Aruna baru saja menekan ENTER di laptopnya. Matanya nanar memandang layar laptop. Dia baru saja menyelesaikan draf terakhir sinetron stripping berjudul Rayuan Bidadara. Dia berteriak girang karena hari ini terakhir dia berada di apartemen tempatnya mengerjakan tugas sebagai asisten penulis skenario selama lima bulan terakhir.
Dia pamit pada ketua penulis. Miss headwriter yang perawan tua itu, Ms Heidi, menahannya sebisa mungkin. Intinya, dia tak mau ditinggal sendiri di apartemen itu. Dia tinggal seorang diri di Jakarta. Aruna enak bisa pulang ke rumahnya yang ramai dengan ayah, ibu, adik bungsu yang masih bayi, dan kakak laki-laki. Padahal Runa sendiri malas dengan keluarganya.
Runa pun disuruh memasukkan iklan-iklan di beberapa adegan. Runa kesal sekali karena dia sudah lelah dan bosan tinggal di apartemen itu. Meskipun semua kebutuhan ditanggung perusahaan film, Runa bekerja lagi dengan laptopnya sambil diawasi Ms Heidi. Runa kasih draf contoh adegan yang sudah direvisi beberapa kali ke Ms Heidi. Ms Heidi iya-iya saja.
Begitu di lokasi syuting, semuanya berantakan. Runa kasih adegan minum minuman soda dalam kaleng yang dipegang sang pemain pria usai mengejar jambret. Sewaktu kalengnya dibuka, sodanya menyembur ke wajah pemain karena sodanya telanjur terguncang saat lari. Sementara, Runa ngotot tak mau mengganti adegan yang sesuai. Dia sudah lelah.
Aktor muda 18 tahun itu, Andra, kesal dengan Runa. Gara-gara dia, Andra jadi batal nge-date dengan gebetan barunya. Di lokasi syuting lain, Runa kasih adegan pakai lipstik di atas bajaj. Iklan lipstik berwarna merah cabai itu dipesankan produser harus terlihat dramatis.
Si aktris cewek pakai lipstik saat bajaj bergetar. Di script, lipstiknya tidak boleh berantakan di bibir. Tapi, kenyataannya sulit pakai lipstik di atas bajaj yang lagi jalan. Lalu, Rianda, aktris wanita yang baru suntik filler membesarkan bibir atas itu emosi. Jadilah take berkali-kali. Rianda mendatangi Runa untuk komplain soal adegan tadi.
Runa minta maaf berkali-kali. Rianda marah-marah dengan bilang kalau suntik bibirnya mahal berkali-kali lipat dari gaji Runa sebagai script writer. Runa mengepalkan tangan. Emosinya sudah tak terbendung lagi. Ada segelas kopi sisa di baki di atas meja. Rianda juga nyerocos kalau make up-nya hari ini tuh harga sejuta, belum wardrobe-nya punya pribadi.
Runa yang tersinggung sudah siap mengambil gelas, tapi Rianda lebih cepat. Wajah Runa kini basah oleh kopi yang disiramkan Rianda. Rianda tertawa puas sambil berlalu pergi. Runa teriak kesal. Dia telepon Ms Heidi minta izin untuk pulang sekarang karena sudah tak tahan. Ms Heidi bilang tidak bisa. Produser minta segera iklannya disyutingkan.
Ms Heidi maksa suruh Runa datang ke dua lokasi syuting lagi. Kalau tak mau, fee terakhir Runa akan dipotong. Runa terpaksa jalan. Kali ini lokasinya di pasar. Iklan sepatu boot yang tahan becek dan antiselip.
Karena yang memerankannya aktor extras, Runa harus bantu acting coach yang sudah malas membimbing untuk kasih tahu cara beradegan dengan boot sesuai pesanan produsernya itu. Runa memakai boots lalu mulai berlari kecil di hadapan si extras. Setelah itu, Runa mengayunkan kaki kanannya tinggi-tinggi tuk menunjukkan merek boots-nya. Boots yang kebesaran terlepas dari kakinya.
Boots pun terlempar ke udara dan mengenai Andra yang lewat. Hidung Andra sampai berdarah. Andra yang takut darah pingsan di tempat. Sampai di rumah sakit, Andra langsung ditangani dokter. Runa ditelepon oleh Ms Heidi untuk segera datang ke lokasi selanjutnya sebelum sore. Runa ceritakan semuanya yang terjadi. Waktunya sudah mepet, Runa harus berangkat ke lokasi.
