Review Film Tukar Takdir: Kisah Penyintas yang Menyayat Hati!

Hayuning Ratri Hapsari | Ryan Farizzal
Review Film Tukar Takdir: Kisah Penyintas yang Menyayat Hati!
Poster film Tukar Takdir (IMDb)

Di tengah maraknya film horor dan komedi ringan yang mendominasi layar lebar Indonesia, hadir sebuah karya yang berani mengeksplorasi genre drama petaka debngan nuansa psikologis mendalam.

Tukar Takdir, sutradara Mouly Surya, bukan sekadar cerita tentang kecelakaan pesawat, melainkan renungan filosofis tentang kehilangan, rasa bersalah, dan penerimaan takdir.

Diadaptasi dari novel bestseller karya Valiant Budi (Vabyo), film ini tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 2 Oktober 2025, menjadi salah satu rilisan paling dinanti di akhir tahun ini.

Dengan durasi 107 menit, Tukar Takdir diproduksi oleh kolaborasi Starvision, Cinesurya, dan Legacy Pictures, menjanjikan pengalaman sinematik yang menggugah emosi.

Cerita Tukar Takdir berpusat pada tragedi Penerbangan Jakarta Airways 79 yang hilang kontak di tengah perjalanan. Dari 132 penumpang dan kru, hanya satu orang yang selamat: Rawa (Nicholas Saputra), seorang programmer IT biasa yang pulang membawa luka fisik dan trauma batin yang tak terbayangkan.

Saat pesawat ditemukan di lereng gunung terpencil, Rawa menjadi saksi kunci dalam investigasi kecelakaan tersebut. Namun, lebih dari itu, ia terjebak dalam pusaran emosi para korban yang ditinggalkan.

Pertama, ada Zahra (Adhisty Zara), putri tunggal dari pilot yang tewas. Zahra, seorang mahasiswi arsitektur yang rapuh, awalnya memandang Rawa sebagai penyambung duka ayahnya.

Akan tetapi, interaksi mereka perlahan berkembang menjadi ikatan emosional yang rumit, di mana Zahra mulai memahami trauma Rawa sambil bergulat dengan kehilangannya sendiri.

Di sisi lain, Dita (Marsha Timothy), istri seorang penumpang yang tewas, meledak dalam amarah. Ternyata, suaminya, Raldi, bertukar kursi dengan Rawa tepat sebelum lepas landas sebuah keputusan impulsif yang secara harfiah "menukar takdir".

Dita bertanya-tanya: mengapa suaminya yang pergi, sementara Rawa selamat? Konflik ini memuncak menjadi tuduhan, penolakan, hingga pencarian keadilan yang mempertanyakan arti tentang hidup.

Film ini tidak hanya menggambarkan rekonstruksi kecelakaan dengan efek visual realistis, lengkap dengan simulasi black box dan puing-puing pesawat tapi juga menyelami lapisan psikologis.

Rawa dihantui survivor guilt: "Mengapa saya?" Zahra mencari makna dalam duka, sementara Dita bergulat dengan penyesalan atas "tukar kursi" yang tak terelakkan.

Alur cerita mengalir lambat tapi tegang, dengan klimaks yang lebih emosional daripada aksi, mengajakku sebagai penonton merenungkan betapa rapuhnya nasib manusia, yang dicontohkan melalui film ini.

Review Film Tukar Takdir

Salah satu adegan di film Tukar Takdir (IMDb)
Salah satu adegan di film Tukar Takdir (IMDb)

Tukar Takdir dibintangi trio pemeran utama yang chemistry-nya luar biasa, didukung aktor senior yang memperkaya narasi.

Nicholas Saputra sebagai Rawa tampil transformasional; ia menambah berat badan untuk peran ini, menghadirkan sosok yang lelah dan introspektif.

Nicholas Saputra, dikenal dari Ada Apa dengan Cinta? hingga Kala, kali ini menunjukkan kedalaman emosional yang membuatku ikut merasakan beban trauma.

Marsha Timothy sebagai Dita adalah puncaknya. Aktris berbakat ini, yang pernah berperan di film Impetigore, menyajikan amarah yang meledak-ledak bercampur kerapuhan, membuat karakternya relevan bagi siapa saja yang pernah kehilangan.

Adhisty Zara, rising star dari Ali & Ratu Ratu Queens, membawa nuansa segar sebagai Zahra dari gadis polos yang hancur menjadi wanita yang belajar berdamai.

Dukungan dari Meriam Bellina (sebagai ibu Zahra), Marcella Zalianty, Ringgo Agus Rahman, dan lainnya menambah lapisan keluarga dan masyarakat yang autentik.

Ya jadi bisa kusimpulkan, penampilan ensemble ini solid, dengan dialog yang tajam dan ekspresi wajah yang bicara lebih lantang daripada kata-kata.

Mouly Surya, sutradara di balik Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak dan proyek Hollywood Trigger Warning, membawa sentuhan internasional ke film ini. Ia menulis skenario berdasarkan novel Vabyo, memperluas elemen investigasi dengan nuansa thriller ringan.

Sinematografi oleh Muhammad Firdaus menonjol: adegan kecelakaan pesawat difilmkan dengan drone dan CGI minimalis tapi efektif, menciptakan rasa claustrophobia di kabin sempit.

Lokasi syuting di pegunungan Jawa Barat menambah realisme, sementara scoring musik oleh Hendra Gambier campuran piano melankolis dan suara ambient membangun ketegangan emosional tanpa berlebihan.

Editing yang ketat menjaga ritme, Bisa dibilang bagian scene investigasinya agak lambat. Secara visual sendiri film ini setara produksi Hollywood seperti Flight atau Sully, tapi dengan rasa lokal yang kuat: dengan dialog berbahasa Indonesia sehari-hari yang menyentuh isu keluarga dan agama secara subtil.

Tukar Takdir adalah salah satu dari beberapa film Indonesia terbaik tahun ini sih, menurutku. Bagaimana film ini membawa genre baru ke perfilman lokal.

Kelebihannya terletak pada kedalaman tema: bukan hanya petaka, tapi bagaimana duka tukar takdir memaksa karakter berdamai. Ini relevan di era pasca-pandemi, di mana trauma kolektif masih bergaung. Akting semua cast "bagus bgttttt".

Kekurangannya alur investigasi terasa kurang mendalam, lebih fokus emosi daripada plot twist, yang mungkin mengecewakan penggemar thriller murni. Dan beberapa dialog terasa klise dalam konteks keluarga, ya meski begitu dieksekusi dengan baik kok.

Secara keseluruhan, film ini mendapat rating pribadi dari aku: 8.5/10 karena menguras air mataku dan juga bisa memberi harapan kepada penyintas yang mengalami hal serupa.

Tukar Takdir adalah bukti bahwa sinema Indonesia mampu bersaing global dengan cerita autentik dan akting prima. Tayang mulai 2 Oktober 2025 di jaringan bioskop seperti XXI, CGV, dan Cinepolis, film ini sangat aku rekomendasikan untuk ditonton bersama keluarga atau pasangan yang siap larut dalam emosi.

Bukan hiburan ringan, tapi pengalaman yang bakal mengubah perspektifmu tentang takdir yang bisa tertukar, tapi penerimaan adalah kunci penyembuhannya. Jangan lewatkan beli tiket sekarang via MTix dan rasakan getarannya di layar lebar.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak