Ada satu hal yang pasti kalau Sobat Yoursay tinggal di kampung padat penduduk, urusanmu bisa jadi konsumsi bersama. Dan ‘Cocote Tonggo’ yang rilis di bioskop sejak 15 Mei 2025, film terbaru besutan Sutradara Bayu Skak, menangkap dinamika itu dengan cara yang lucu, getir, sekaligus menyentuh.
Diproduksi Skak Studios berkolaborasi dengan Tobali Film, ‘Cocote Tonggo’ menghadirkan cerita yang dekat dengan keseharian masyarakat urban Jawa, khususnya yang tinggal ‘rapet-rapet’ dan selalu punya bahan obrolan soal siapa yang belum punya anak, siapa yang baru beli motor, sampai siapa yang ribut tengah malam.
Menarik, ya? Sini simak terus kisahnya!
Sekilas tentang Film Cocote Tonggo
Cerita berpusat pada pasangan Luki (Dennis Adhiswara) dan Murni (Ayushita), yang menjalani usaha jamu kesuburan. Ironisnya, walau setiap hari mereka memproduksi jamu yang dipercaya bisa mempercepat kehamilan, mereka sendiri belum juga dikaruniai anak meski sudah lama menikah. Ketiadaan buah hati itu perlahan berubah menjadi sumber cibiran dan bahan gosip para tetangga.
Di sinilah konflik muncul. Bukan dengan gebrakan besar atau ledakan dramatis, tapi lewat kalimat-kalimat tajam yang disampaikan sambil senyum, lewat lirikan mata para tetangga, dan lewat kerumunan kecil di depan warung atau teras rumah. Dan yang paling ditunggu ialah saat ada kehamilan palsu. Ups.
Sobat Yoursay rasanya sudah panas saat tahu kisah filmnya? Lalu bagaimana dengan filmnya itu sendiri? Sini merapat dan kepoin bareng!
Impresi Selepas Nonton Film Cocote Tonggo
Omong-omong, selain Dennis Adhiswara dan Ayushita yang memerankan pasangan utama, film ini juga diperkuat nama-nama yang sudah akrab di layar kaca dan panggung komedi Indonesia lho.
Ada Bayu Skak sendiri yang juga ikut berakting di film ini, serta Asri Welas, Furry Setya, Yati Pesek, Tatang Gepeng, Firza Falaza, Beni Siregar, Devina Aureel, dan Sundari Soekotjo.
Setting film juga banyak mengambil lokasi di Kampung Laweyan dan Lokananta, termasuk Karanganyar. Dan jujur saja, begitu tahu Bayu Skak duduk di kursi sutradara, ekspektasiku cukup tinggi. Apalagi semenjak dia bikin Film Yowis Ben, aku jadi tahu kalau dia jago mengolah cerita lokal jadi tontonan yang menghibur dan nggak murahan. Dan ternyata, ‘Cocote Tonggo’ lebih dari sekadar lucu-lucuan tentang tetangga kepo.
Yang bikin aku terkesan tuh terkait keseimbangan nada. Film ini tahu kapan harus membuat penonton tertawa karena absurd-nya komentar tetangga, tapi juga tahu kapan harus diam sejenak dan ngasih ruang ke penonton buat merenung. Misalnya, waktu Murni terlihat menahan tangis di balik senyum saat ditanya lagi dan lagi soal anak. Rasanya nyesek, apalagi kalau kita pernah atau sedang ada di posisi itu.
Betewe, Ayushita tampil luwes. Dialek Jawanya mungkin nggak sempurna, tapi justru usahanya itu terasa jujur dan menggemaskan. Chemistry-nya dengan Dennis juga bikin hubungan karakter Luki dan Murni terasa meyakinkan.
Dari sisi teknis, penggunaan Bahasa Jawa sebagai bahasa utama bikin film ini terasa sangat khas, biarpun masih ada campuran Indonesia. Film ini memang nggak Jawa banget, tapi salut banget buat hasil akhirnya.
Eits, jangan khawatir, buat yang nggak ngerti, ada subtitle yang cukup jelas. Pace-nya memang cenderung santai, tapi buatku, itu jadi bagian dari kenikmatan nonton film ini.
‘Cocote Tonggo’ kisahnya ibarat jamu yang pahit tapi menyehatkan. Dalam arti, film ini menggelitik, menghangatkan, dan meninggalkan jejak di hati selepas nonton.
Dan percaya deh, setelah nonton, Sobat Yoursay mungkin akan lebih hati-hati sebelum komentar ke tetangga soal ‘kapan punya anak’. Buat yang mau nonton, selamat nonton dan tertawa lepaslah!
Skor: 3,5/5