SimpleMan dikenal sebagai penulis anonim yang populer melalui cerita-cerita horornya yang viral, contohnya seperti "KKN di Desa Penari". Kemudian ia melanjutkan kesuksesannya dengan menciptakan novel horor lainnya yang juga tak kalah populer, seperti, "semesta Trah Pitu", yang mencakup novel-novel seperti "Sewu Dino", "Janur Ireng", dan "Ranjat Kembang". Novel "Ranjat Kembang" dirilis pada 1 Februari 2021 oleh penerbit Bukune, dengan tebal 310 halaman.
"Ranjat Kembang" sendiri merupakan buku ketiga dalam "semesta Trah Pitu", yang terdiri dari lima buku. Novel ini berfungsi sebagai jembatan antara "Janur Ireng" dan "Rogot Nyowo", novel ini diciptakan untuk memperluas narasi tentang konflik antar keluarga besar yang terlibat dalam praktik santet kuno.
Novel ini terbagi menjadi tiga bagian utama, "Kembang Wijayakusuma", "Padusan Pituh", dan "Lemah Layat". Masing-masing bagian mengisahkan tokoh yang berbeda-beda. Dela Atmojo, Mira, dan Agus, tiga orang yang terlibat dalam konflik supranatural yang berkaitan dengan kutukan dan ritual kuno.
Dela Atmojo adalah tokoh utama yang menghadapi trauma masa lalu dan takdir sebagai penerus kekuatan gelap keluarganya. Mira, seorang jurnalis, dan Agus, yang terlibat dalam penyelidikan lahan angker, juga memainkan peran penting dalam mengungkap misteri yang mengikat mereka.
Novel ini mengangkat tema tentang warisan keluarga, takdir, dan konflik antara kebaikan dan kejahatan. Simbolisme seperti bunga wijayakusuma dan ritual kuno digunakan untuk memperkuat atmosfer mistis dan horor dalam cerita.
SimpleMan berhasil menciptakan atmosfer yang mencekam melalui deskripsi detail dan penggunaan bahasa yang menggugah imajinasi. Gaya penulisannya yang khas membuat pembaca merasa terlibat langsung dalam kisah yang disajikan.
Salah satu kelebihan dari novel "Ranjat Kembang" adalah kemampuannya dalam menggabungkan elemen cerita horor dengan elemen budaya lokal, seperti ritual dan kepercayaan Jawa.
Selain itu, pengembangan karakter yang mendalam membuat pembaca dapat memahami motivasi dan konflik internal yang terjadi pada setiap tokoh-tokohnya.
Namun, beberapa pembaca yang asing dengan bahasa jawa mungkin akan merasa kesulitan untuk memahami istilah-istilah lokal yang digunakan dalam novel ini, terlebih penulis tidak terlalu menjelaskan arti dari istilah-istilah tersebut dengan jelas. Selain itu, terdapat beberapa kesalahan penulisan dan perubahan kata ganti orang yang dapat membingungkan pembaca.
Novel ini menyampaikan pesan bahwa setiap tindakan yang dilakukan pastinya memiliki konsekuensinya, dan semua kekuasaan yang diperoleh melalui cara-cara gelap, juga pastinya akan membawa kehancuran.
Melalui novel ini, penulis juga mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya memahami dan menerima warisan keluarga dengan bijak.
Novel "Ranjat Kembang" memiliki keterkaitan erat dengan novel "Sewu Dino" dan "Janur Ireng", ketiga novel ini membentuk sebuah trilogi yang saling melengkapi dalam membangun semesta Trah Pitu.
Pembaca yang telah mengikuti dua novel sebelumnya akan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam terhadap konflik dan latar belakang cerita.
Kesuksesan novel "Ranjat Kembang" dan novel-novel SimpleMan lainnya telah menarik perhatian industri hiburan, dengan kemungkinan adaptasi ke dalam bentuk film atau serial yang akan memperluas jangkauan ceritanya, seperti novel-novel karyanya "Sewu Dino", dan "KKN di Desa Penari".
"Ranjat Kembang" adalah novel horor yang berhasil menggabungkan elemen mistis, budaya lokal, dan konflik keluarga dalam sebuah narasi yang kompleks dan menggugah. Bagi penggemar genre horor dan cerita dengan latar budaya Indonesia, novel ini merupakan bacaan yang layak untuk dibaca.
Identitas Buku
Judul: Ranjat Kembang
Penulis: SimpleMan
Penerbit: Bukune
Tanggal Terbit: 1 Februari 2021
Tebal: 310 Halaman
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS