang terjadi pada anaknya.
Janice nggak cuma menderita karena perbuatan anaknya, tapi juga karena penolakan dirinya sendiri atas kenyataan itu. Greer benar-benar menghidupkan karakternya dengan akurat dan membuatku merasa seolah-olah sedang melihat orang yang sangat dikenal dekat.
Alexander Skarsgard, di sisi lain lebih keras dengan karakter Ron, suami yang berusaha mencari pelarian dalam kepercayaan yang lebih keras. Terkadang, aku merasa dalam pencarian Ron akan kedamaian, dia justru semakin menjauh dari orang yang paling membutuhkan dukungan, yakni istrinya.
Film ini juga nggak cuma fokus pada kisah orang tua seorang penembak, Eric LaRue juga menyentuh tajuk besar lainnya: Bagaimana masyarakat menilai dan ngasih label pada mereka yang terlibat dalam tragedi semacam ini. Masyarakat cepat menghakimi, tapi nggak banyak yang mau melihat ke dalam, mencoba memahami beban emosional yang mereka bawa.
Pada akhirnya, film Eric LaRue akan membuat kita merenung, menggugat pemahaman kita tentang apa artinya menjadi orang tua dalam dunia yang penuh dengan penilaian dan tekanan. Sobat Yoursay bisa menontonnya di Prime Video.
Skor: 4/5
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS