Novel Mari Pergi Lebih Jauh: Petualangan Absurd Mi, Ma, dan Mo yang Lucu

Ayu Nabila | Ardina Praf
Novel Mari Pergi Lebih Jauh: Petualangan Absurd Mi, Ma, dan Mo yang Lucu
Novel Mari Pergi Lebih Jauh (goodreads.com)

Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie kembali menghadirkan dunia yang tidak biasa, melalui sekuel Mari Pergi Lebih Jauh.

Novel ini melanjutkan petualangan Mi, Ma, dan Mo setelah berhasil kabur dari Kota Terapung Kucing Luar Biasa.

Jika di buku pertama kita dibuat terpukau oleh kekacauan dunia yang penuh absurditas, maka di buku ini Ziggy meningkatkan banyak hal.

Ceritanya lebih gila, lebih jenaka, tapi juga lebih menyentuh secara sosial dan emosional.

Kali ini, mereka punya misi baru: menyelamatkan dua tetangga mereka, Fufu, pasien rumah sakit jiwa GPKA OSM-D (yang namanya saja sudah cukup membuat dahi berkerut sekaligus ngakak), dan Fifi yang nasibnya tragis ditangkap oleh para Kucing Luar Biasa.

Dalam upaya mereka, hadir sosok baru, yaitu Petronella, seorang anak tangguh sekaligus Kepala Segala Bidang di Pelikan Pos layanan pengiriman paling absurd dan imajinatif yang bisa kamu bayangkan.

Petualangan mereka bukan hanya lucu dan menegangkan, tapi juga dibumbui komentar sosial yang mengena. Ziggy memang jagonya menyampaikan kritik dengan cara yang nyeleneh tapi mengena.

Dalam novel ini, kalian juga akan menemukan kritik tentang peran orang dewasa sebagai orang tua yang terselip di dalamnya.

Mereka yang hadir secara fisik namun abai secara emosional, yang memutuskan memiliki anak tanpa kesiapan, atau tak benar-benar mau meluangkan waktu untuk mendengar suara hati anak-anak mereka.

Tema seperti ini, kalau ditulis dengan gaya serius mungkin akan terdengar berat.

Tapi Ziggy menampilkannya lewat metafora, karakter nyeleneh, dan cerita anak-anak yang justru terasa lebih jujur dan menyentuh.

Lebih dari itu, Mari Pergi Lebih Jauh juga menyinggung isu pembungkaman suara, yang diam-diam terasa sangat relevan.

Di tengah dunia fiksi yang aneh dan penuh kejutan ini, terselip refleksi tentang demokrasi yang kian rapuh. Disini, Ziggy berhasil menyampaikan bahwa suara anak-anak itu sangatlah kuat dan perlu di dengar.

Gaya bahasa Ziggy? Tidak perlu diragukan. Ia tetap bermain-main dengan diksi, menciptakan nama-nama karakter yang bikin pembaca tersenyum geli sekaligus berpikir dua kali.

Salah satunya adalah ketika Mo menggunakan nama pena "Moma Rah" saat ikut konferensi yang ternyata menyimpan permainan kata khas Ziggy.

Catatan kaki pada ada novel ini juga sangat lucu dan menghibur. Walaupun terlihat sepele, tapi banyak sekali menyimpan sindirian yang cukup tajam. Tak jarang, justru bagian ini yang membuat pembaca terpingkal sekaligus tercenung.

Satu hal yang patut diapresiasi adalah world-building yang konsisten dan imajinatif. Kota Suara, Kota Terapung, Pelikan Pos. Semuanya terasa nyata walau jelas-jelas fiksi.

Ziggy menciptakan dunia yang terasa familiar, tapi juga seperti mimpi yang terlalu absurd untuk dijelaskan. Meski semua tokoh dan tempat tampak mengada-ada, banyak situasi dan kejadian yang justru sangat mencerminkan kenyataan.

Misalnya, saat digambarkan bahwa untuk membebaskan seseorang dari penjara, kamu butuh uang, pengacara, atau setidaknya utas viral. Real banget, kan?

Novel ini memang cerita untuk anak-anak, tapi jangan tertipu. Justru lewat sudut pandang anak-anaklah, Ziggy menyampaikan isu-isu serius dengan cara yang lebih jujur dan menyentuh.

Ia tidak menggurui, tidak memaksa pembaca memahami sesuatu secara eksplisit, tapi membiarkan kita menyelam ke dunia yang tampak lucu dan ringan, tapi sesungguhnya sangat dalam.

Secara keseluruhan, Mari Pergi Lebih Jauh adalah novel yang unik, kaya imajinasi, dan sangat layak untuk dinikmati siapa pun yang rindu akan cerita penuh kejutan, tawa, sekaligus renungan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak