Kadang hidup terasa begitu berat untuk dijalani. Masalah datang silih berganti, pikiran menumpuk tanpa jeda, dan rutinitas padat seolah menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja. Tak heran jika pada akhirnya kita merasa perlu berhenti sejenak untuk memulihkan diri dan menenangkan kondisi mental yang mulai lelah.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membaca buku. Di samping sebagai media hiburan, membaca buku bisa membantu kamu memahami kondisi diri dengan lebih baik lagi. Apalagi jika kondisi kesehatan mental sedang menurun, membaca buku bisa menjadi salah satu alternatif self healing yang bisa kamu coba untuk memahami problematika yang sedang dirasakan.
Oleh karena itu, 4 buku tentang kesehatan mental di berikut ini bisa menjadi pilihan tepat untuk melewati hari-hari yang melelahkan sekaligus menemani perjalanan kamu dalam memulihkan diri. Dari pada penasaran, langsung saja intip buku-bukunya di bawah ini!
1. Buku Merawat Luka Batin

Secara garis besar buku Merawat Luka Batin yang ditulis oleh dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ membicarakan tentang depresi. Namun, penulis tidak begitu saja menuliskan topik ini tanpa penjelasan yang terstruktur. Sebagai Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, ia mengajak kita untuk berkenalan dengan depresi sekaligus memahami cara untuk menghadapi isu kesehatan mental yang satu ini dengan langkah yang mudah dipahami.
Buku ini memamparkan perihal depresi dari sudut pandang ilmiah. Lalu, dilanjutkan dengan penjelasan mengenai pemikiran dan perasaan untuk membantu memahami proses berpikir kita tentang kondisi mental secara positif dan bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun. Tidak ketinggalan juga langkah-langkah praktis yang bisa diterapkan untuk menghadapi depresi baik oleh pengidap atau caregiver (orang yang mendampingi).
2. Buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

Seperti judulnya, buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring lebih fokus membahas duka dan kehilangan. Buku yang ditulis oleh dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ rupanya merupakan refleksi dari duka yang dialaminya ketika kehilangan buah hati tercinta. Meski begitu, materi di buku ini lebih luas membahas tentang kiat menghadapi duka dan menata kembali perasaan yang sempat terluka.
Hal yang paling menarik adalah penulis menganalogikan kegiatan mencuci piring sebagai proses penyembuhan dari rasa duka. Mulai dari membuang sisa makanan di piring, mencuci piring kotor, hingga membilasnya diandaikan bagai pemulihan diri dari keterpurukan. Di samping itu, buku ini juga mengajarkan untuk menumbuhkan rasa empati, memahami emosi, dan menyikapi penderitaan dengan lebih bijak.
3. Buku Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya

Buku Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya ditulis oleh dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ. Buku ini bisa dibilang semi fiksi, tetapi materi tentang kondisi diri dan mental yang diangkat masih legit. Secara singkat, buku ini mengisahkan tentang sesi konsultasi pasien wanita bernama Lalin. Lalin diceritakan sebagai wanita yang kehilangan semangat hidup karena kondisi fisik dan kekurangan kasih sayang dari keluarga.
Lewat kisah sesi kontultasi Lalin, kita akan diajak untuk ikut menyelami makna kebahagiaan sekaligus berperilaku lebih bijak pada diri sendiri. Materi dalam buku ini juga menggunakan filosofi tumbuhan, seperti bunga matahari dan pohon semangka untuk menguaraikan pendangan tentang proses kehidupan. Bahkan ada juga analogi ombak sebagai refleksi menghadapi kematian. Intinya buku ini adalah buku tentang kekecewaan, penyesalan, dan ketidaksempurnaan.
4. Buku I Want Die but I Want to Eat Tteokpokki

Buku I Want Die but I Want to Eat Tteokpokki ditulis berdasarkan pengalaman penulis, Baek Se Hee dalam menghadapi distimia (persistent depressive disorder) dan gangguan kecemasan. Menariknya, buku ini tidak hanya berisi narasi tentang cerita pribadinya saja, melainkan didominasi dengan dialog antara dirinya dengan psikiater selama melakukan sesi konsultasi. Melalui percakapan inilah, kita bisa melihat proses healing sang penulis dan perubahan perspektifnya terhadap hidup.
Di awal buku, kita akan disuguhkan dengan cerita tentang gejala gangguan mental yang dialami penulis. Sampai pada satu masa, ia memutuskan untuk melakukan konsultasi dengan ahli agar kondisi mentalnya dapat segera teratasi. Buku ini mendorong kita untuk lebih peduli terhadap kondisi diri sendiri sekaligus mengajak kita untuk memandang dunia dari sisi yang berbeda.
Nah, semoga keempat buku di atas bisa menjadi salah satu teman kamu untuk berproses menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan ragu untuk meminta bantuan pada orang terdekat jika kamu merasa hari-hari bergitu berat dijalani!