Syuting di lokasi terakhir berhasil. Runa lega karena iklan sayuran organik cocok diperankan oleh aktor senior. Runa pikir dia tidak salah-salah amat membuat adegan aneh-aneh. Semua bisa berhasil kalau aktornya punya jam terbang tinggi. Ketika Runa hendak kembali ke apartemen, dia baru ingat soal Andra. Dia segera bawa mobilnya ke rumah sakit. Andra akhirnya siuman.
Pas dia membuka mata dan melihat wajah Aruna, Andra langsung histeris sambil memegangi hidungnya yang diperban. Runa segera meminta maaf setelah Andra tenang. Andra bilang Runa ada masalah apa dengan wajahnya. Apa mau merusak wajahnya, image gantengnya? Kok dari tadi mencelakai area wajah terus pakai soda, pakai boots juga. Aruna bingung mesti jawab apa.
Karena hidungnya patah, Andra tidak bisa melanjutkan syuting. Alur cerita juga tidak bisa diubah begitu saja mengingat sinetronnya lagi naik ratingnya. Penonton pasti kecewa. Itu alasan Ms Heidi sebagai headwriter. Padahal kalau dia mau berusaha sedikit tuk membuat Andra syuting dengan hidung diperban sebetulnya bisa.
Ms Heidi dendam pada Andra yang kurang disiplin, banyak maunya, dan sombong terhadap penulis. Jadi, dia mau bikin jera Andra. Tapi, yang jadi kambing hitamnya malah Aruna. Andra mengecam Aruna yang sudah membuat dia tak bisa syuting hingga rugi ratusan juta rupiah. Aruna berusaha membujuk Ms Heidi supaya Andra bisa syuting lagi. Tapi bujukannya tak mempan.
Di sisi lain, lawan main Andra, Rianda, ambil kesempatan mendekati Heidi tuk mengajukan pacarnya sebagai pengganti Andra sementara di sinetron ini. Heidi setuju memakai Rocky, pacar Rianda. Rocky berperan sebagai sahabat Andra yang berusaha merayu Rianda di saat Andra sedang berada di luar kota untuk tugas kuliah.
Untuk menebus kesalahannya, Runa harus pindah ke rumah Andra. Dia akan bertugas merawat Andra dan membantu dia mengerjakan tugas kuliah selama sakit. Runa terpaksa bohong sama keluarganya. Dia bilang kontraknya sama PH diperpanjang. Runa membawa dua koper besarnya ke rumah Andra yang luasnya seluas lapangan golf. Masuknya saja pakai lift.
(FLASHBACK)
Runa takut naik lift. Waktu remaja dia pernah naik lift di mal terus lift-nya mati mendadak. Dia terperangkap di dalam lift selama lima jam bersama seorang anak laki-laki usia SMU saat itu. Anak laki-laki itu terlihat tenang dan dewasa. Dia berusaha menenangkan Runa mendengarkan lagu kesukaannya di HP. Lagu yang terputar saat itu dari Potret – Bagaikan Langit.
Runa yang terpisah dari ibunya sewaktu belanja berniat menyusul ibunya di lantai lima. Sedangkan si anak laki-laki yang punya tompel besar di punggung tangan kanan itu habis beli kado ulang tahun untuk adiknya seorang diri. Begitu lagu habis, Runa kembali teriak histeris. Dia membayangkan lift akan turun mendadak lalu semuanya berguncang.
Tak lama kemudian, lift berguncang sungguhan. Runa histeris menarik lengan laki-laki itu dan lama-kelamaan Runa menggigit punggung tangan bertompelnya. Sekarang si laki-laki yang teriak kesakitan. Runa segera minta maaf. Seketika pintu lift terbuka. Mereka disambut haru orang-orang yang menunggu di luar.
Runa segera menghampiri ibunya tanpa sempat berterima kasih pada anak laki-laki itu. Aruna janji kalau bertemu lagi sama kakak itu, dia akan bilang makasih dan mewujudkan apa pun keinginannya sebisanya. Dan tujuh tahun pun berlalu. Mereka bertemu kembali.
(KEMBALI KE DEPAN LIFT RUMAH ANDRA)
Setelah tanya ke satpam di lantai berapa Andra menunggu, Runa berlari ke tangga darurat. Dia sampai agak lama. Andra naik pitam. Apalagi tahu kalau Runa naik tangga.
“Udik banget ya. Gak usah bawa-bawa kampungan lu. Ndeso di sini nggak laku,” ucap Andra dengan wajah kesal.
Runa lebih kesal lagi. Dia juga beralasan kalau lift-nya rusak. Andra makin kesal karena tidak mungkin lift rumahnya rusak. Biaya maintenance-nya mahal gitu.
