Pendidikan di pelosok negeri sering kali dihadapkan pada realita keterbatasan. Baik sumber daya, infrastruktur, hingga kepercayaan masyarakat. Namun kisah sukses Dr. Najmah, M.Pd. dalam buku "Strategi Najmah, Seni Membangun Madrasah Berbasis Ikhlas" membalikkan persepsi ini secara revolusioner.
Buku ini bukan sekadar catatan keberhasilan seorang kepala madrasah, melainkan pelajaran kepemimpinan, manajemen, dan perjuangan yang menyentuh sisi kemanusiaan dan religiositas.
Identitas Buku
- Judul: Strategi Najmah, Seni Membangun Madrasah Berbasis Ikhlas
- Penulis: Dr. Najmah, M.Pd.
- Editor: Purwanto
- Penerbit: MATSNUEPA
- Tahun terbit: 2016
- Tebal: 222 halaman
Di saat kurikulum nasional belum menerapkan sistem sekolah full day School, MTS NU Pakis sudah jauh lebih dulu menerapkannya kepada para murid. Namun implementasinya jauh lebih berhasil dibandingkan sekolah lain.
Hal ini juga karena Najmah selaku kepala sekolah, melakukan kajian dan riset totalitas sebelum menerapkan dan membawa program-program inovatif ke sekolah ini. Mulai dari studi banding ke sekolah bertaraf internasional, ke luar negeri secara langsung untuk melihat bagaimana program itu dirancang dan dijalankan, hingga membawa serta para guru untuk belajar dan ikut tumbuh bersama sebelum siap mengajarkannya pada para siswa.
Sebuah Seni Membangun Madrasah dari Nol
Pada 1997, Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama (MTs NU) Pakis hanyalah madrasah “buangan” di Desa Bunut Wetan, Malang. Dari 55 siswa yang mengikuti Ujian Nasional, hanya delapan yang lulus.
Gedung madrasah harus bergantian dengan madrasah ibtidaiyah, keuangan morat-marit, dan citra madrasah begitu buruk. Di saat krisis itulah, Najmah ditunjuk menjadi kepala madrasah. Reaksinya: menangis selama tiga bulan. Namun, tangisan itu bukan akhir, melainkan titik balik.
Najmah mulai melakukan diagnosis organisasi. Ia mencermati kebiasaan guru, kondisi fisik sekolah, hingga budaya madrasah. Hal-hal sepele seperti toilet bau dan guru merokok di ruang kelas ia ubah. Warna hijau khas NU bahkan diganti agar semangat reformasi terasa menyeluruh. Dengan latar belakang Pramuka dan keteguhan hati, ia membangun disiplin, semangat, dan rasa percaya diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler yang digarap serius: Pramuka dan Drumband.
Perubahan tak hanya terjadi secara kultural, namun juga struktural. Pada 2008, MTs NU Pakis terpilih menjadi salah satu dari 500 madrasah penerima program Madrasah Education Development Project (MEDP) dari Asian Development Bank. Bantuan sebesar Rp1,2 miliar menjadi ujian profesionalisme. Najmah membuktikan kapabilitasnya dengan membeli tanah untuk keperluan pembangunan, tanpa kas madrasah—hanya bermodalkan gotong royong.
Prestasi itu Menular dari Pribadi yang Tekun
Empat tahun berselang, MTs NU Pakis menjelma menjadi lembaga pendidikan unggulan. Lulus UN mencapai 100%, ratusan piala lomba non-akademik berhasil diboyong, hingga predikat Excellent sebagai madrasah terbaik penerima MEDP berhasil diraih. Bonus Rp1 miliar digunakan secara bijak: membangun mushola dan membiayai pendidikan para guru.
Prestasi pribadi Najmah tak kalah mencengangkan. Ia meraih gelar doktor dari Universitas Negeri Malang pada 2017, dinobatkan sebagai Kepala Madrasah Berprestasi Nasional tahun 2012, dan dipercaya menjadi tim penyusun modul nasional untuk peningkatan kualitas kepala madrasah se-Indonesia melalui program kerja sama Indonesia-Australia (AEPI).
Kunci keberhasilan Najmah adalah kepemimpinan visioner, keberanian mendobrak budaya lama, dan keberpihakan kepada nilai integritas. Di tengah kondisi madrasah yang minim sumber daya, ia tidak menyerah pada keadaan. Sebaliknya, ia memanfaatkan krisis sebagai momentum reformasi. Ia menyadari bahwa transformasi pendidikan tidak bisa setengah-setengah: harus menyentuh manajemen, budaya, keuangan, dan spiritualitas sekaligus.
Kenapa Buku ini Harus Dibaca?
Buku ini tak hanya wajib dibaca oleh para pendidik atau kepala sekolah, tapi juga oleh siapa saja yang ingin belajar tentang change management di akar rumput. Sebab kisah Dr. Najmah membuktikan, pendidikan tidak melulu soal fasilitas, tapi tentang siapa yang memimpin dan sejauh mana ia bersedia berjuang.
Dalam bahasa yang lugas dan naratif, Strategi Najmah memberikan inspirasi bahwa madrasah—yang sering diremehkan—bisa jadi garda terdepan dalam membentuk generasi unggul, asalkan dipimpin oleh orang-orang tangguh, jujur, dan konsisten seperti Najmah.