Ulasan Buku Kepada yang Patah: Pulih terhadap Luka yang Ditinggalkan

Sekar Anindyah Lamase | Shufya Nida
Ulasan Buku Kepada yang Patah: Pulih terhadap Luka yang Ditinggalkan
Cover Buku Kepada yang Patah Karya Ade Rima Miranti (goodreads.com)

Kepada yang Patah merupakan buku karya Ade Rima Miranti yang diterbitkan oleh Gradien Mediatama pada tahun 2022. Buku ini memiliki jumlah 164 halaman dan didedikasikan untuk mewakili segenap rasa sakit yang dialami oleh teman-teman yang pernah maupun sedang merasakan patah hati.

Buku ini menceritakan tentang seorang perempuan dengan luka yang masih membekas karena ditinggalkan oleh seseorang yang begitu dia cintai. Hari-harinya penuh dengan rasa hampa, seakan seluruh dunia ikut runtuh bersama kepergiannya.

Namun, seiring berjalannya waktu, dia mulai belajar menerima kenyataan. Dari setiap tetes air mata, tumbuh kekuatan baru yang membuatnya perlahan bangkit. Dia sadar bahwa penyembuhan bukan berarti melupakan, melainkan berdamai dengan luka.

Pada akhirnya, dia menemukan keberanian untuk memeluk dirinya sendiri sebagai tanda bahwa meski pernah patah, dia tetap mampu mencintai dirinya dan melanjutkan hidup dengan hati yang lebih kuat.

Ulasan Buku Kepada yang Patah

Ade Rima Miranti menyuguhkan kata-kata menenangkan, seolah menjadi pelukan bagi jiwa yang terluka melalui rangkaian tulis reflektif dan puitis dalam buku ini. Selain itu, Ade Rima Miranti juga berusaha menghadirkan sebuah ruang aman, tempat di mana pembaca dapat berhenti sejenak, merenung, dan menemukan penghiburan melalui rangkaian kata.

Dalam buku ini, penulis tidak mencoba menggurui atau memberi nasihat dengan cara yang kaku. Sebaliknya, dia memilih gaya bahasa yang sederhana dan penuh sentuhan personal. Setiap tulisan ditulis dengan hati, seolah penulis benar-benar memahami apa yang mereka rasakan.

Kalimat-kalimat yang dihadirkan tidak berlebihan, yang justru membuat pembaca lebih merasa emosional lewat kesederhanaannya. Penulis seakan mengingatkan bahwa patah hati bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bagian perjalanan hidup yang tidak bisa dihindarkan.

Rasa sakit, meski berat, adalah jalan untuk bertumbuh. Melalui kalimat yang ditulis, penulis mengajak pembaca untuk berdamai dengan kehilangan, menerima bahwa luka adalah bagian dari kehidupan, dan sadar bahwa setiap kepingan yang patah suatu hari nanti akan tersusun kembali, membentuk diri yang lebih kuat.

Salah satu kelebihan dalam buku ini adalah empati yang begitu terasa. Pembaca tidak akan merasa sendirian, sebab setiap halaman menjadi pengingat bahwa ada banyak orang yang mengalaminya. Tujuan utamanya, penting untuk memberi ruang bagi diri sendiri untuk merasakan, menangis, bahkan terpuruk, sebelum akhirnya bangkit dan melangkah kembali.

Ada beberapa kutipan yang saya suka dalam buku ini. Berikut adalah rinciannya.

  • Salah satu hal menyedihkan dari kita yang sudah berakhir adalah, semua hal yang kita sukai, kini jadi hal yang paling kita hindari, bahkan kita benci.
  • Dulu jari jemari kita saling menggenggam, tapi sekarang untuk melambaikan tangan saja kita enggan.
  • Entah berakhir sebagai teman hidup atau pelajaran hidup, senang bisa mengenalmu dan semoga kau pun begitu.
  • Selagi tidak kehilangan diri sendiri, aku belum kehilangan segalanya. Terima kasih telah sempat hadir, sampai jumpa kembali di titik temu garis takdir.

Keempat kutipan itu benar-benar mampu menarik perhatian saya. Tentu saja, di baliknya tersimpan makna yang begitu mendalam. Jangan lupa bahwa kalimat-kalimat yang ditulis oleh Ade Rima Miranti masih relevan karena dia menuliskannya dengan hati, bukan dengan logika.

Secara keseluruhan, buku ini dapat kalian baca jika sedang mencari bacaan yang penuh dengan kalimat penyemangat untuk yang sedang mengalami patah hati. Nyatanya, kalimat sederhana ini mampu membangkitkan keberanian dan memulihkan luka yang ditinggalkan orang lain.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak