Review Film Maju Serem Mundur Horor: Sajian Tawa dan Horor dalam Satu Paket

M. Reza Sulaiman | Ryan Farizzal
Review Film Maju Serem Mundur Horor: Sajian Tawa dan Horor dalam Satu Paket
Poster film Maju Serem Mundur Horor (IMDb)

Di tengah gencarnya film horor Indonesia yang kerap mengandalkan jumpscare semata, muncul karya baru yang berani menggabungkan unsur komedi tanpa mengurangi ketegangan. Maju Serem Mundur Horor, yang digarap oleh sutradara Chiska Doppert dan diproduksi Makara Production di bawah arahan Shanker R.S. serta Rama Tribudiman, resmi dirilis di bioskop nasional sejak 23 Oktober 2025.

Film berdurasi 91 menit ini bukan hanya hiburan akhir pekan biasa, melainkan juga gambaran nyata kehidupan mahasiswa yang penuh tekanan, di mana tugas akhir bisa berubah menjadi mimpi buruk secara literal. Film ini langsung mencuri perhatian pada hari pertama penayangan, menyedot antusiasme penonton yang rindu cerita lokal autentik dan menghibur.

Sinopsis: Dari Mimpi Aneh ke Produksi Neraka

Salah satu adegan di film Maju Serem Mundur Horor (IMDb)
Salah satu adegan di film Maju Serem Mundur Horor (IMDb)

Cerita Maju Serem Mundur Horor berpusat pada empat mahasiswa jurusan film di sebuah kampus yang tegang: Poltak (diperankan apik oleh Maell Lee), Bowo (Dodit Mulyanto), Dede (Daffa Ariq), dan Asikin (Yewen).

Keempatnya berasal dari latar belakang berbeda—Batak, Jawa, Sunda, dan Papua—yang langsung menciptakan dinamika lucu melalui dialek dan kebiasaan mereka yang bertabrakan. Mereka terjebak dalam rutinitas kuliah yang melelahkan, di mana masalah keluarga masing-masing menjadi beban berat: Poltak harus membuktikan diri pada ayahnya (Ruhut Sitompul), sementara yang lain berjuang demi masa depan.

Konflik memuncak ketika keempat sahabat ini mengalami mimpi yang sama pada suatu malam: sebuah pertanda misterius yang terasa begitu nyata, penuh bayangan gelap dan suara bisikan. Dosen 'killer' mereka, yang diperankan secara karismatik oleh Gary Iskak, memberikan ultimatum keras: selesaikan tugas akhir berupa film horor, atau gagal lulus.

Poltak, sebagai inisiator, mengusulkan ide gila—membuat film berdasarkan mimpi kolektif mereka. Mereka merekrut Tiara (Carissa Perusset), teman sekampus yang muncul dalam mimpi, dan Mumun (Sara Fajira) sebagai pemeran utama.

Proses produksi seharusnya jadi petualangan kreatif, tapi berubah menjadi neraka sungguhan. Saat syuting di lokasi angker, kejadian mistis mulai merayap: penampakan sosok noni Belanda yang menghantui, suara tangisan bayi di malam hari, hingga kerasukan yang menimpa kru. Puncaknya, Mumun mengalami kecelakaan misterius yang membuat seluruh tim panik.

Apakah ini kutukan dari Nyai Suketi (Sara Wijayanto), atau sekadar halusinasi? Film ini dengan cerdik membangun ketegangan secara bertahap, sambil menyisipkan humor absurd dari interaksi antar karakter, seperti Bowo yang selalu panik tapi tetap ngotot syuting.

Review Film Maju Serem Mundur Horor

Salah satu adegan di film Maju Serem Mundur Horor (IMDb)
Salah satu adegan di film Maju Serem Mundur Horor (IMDb)

Secara keseluruhan, Maju Serem Mundur Horor berhasil sebagai film horor komedi yang tidak pretensius. Chiska Doppert, yang dikenal dengan sentuhan ringan dalam karya sebelumnya, kali ini unggul dalam mengatur ritme: babak awal penuh tawa lewat dialog ala stand-up comedy dari Dodit Mulyanto dan Maell Lee, yang chemistry-nya seperti duo komika sungguhan.