Hari demi hari Runa jalani dengan bangun pagi sebelum jam lima, membangunkan Andra, ganti perban hidungnya, pijat badan Andra yang pegal karena harus menahan gerakan badan supaya hidungnya tetap aman, bikin sarapan makanan sehat yang menunya beda dan berlebihan setiap hari, nyupirin Andra ke berbagai tempat, dan membacakan dongeng sebelum Andra tidur.
Suatu hari, Andra bosan minta diantar ke tempat latihan panahan. Andra memanah sangat baik meski penglihatannya sedikit terganggu karena perban di hidung. Runa spontan teriak,
“Wah Andra hebat!”
“Lu pikir begitu?”
Andra lalu menarik tangan Runa dan membawa Runa masuk ke dekapan tubuhnya. Andra mengajarinya memanah. Andra melakukannya lagi berkali-kali sampai tepat kena sasaran.
Pulangnya, Marco, kakak Runa, melihat Runa sedang membuka gerbang sebuah rumah mewah lalu masuk ke bangku sopir dan lanjut bawa mobil ke dalam. Marco tanya ke orang lewat rumah siapa itu. Setelah tahu, Marco lapor ke mama papanya. Runa ditelepon mamanya suruh pulang buat menjelaskan semua. Karena Runa tak datang juga, ketiganya datang ke rumah Andra.
“Maaf, Bu. Kalau belum ada janji, Ibu tidak bisa masuk,” ujar satpam penjaga.
“Tapi, Pak. Anak saya ada di dalam. Aruna namanya. Nih, saya telpon, ya....” Ibu Aruna langsung mengambil ponsel dan menekan nomor Runa.
Runa tidak juga angkat telepon ibunya. Dia tidak tahu kalau keluarganya ada di depan. Saat sedang bersitegang dengan satpam, Andri, kakak Andra datang. Dia baru pulang dari Aussie. Andri malah mengajak mereka masuk ke rumah.
Runa cepat-cepat sembunyi saat mendengar suara papanya di balik lift. Begitu tahu mereka keluarga Runa, Andra langsung mengarang cerita kalau Runa tak ada di rumah itu.
“Bapak sama Ibu salah alamat. Runa itu tinggalnya di apartemen bareng penulis lain.”
Marco lalu mengeluarkan bukti foto Runa yang buka pagar kemarin. Andra beralasan kalau kemarin Runa bawa mobil Andra karena dia kelelahan habis syuting.
Mereka pun percaya cerita Andra. “Tolong ya, Bapak sama Ibu sekeluarga jangan terlalu sering telepon Runa karena headwriter-nya galak kayak singa betina. Runa bisa dimarahi kalau sering terima telepon pas lagi kerja.” Andra berusaha menjaga mimik wajahnya agar tampak serius dan tak bisa diganggu gugat.
Begitu mereka pulang, Andri tanya ke Andra soal semuanya. Andra ceritakan semuanya. Andri menilai Andra keterlaluan. “Parah sih lu. Harusnya maafin aja, tho, Runa nggak sengaja ngelakuinnya.”
Runa manggut-manggut setuju dengan ucapan Andri di balik tempat persembunyiannya. “Heran, kok kakaknya beda banget sama adiknya. Kakaknya baik sama orang asing. Nyambut papa, mama, sama adekku. Adiknya... beuh, sombong banget. Bahkan sama kru yang dah lama kerja bareng dia.”
Runa pun bergegas keluar dari lemari tempat dia sembunyi. Namun, pintunya macet tak bisa dibuka. Saat itu bertepatan dengan Andra yang memutar lagu kencang sekali.
Andra lalu telepon Runa sampai berkali-kali. Tak dijawab. HP Runa tertinggal di toilet. Andra kesal. Sementara, Runa masih gedor-gedor pintu berusaha memanggil orang di sekitarnya. Di toilet, Andri menemukan HP Runa. Sepanjang sore itu Andra marah-marah tanpa henti karena ia mengira Runa kabur. Andri memeriksa HP Runa di kamarnya. Ia ingin tahu siapa pemiliknya.
Ia menemukan foto Runa sewaktu remaja. Andri merasa mengenalnya. Tapi di mana...
Keesokan paginya, alarm ponsel Runa tiba-tiba berbunyi kencang. Andra hafal betul itu alarm Runa. Dia mencari sumber suara. Andra sampai di kamar Andri. Andri cerita dia nemu HP itu di toilet. Andra dan Andri lalu cari Runa ke seantero rumah. Sampai pada akhirnya mereka membuka lemari yang kuncinya rusak itu. Mereka mendobraknya hingga Runa terbangun dari tidur lemasnya semalaman.
