Di Parepare, 25 Juni 1936, lahirlah seorang anak laki-laki yang kelak namanya akan menembus langit Indonesia. Dialah Bacharuddin Jusuf Habibie.
Namun sebelum dunia memanggilnya Habibie, ia hanyalah Rudy kecil—seorang bocah penuh rasa ingin tahu, dengan sepasang mata yang berkilat menatap masa depan, meski langit Indonesia kala itu kelabu oleh perang dan keterbatasan.
Identitas Buku
- Judul: Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner
- Penulis: Gina S. Noer
- Penerbit: Bentang Pustaka
- Tahun terbit: 2015
Ketika mendengar nama B.J. Habibie, banyak orang mengingatnya sebagai sosok jenius di balik teknologi pesawat Indonesia dan presiden ketiga RI yang menghadirkan angin demokrasi.
Namun di balik kejeniusannya, ada cerita masa kecil penuh perjuangan, cinta, dan dedikasi yang jarang diketahui publik. Buku Rudy karya Gina S. Noer menyusun mozaik tentang kehidupan Bacharuddin Jusuf Habibie sebelum dunia mengenalnya sebagai B.J. Habibie.
Ini bukan sekadar kisah seorang teknokrat, tetapi juga potret seorang anak bangsa yang bermimpi besar di tengah keterbatasan Indonesia yang masih belia.
Takut “Burung Besi”, Berujung Membangun Industri Pesawat
Sedikit orang tahu bahwa ambisi Habibie membangun industri pesawat bermula dari trauma masa kecil. Di tengah Perang Dunia II, Rudy kecil sangat takut pada “burung besi” yang menebar teror dari langit.
Namun, rasa takut itu berubah menjadi obsesi: bagaimana jika Indonesia suatu hari bisa membuat pesawatnya sendiri? Obsesi inilah yang kemudian menjelma menjadi cita-cita, bukan sekadar “mimpi”.
Baginya, mimpi adalah sesuatu yang mengawang, sedangkan cita-cita adalah komitmen yang mengakar di jiwa. Kata-kata Rudy kepada dirinya sendiri menggambarkan filosofi hidupnya:
“Jangan sebut cita-cita itu mimpi. Cita-cita besar itu harus menjadi bagian dari jiwa.” (Hlm. 214)
Kehilangan yang Menempa Jiwa
Rudy kecil dikenal kritis, giat membaca, dan penuh rasa ingin tahu. Ayahnya menjadi mentor pertamanya, mengajarkan filosofi hidup untuk menjadi “mata air” yang terus memberi manfaat. Namun cobaan besar datang ketika sang ayah meninggal dunia.
Saat itulah sang ibu, R.A. Tuti Marini, menjadi sosok penting yang menopang impian Rudy. Dengan pengorbanan besar, ia membiayai pendidikan Rudy hingga ke Jerman, agar anaknya kelak menjadi kebanggaan bangsa.
Di tengah perjuangan, Rudy juga mengalami kegagalan dan patah hati. Ada kisah cinta yang tidak terbalas sebelum ia bertemu Hasri Ainun Besari, perempuan yang kemudian menjadi cinta sejati sekaligus pendamping hidupnya dalam setiap langkah.
Dari Rudy ke Habibie: Kejeniusan yang Diakui Dunia
Di Jerman, Rudy berkembang menjadi sosok visioner. Dunia teknologi mencatat namanya sebagai Mr. Crack, berkat Theory of Habibie yang mampu menghitung keretakan pesawat hingga ke tingkat atom—sebuah pencapaian luar biasa yang membuat banyak orang takjub.
Di Indonesia, beliau dijuluki Bapak Teknologi karena perannya dalam mengembangkan industri penerbangan nasional. Meski temuannya yang jenius dan bermacam gebrakan yang beliau lakukan, beliau tetap ogah dipanggil jenius.
Beliau lebih suka disebut sebagai, "pekerja keras yang setia. Setia pada cita-citanya. Setia pada cintanya."
Dan cintanya itu bukan hanya pada ilmu pengetahuan, tetapi juga pada tanah air yang jauh di mata, namun selalu dekat di hatinya—Indonesia.
Sebagai presiden, Habibie juga mewariskan semangat demokrasi. Ia membuka kran kebebasan pers dan menghadirkan UU yang lebih inklusif bagi rakyat.
Kepemimpinan yang Berbasis Keahlian dan Keteladanan
Kepemimpinan Habibie dibangun dari dua fondasi penting:
- Expert Power (Kekuasaan karena Keahlian)
Habibie bukan hanya seorang politisi, tetapi juga teknokrat dengan otoritas ilmu. Dari teknologi hingga kebijakan negara, keputusannya selalu berbasis pengetahuan mendalam.
- Referent Power (Kekuasaan karena Teladan)
Habibie dikenal sebagai pemimpin religius, rendah hati, dan penuh dedikasi. Di Jerman, ia juga dihormati karena kontribusinya pada teknologi.
Cita-Cita, Cinta, dan Dedikasi untuk Negeri
Cerita Rudy adalah tentang setia: setia pada ilmu, setia pada cita-cita, dan setia pada cinta. Cinta Habibie pada Ainun bahkan diabadikan dalam film Habibie & Ainun. Di balik kejeniusan intelektualnya, Habibie adalah suami penuh kasih yang selalu memuliakan pasangan hidupnya.
Buku "Rudy" bukan hanya biografi, tapi pelajaran tentang mimpi yang dipelihara dengan kerja keras, keikhlasan, dan cinta. Ini adalah kisah anak bangsa yang berani menantang keterbatasan zaman demi membawa Indonesia terbang tinggi.
Dan buku ini bukan karangan fiktif belaka. Sosok BJ Habibie itu nyata dan menjadi sebuah masa emas Indonesia. Sosok presiden ketiga dan ilmuwan yang luar biasa. Gambaran ketika orang kompeten memegang jabatan.
Sosoknya menjadi bukti dan saksi abadi tentang bagaimana pendidikan menyentuh nurani dan menjadi prioritas. Bukan sekadar nilai dalam rapot, tapi pendidikan karakter yang tertanam seiring dengan ambisi yang gigih dan jujur.