Film Kitab Sijjin & Illiyyin (2025) adalah karya horor terbaru dari Rapi Films yang disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu, sutradara yang udah terkenal lewat Pemandi Jenazah dan Sijjin (2023).
Film ini resmi tayang di bioskop Indonesia mulai 17 Juli 2025, dan langsung mencuri perhatian karena perpaduan horor religi, drama keluarga, dan teror psikologis yang bikin penonton nggak bisa duduk tenang.
Dengan durasi 1 jam 39 menit, film ini menghadirkan cerita yang intens, visual yang mencekam, dan akting yang solid dari para pemainnya. Yuk, kita ulas bareng apa sih yang bikin film ini spesial!
Film ini berpusat pada Yuli (Yunita Siregar), seorang gadis yang awalnya digambarkan polos dan tulus, tapi hidupnya berubah tragis setelah kehilangan rumah dan kedua orang tua. Dia tinggal bersama keluarga ibu tirinya, Ambar (Djenar Maesa Ayu), yang memperlakukannya seperti pembantu.
Nggak cuma itu, Yuli juga dicap sebagai anak selingkuhan, dihina, dan diabaikan oleh anggota keluarga lain seperti Laras (Dinda Kanya Dewi), Rudi (Tarra Budiman), dan Dean (Sulthan Hamonangan). Satu-satunya yang agak baik adalah Tika (Kawai Labiba), tapi dia nggak punya kuasa untuk membantu Yuli.
Dendam yang membuncah di hati Yuli mendorongnya mencari bantuan dukun untuk menyantet keluarga Ambar. Ritualnya nggak main-main: Yuli harus memasukkan nama-nama target ke dalam mayat segar dalam waktu seminggu. Kalau gagal, dia sendiri yang bakal jadi korban ilmu hitam itu.
Cerita ini diambil dari konsep dua kitab dalam ajaran Islam, Sijjin (catatan amal buruk) dan Illiyyin (catatan amal baik), yang jadi simbol dualitas kebaikan dan kejahatan. Alur ceritanya runtut, nggak bikin bingung, dan berhasil menyeimbangkan elemen horor dengan drama keluarga yang bikin aku ikut merasakan luka batin Yuli.
Ulasan Film Kitab Sijjin & Illiyyin

Apa yang bikin Kitab Sijjin & Illiyyin berbeda dari film horor lokal lainnya? Pertama, pendekatan horornya nggak cuma mengandalkan jumpscare, tapi juga atmosfer mencekam dan teror psikologis.
Adegan-adegan berdarah-darah alias gore di film ini dikemas dengan sinematografi yang gelap dan intens, bikin bulu kuduk berdiri tanpa perlu efek berlebihan. Misalnya, ritual santet yang melibatkan mayat segar benar-benar bikin ngeri, apalagi ditambah scoring musik yang bikin jantungan.
Sutradara Hadrah Daeng Ratu berhasil mengeksplorasi budaya lokal Indonesia dengan nuansa religi yang kuat. Dia nggak cuma mau bikin takut, tapi juga ngajak penonton mikir tentang konsekuensi dendam dan kejahatan.
Hadrah bilang sendiri, inspirasi cerita ini datang dari ayat Al-Qur’an tentang Sijjin dan Illiyyin, yang bikin film ini punya kedalaman spiritual. Nggak heran kalau film ini terasa lebih “membumi” dibandingkan horor ala Barat.
Yunita Siregar sebagai Yuli benar-benar mencuri perhatian. Perubahan karakternya dari gadis polos jadi penuh dendam dieksekusi dengan apik. Dia berhasil bikin aku simpati sekaligus takut dengan keputusan ekstrem yang diambil Yuli.
Djenar Maesa Ayu sebagai Ambar juga nggak kalah memukau, bikin kita benci tapi juga penasaran dengan motivasi karakternya. Kawai Labiba sebagai Tika membawa nuansa humanis, sementara Sulthan Hamonangan sebagai Dean bikin gemes dengan kenakalannya yang bikin cerita makin hidup.
Kelebihan film ini ada pada alur cerita yang rapi, akting yang kuat, dan pendekatan horor yang nggak cuma jual ketakutan tapi juga emosi. Visualnya, mulai dari rumah tua sampai adegan ritual, bikin suasana makin creepy.
Selain itu, pesan moral tentang kebaikan dan kejahatan yang dikaitkan dengan Sijjin dan Illiyyin bikin film ini punya makna lebih dalam. Distribusi internasional oleh Barunson E&A (produser Parasite) juga jadi bukti kalau kualitas film ini diakui dunia.
Tapi, ada beberapa kekurangan. Jujur sih ceritanya agak monoton dan mudah ditebak, terutama kalau kamu udah nonton Sijjin (2023). Meski ini sekuel, alurnya kadang terasa mirip, jadi kurang ada kejutan besar. Selain itu, beberapa adegan terasa sedikit dipanjang-panjangkan, yang bikin tempo agak melambat di tengah film.
Respons di beberapa media sosial cukup beragam. Ada yang kasih rating 9/10 karena kagum sama akting dan atmosfer horornya, tapi ada juga yang kasih 3/5 karena ceritanya terasa datar.
Secara keseluruhan, film ini dipuji karena produksi yang rapi dan elemen gore yang oke. Banyak yang bilang ini salah satu horor lokal terbaik di 2025, meski nggak sepenuhnya sempurna.
Kitab Sijjin & Illiyyin adalah paket horor yang solid buat kamu yang suka cerita mencekam dengan bumbu drama keluarga dan sentuhan religi. Film ini berhasil menghadirkan teror yang intens tanpa melupakan emosi dan pesan moral.
Buat penggemar horor lokal, ini wajib ditonton, apalagi kalau kamu suka film yang nggak cuma bikin takut tapi juga bikin mikir. Tapi, kalau kamu mengharapkan plot twist yang bikin shock, mungkin akan sedikit kecewa karena alurnya agak gampang ditebak.
Jadi, siap merinding di bioskop? Film ini bukan cuma soal santet dan hantu, tapi juga tentang luka batin dan konsekuensi dari dendam. Dengan rating 8.5/10 di IMDb, Kitab Sijjin & Illiyyin layak jadi salah satu horor lokal yang patut diapresiasi. Yuk, buruan cek jadwal bioskop terdekat dan rasain sendiri kengeriannya!
Oh iya, kalau kamu takut nonton sendirian, ajak teman, ya! Apalagi kalau jadwalnya malam hari, parkiran bioskop bisa bikin deg-degan sendiri sih, Sobat Yoursay.