Setelah dirawat sedemikian rupa, Runa kembali fit. Dia siap merawat Andra lagi. Andra sebetulnya sudah sembuh. Tapi ia sengaja menahan Runa lebih lama bersamanya. Rasa sayang mulai tumbuh meski Andra denial. Runa makin dekat dengan Andri. Dia merasa nyaman dan dekat dengan pria dewasa itu. Ms Heidi mulai mencari Runa lagi. Karena rating merosot setelah Andra pergi.
Sementara itu, Andri merasa Runa sangat menyenangkan. Dia suka pada Runa yang apa adanya dan bersemangat. Suatu hari, Andri yang atlet panahan ini minta ditemani saat bertanding. Runa bawa spanduk besar sekali di kursi penonton untuk menyemangati Andri. Andri menang. Saat diwawancara di TV, Andri mengungkapkan perasaannya pada Runa. Andra menontonnya dan cemburu.
“Terima kasih untuk Aruna... seseorang yang selama beberapa hari terakhir jadi the one and only bunga di taman rumah kami yang sepi. Love you to the moon and back...”
Andra merasa harus memukul mundur kakaknya agar berhenti menyayangi Runa selayaknya wanita. Ia pun bersiasat dengan hendak kembali syuting ceritanya Heidi. Tapi, syaratnya dia hanya mau main skenario yang ditulis oleh Aruna.
“Kenapa Aruna? Ya, karena dia penulis skenario berbakat. Sebagian besar adegan syuting iklan sponsor pun dapat sambutan menarik dari para penonton. Unik punya dan nggak pasaran.” Andra ucapkan itu ke awak media saat konferensi pers di sebuah hotel. Heidi kesal, tapi mau bagaimana lagi demi sinetronnya naik lagi ratingnya. Kesempatan ini Andra pakai untuk merebut Runa dari Andri. Dan Runa senang bisa jadi penulis skenario sungguhan. Bukan asisten lagi.
Sayangnya, Andra kalah cepat. Runa akhirnya memilih Andri sebagai kekasihnya. Andri merahasiakan hal itu dari Andra. Baru menjadi kekasih dua hari, Runa mengetahui kalau Andri itu kakak yang menenangkan dirinya di lift waktu SMP. Runa tak sengaja menumpahkan cola ke lengan baju Andri saat sedang duduk santai di taman. Andri menyingkap lengan panjang bajunya. Terlihatlah tompel besar itu. Runa tanya apa Andri pernah terjebak di lift bersama seorang anak perempuan yang histeris. Takdir ternyata mempertemukan mereka lagi.
“Kamu harus nulis di rumahku. Nggak pake tapi, harus mau. Ini demi menjaga keutuhan cerita. Habis itu, kamu harus temenin aku ke lokasi syuting.”
Andri menyarankan agar Runa mau menerima tawaran Andra. “Kan, kamu jadi bisa lebih sering ketemu aku,” ucap Andri meyakinkan. Runa pun kembali lagi ke rumah Andra untuk menulis di hadapan aktor muda egois itu. Sesekali Runa keluar ruangan hanya untuk bertemu Andri beberapa saat saja. Andri sebagai pacarnya juga turut menemani selama syuting di luar. Andri tampak sering bermesraan dengan Runa. Runa juga santai di basecamp karena ia tak ada urusan dengan adegannya Andra. Semua tanggung jawab sutradara dan kru lain. Jadi, dia tak peduli pada Andra. Andra pun sengaja menggagalkan adegan demi adegan.
“Semua ulah Runa. Dia nggak becus nulis dialognya,” kilah Andra. Ujung-ujungnya Andra membuat semua kru kesal karena harus take berkali-kali. Saat break, Andra sengaja timpuk sarang lebah di atas pohon di mana Andri dan Runa lagi duduk di bawahnya. Andri langsung lari tunggang langgang. Dia memang takut serangga. Andra dengan sigap menarik tangan Runa menolongnya.
Dada Runa berdegup kencang saat bersama Andra. Beda sekali saat dia bersama Andri. Meskipun Andri seseorang yang mengesankan dari masa lalu. Mereka pun sampai di tempat aman. Andra tertawa puas karena bisa mengerjai Andri. “Itu ulah kamu, ya? Kamu sengaja, kan, karena tau Andri takut sama serangga?” Runa tak terima perlakuannya ke pacarnya. Andra pun membela diri. “Lagian bisa-bisanya dia mesra-mesraan sama kamu saat aku berpeluh keringat syuting di bawah matahari. Kamu juga seharusnya lebih sadar siapa yang paling tepat buat ngelindungin kamu. Dari Ms Heidi, kru, dan lain-lain...”