Daffa Ariq dan Yewen menambah warna dengan ekspresi over-the-top yang relatable bagi mahasiswa mana pun. Pemeran pendukung seperti Sara Fajira memberikan nuansa emosional, terutama saat adegan kerasukan yang terasa autentik—bukan gimmick murahan.

Visualnya sederhana tapi efektif. Sinematografi menangkap nuansa gelap lokasi syuting dengan pencahayaan redup yang membangun suspense, sementara efek suara—dari bisikan angin hingga jeritan tiba-tiba—membuat bulu kuduk merinding. Jumpscare-nya tidak berlebihan, justru terintegrasi dengan humor, seperti saat salah satu karakter salah kostum dan malah jadi bahan olok-olok.

Namun, kekurangannya ada pada plot twist akhir yang agak predictable, membuat penonton seperti saya merasa "ah, sudah kuduga". Meski begitu, ini bukan film horor murni; ia lebih ke meta-komedi tentang industri film Indonesia, di mana "serem" jadi metafora tekanan deadline.

Dari perspektif budaya, film ini patut aku acungi jempol. Keberagaman etnis antar karakter mencerminkan Indonesia asli, dengan lelucon yang lahir dari perbedaan suku—tanpa jatuh ke stereotip ofensif. Ini membuatnya terasa inklusif dan segar, berbeda dari horor konvensional yang sering kali monoton.

Produser Shanker R.S. sendiri mengapresiasi respons penonton, yang datang bukan karena promosi besar, tapi rasa penasaran organik via media sosial. Di hari pertama, film ini sudah mencuri perhatian, membuktikan bahwa horor komedi lokal masih punya tempat di hati penonton.

Pembuatan film ini tak lepas dari cerita mistis nyata. Sara Fajira, pemeran Mumun, benar-benar mengalami kerasukan saat syuting di bawah pohon beringin: ia tiba-tiba menangis dan berbicara bahasa Jawa kuno, membuat kru panik.

Untungnya, suaminya berhasil menenangkannya, dan kini ia selalu berdoa sebelum adegan seram. Selain itu, casting komika ternama seperti Dodit dan Maell sengaja dipilih untuk autentisitas humor, sementara perpaduan budaya menjadi pesan utama: persatuan di tengah perbedaan.

Sejak 23 Oktober 2025, Maju Serem Mundur Horor tayang di jaringan bioskop utama seperti Cinema XXI, CGV, dan Cinepolis di seluruh Indonesia. Untuk jadwal terkini, cek aplikasi resmi atau situs seperti jadwalnonton.com. Contoh di Jakarta (CGV Grand Indonesia): pukul 12:00, 14:30, 17:00, dan 19:30 WIB. Di Surabaya (XXI Tunjungan Plaza): 13:00, 15:45, 18:15.

Harga tiket reguler sekitar Rp40.000–Rp60.000, tergantung di kota kalian masing-masing. Film ini bersaing dengan rilisan lain seperti Tumbal Darah, jadi pesan tiketnya jauh-jauh hari ya dan sangat aku sarankan untuk nonton pas weekend!

Kalau kamu bosan dengan horor yang bikin trauma sendirian, Maju Serem Mundur Horor adalah pilihan tepat untuk nonton bareng teman atau keluarga. Bayangkan tertawa ngakak saat karakter panik salah ambil props, tapi langsung merinding saat hantu muncul—campuran sempurna untuk melepas penat akhir pekan.

Film ini bukan hanya hiburan, tapi juga pengingat bahwa di balik tekanan hidup, ada ruang untuk kolaborasi dan tawa. Segera beli tiket di bioskop terdekat, rasakan sendiri bagaimana tugas akhir bisa jadi cerita legenda serem sekaligus kocak. Maju terus, jangan mundur—tonton sekarang yuk, Sobat Yoursay sebelum terlambat! 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak