Ada rasa yang nggak mudah dijelaskan saat nonton Film My Mom Jayne, debut penyutradaraan dari Aktris Mariska Hargitay. Ini bukan sebatas film dokumenter biografis tentang Jayne Mansfield, tapi juga ikon Hollywood tahun 1950-an yang begitu terkenal berkat gaya glamornya yang memikat.
Ditayangkan di HBO sejak 27 Juni 2025, setelah perdana tayang di Cannes Classics, Festival Film Cannes, pada 17 Mei 2025.
Dokumenter berdurasi 106 menit ini membawa penonton masuk ke ruang paling sunyi dari jiwa Mariska Hargitay lho. Yang nggak cuma ngajak kita melihat sosok Jayne Mansfield dari balik glamornya, tapi juga mengungkap kekosongan dan pertanyaan yang diwariskan pada anak-anaknya ketika sang aktris meninggal dalam kecelakaan tragis pada 1967. Mariska Hargitay yang kala itu baru berusia tiga tahun, berada di dalam mobil bersama dua saudara kandungnya saat kecelakaan itu terjadi.
Jayne Mansfield, yang lahir dengan nama Vera Jayne Palmer, adalah gambaran bintang pin-up yang sempurna di mata publik. Dia berambut pirang wah, suara manja yang ikonik, dan tubuh aduhai yang nggak luput dari sorotan media. Namun, seperti yang Jayne akui sendiri dalam salah satu wawancara, semua itu adalah cara untuk mencapai tujuan. Yap, persona yang dibentuk demi bertahan dan menonjol di Hollywood yang kejam.
Ada fakta menarik, Mansfield berbakat main biola dan piano klasik, menguasai lima hingga enam bahasa, dan cerdas dalam banyak hal, dan semua itu jarang diangkat ke publik. Yang lebih dikenal? Jelas, pose-pose sensualnya, termasuk kolam renang berbentuk hati di rumahnya.
Mariska Hargitay mencoba menggali ‘siapa’ sosok ibunya yang sesungguhnya, apa yang dia rasakan, dan apa yang sebenarnya ibunya tinggalkan, selain sejarah selebritas yang dibumbui skandal dan tragedi? Bahkan detail kecil, terkait mengapa Mariska diperkenalkan sebagai ‘Maria’ di salah satu acara televisi.
Dalam dokumenter ini, Mariska mewawancarai keempat saudara kandungnya: Jayne Marie, Miklós, Zoltán, dan Tony, yang masing-masing memegang serpihan kenangan berbeda tentang ibu mereka. Namun memang, nggak ada satu pun dari mereka yang mampu ngasih potret utuh tentang siapa sebenarnya Jayne sebagai sosok ibu. Yang tersisa hanyalah fragmen-fragmen, foto lama, video arsip, dan emosi yang nggak pernah benar-benar sembuh.
Daya tarik utama dokumenter ini tuh, ada pada keberanian Mariska yang jujur soal perasaannya sendiri, termasuk rasa malu pada citra publik ibunya. Dia mengaku sempat merasa terganggu melihat penampilan dan suara sang ibu yang begitu dilebih-lebihkan. Tentu saja semua itu sangat terasa karena dirinya nggak pernah tumbuh dengan kenangan akan pelukan hangat atau nasihat bijak dari seorang ibu.
Namun, seiring waktu, pemahamannya berubah. Dokumenter ini bukan hanya jadi proses pembelajaran buat penontonnya, tapi juga bagi Mariska Hargitay sendiri. Dia mulai memahami persona Jayne bukanlah kebohongan, melainkan bentuk strategi bertahan hidup. Bukan topeng untuk menipu, tapi alat untuk menembus tembok Hollywood yang didominasi laki-laki. Jayne tahu apa yang dia lakukan, dan dia melakukannya dengan sadar.
‘My Mom Jayne’ juga nggak menghindar dari sisi kelam. Kehidupan Jayne penuh liku, dari kegagalan rumah tangga, pilihan pasangan yang buruk, hingga kematiannya yang dieksploitasi media dengan kejam. Bahkan setelah wafat, tubuh Jayne tetap dikuliti dalam narasi-narasi sensasional. Di sinilah letak kedalaman dokumenter ini!
Salut deh. Mariska Hargitay nggak mencoba membungkus kisah ibunya dengan romantisme, tapi juga nggak menjadikannya sebagai catatan kelam. Mariska menampilkan Jayne Mansfield dalam semua kompleksitasnya sebagai bintang, ibu, dan sebagai perempuan yang mencoba menemukan tempatnya di dunia.
Kalau kamu suka dokumenter yang personal dan menyentuh, Film My Mom Jayne wajib masuk watchlist kamu. Selamat nonton ya.