Jantung Runa berdebar kencang. Ia teringat hari itu Heidi memanggilnya ke apartemen untuk memberitahu tentang tugasnya yang baru sebagai penulis utama. Kalau bukan karena Andra, ia pasti masih menjadi penulis bayangan yang namanya sering tak dicantumkan dalam credit title.
Saat keduanya lengah, sebuah mobil van melintas. Pintunya terbuka cepat lalu dua orang sigap menculik Andra. Runa teriak minta tolong. Dia lalu cepat-cepat menelepon Andri. Tapi, Andri malah sedang sibuk mengurusi wajahnya yang babak belur kena sengat lebah.
Sementara itu, Rianda dan Rocky yang menjadi otak penculikan Andra berada dalam gudang penyekapan. Mereka menunggu kedatangan Andra di sana. Keduanya tak terima Rocky dipecat begitu saja hanya karena Andra hendak syuting lagi. Mereka mau Andra telepon produser dan Heidi untuk menyatakan keengganannya melanjutkan syuting. Sebagai gantinya, Rocky akan kembali syuting. Jika Andra menolak, Runa akan mereka hancurkan nama baiknya sebagai penulis. Mereka akan menulis di internet tentang Runa yang penulis penggoda dan sedang berpacaran dengan Andra sekaligus kakaknya.
Akhirnya Andra menelepon Heidi. Heidi yang masih dendam tak mau menuruti maunya Andra. Terpaksa Andra mohon-mohon supaya dikabulkan.
Kemudian, tanpa mereka sadari, mobil van terekam kamera pengawas di lokasi syuting. Manajer Andra tahu itu mobil manajernya Rianda. Dia pun melacak HP-nya via GPS. Lokasi ditemukan. Runa beserta manajer Andra menyusun rencana. Saat ini, Runa lumayan kesal dengan Andri yang tak peduli pada adiknya. Ia malah mengurusi perawatan wajahnya di dokter kecantikan.
Runa akan berpura-pura menjadi pocong yang berbaring di atas aspal jalanan yang akan mobil van lewati. Begitu ada yang turun dari van dan mereka lengah, secepat kilat Runa dan tim akan menyergap seisi van dan menyelamatkan Andra. Rencana berhasil mereka jalankan. Rocky malah melepaskan air seninya di celana saat lihat pocong yang beraksi.
Andra berhasil diselamatkan meski pergelangan tangannya sakit terikat tali kuat sekali. Runa senang sekali. Saat itu juga Andra mengungkapkan perasaannya bahwa dia ingin merebut Runa dari Andri.
“Kamu nggak perlu ngerebut diriku segala dari Andri. Beberapa menit sebelum menjalankan misi, aku udah memutuskan Andri lewat telepon. Syukurlah... Andri terima itu semua dengan legowo.”
Andra seakan tak percaya jika kakaknya yang selalu tak mau kalah dari dirinya itu bisa sepasrah itu melepaskan pujaan hatinya. “Serius kamu, Andri lakuin itu...”
Runa mengangguk. “Aku baru sadar... ternyata dia lebih sayang sama dirinya sendiri. Dia aja nggak nolongin aku dari serangan lebah itu. Udah mendingan juga, dia nggak nanyain kondisi aku...”
Andra tak menyangka kejahilannya melepaskan lebah-lebah itu membawa Runa kembali padanya. “Uhmm... jadi hari ini day one kita kan, Miss Writer?” tanya Andra sekali lagi untuk memantapkan hati.
“Yaah... cintaku sih mentoknya di Andra Andromeda. Bukan Andri Monandi. Well, enaknya makan bakso kali yaah buat kencan pertama kita?”
Andra tiba-tiba ingat kalau dia sangat ingin menyantap bakso pocong beranak yang kedainya baru buka di dekat apartemen Heidi. “Hah, bakso pocong yang itu??” Runa menyadari satu hal. Dia masih pakai kostum pocong dan dia tak mau kembali ke lingkungan rumah Heidi. “Ogaaah... mending aku pulang! Bye!”
“Sayang.... sayangku Runa tolong kembali... sayaaaaang, aku orderin online aja yaah, jangan lari dooong...”
Runa berlari sekuat tenaga sampai Andra tak kuat lagi mengejarnya. Keduanya menutup hari senja dengan buncah hati yang tampak di layar-layar ponsel orang-orang di sekitar mereka. Mereka pikir Andra sedang dibimbing adegan romantisnya oleh penulis kesayangannya.