Ulasan novel Sweet Disguise ini membahas karya Pilar Wijaya yang memadukan unsur misteri, komedi, dan romansa dalam satu alur yang mengalir dan mudah dipahami.
Novel ini menghadirkan tokoh-tokoh yang terasa dekat dengan kehidupan pembaca, karena latar cerita, konflik, serta karakterisasinya sangat relevan dengan situasi sosial di Indonesia. Pilar menciptakan cerita yang ringan dibaca, tetapi tetap memiliki pesan yang kuat mengenai kejujuran dan keberanian memperjuangkan kebenaran.
Cerita dimulai dengan fokus kepada Callista Aubrey, mahasiswi akhir yang dikenal lantang menyuarakan isu sosial. Callista bukan tipe karakter yang diam ketika melihat ketidakadilan.
Sejak awal, Pilar memperlihatkan karakter Callista sebagai sosok yang kritis, idealis, dan tidak segan berdiri di barisan terdepan untuk memperjuangkan hak-hak mereka yang suaranya dipadamkan.
Salah satu aksi yang ia lakukan adalah demonstrasi terkait kasus bullying yang menyebabkan kematian seorang mahasiswa. Aksi ini menggambarkan bahwa Callista memiliki integritas yang kuat dan keberanian untuk tidak tinggal diam.
Aktivismenya inilah yang tanpa sengaja mempertemukannya dengan seorang pria bernama Ramlan, penjual dawet yang tiba-tiba menjadi viral karena ketampanannya. Dari sinilah dinamika cerita mulai menarik.
Pertemuan mereka yang awalnya tampak sebagai momen lucu dan tidak penting ternyata menjadi titik belok yang membawa Callista ke dalam situasi yang jauh lebih rumit daripada sekadar urusan kampus dan aksi sosial.
Namun, pembaca kemudian diberi tahu bahwa Ramlan bukanlah Ramlan sebenarnya, melainkan identitas samaran dari seorang penyelidik bernama Brata Silastral. Brata bekerja di sebuah divisi khusus yang sedang mengusut kasus korupsi besar.
Ia mendapat tugas dari atasannya, Kolonel Baskara, untuk menyelidiki seorang pejabat bernama Dewangga—yang tidak lain adalah ayah Callista sendiri. Dugaan praktik korupsi yang dilakukan Dewangga cukup serius dan berkaitan dengan penyalahgunaan anggaran publik.
Dalam menjalankan misinya, Brata tidak bekerja seorang diri. Ia dibantu oleh rekannya, Malik Janetra, yang turut merancang penyamaran Brata sebagai penjual dawet keliling.
Strategi ini dipilih karena penjual dawet adalah figur yang mudah masuk ke banyak lingkungan tanpa menarik kecurigaan. Dengan identitas barunya sebagai Ramlan, Brata bisa mendekati Callista dan mencari celah untuk masuk ke lingkaran keluarga Dewangga, baik lewat percakapan santai maupun pengamatan terhadap keseharian mereka.
Di sinilah Pilar Wijaya menunjukkan kepiawaiannya meramu cerita. Identitas ganda Brata menghadirkan banyak momen komedi ketika ia harus menjaga aktingnya sebagai penjual dawet sambil tetap menjalankan tugas sebagai penyelidik yang profesional. Kedua identitas itu sering berbenturan, terutama ketika Callista mulai penasaran, bingung, dan curiga dengan sikap Ramlan yang tidak seperti penjual biasa.
Hubungan antara Callista dan Ramlan/Brata berkembang secara natural. Pilar tidak memaksa keduanya jatuh cinta dalam waktu singkat. Interaksi mereka terbangun melalui percakapan ringan, pertemuan-pertemuan tidak sengaja, dan momen-momen kecil yang penuh tawa.
Callista tertarik pada Ramlan karena keramahannya, sedangkan Brata mulai merasakan kedekatan emosional yang sulit ia bendung meski sadar bahwa ia sedang menyamar. Pergulatan batin Brata menjadi salah satu aspek menarik, karena ia berada di antara tugas negara dan perasaan pribadi.
Sementara itu, konflik utama terkait kasus Dewangga semakin menegang. Pilar menggambarkan bagaimana Brata menemukan bukti-bukti yang mengarah pada keterlibatan Dewangga dalam korupsi anggaran.
Namun situasi rumit muncul ketika Callista juga mulai menemukan kejanggalan di dalam keluarganya. Ia mencurigai adanya praktik tidak bersih yang dilakukan ayahnya, tetapi sulit memproses fakta bahwa orang yang ia hormati bisa saja terlibat dalam tindakan yang merugikan banyak orang.
Pilar berhasil menggambarkan pergulatan batin Callista secara mendalam. Sebagai aktivis yang teguh membela keadilan, ia harus memilih antara membela keluarga atau tetap berpihak pada kebenaran. Konflik ini terasa emosional dan realistis, karena banyak orang di dunia nyata pun menghadapi dilema serupa ketika kebenaran menyentuh lingkaran terdekat mereka.
Selain itu, karakter pendukung seperti Malik Janetra, Kolonel Baskara, dan beberapa tokoh di lingkungan kampus turut memperkaya cerita. Malik memberikan sentuhan humor melalui dialog santainya dengan Brata. Kolonel Baskara menjadi representasi figur atasan yang tegas dan keras, namun tetap peduli dengan anak buahnya. Tokoh-tokoh kecil lainnya memberi warna pada alur, sehingga dunia dalam novel terasa hidup dan tidak kosong.
Keunggulan lain dari Sweet Disguise adalah penggunaan latar yang sangat Indonesia. Pilar memasukkan detail-detail kecil seperti suasana kuliner kaki lima, hiruk pikuk kampus, jalanan kota, hingga budaya media sosial yang suka mengangkat hal-hal viral. Semua ini membuat pembaca mudah membayangkan dunia cerita dan merasa dekat dengan pengalaman para tokohnya.
Pilar juga menyajikan pacing yang rapi. Misteri berkembang perlahan tetapi konsisten, romansa hadir tanpa memaksa, dan komedi diselipkan di titik-titik yang tepat sehingga tidak merusak suasana tegang. Plot twist yang diberikan pun cukup mengejutkan, terutama ketika identitas Brata akhirnya terbongkar dan Callista harus menghadapi kenyataan yang sulit.
Secara keseluruhan, Sweet Disguise adalah novel yang berhasil memadukan isu serius dengan hiburan yang menyenangkan. Ceritanya membuat pembaca tertawa, tegang, dan sesekali emosional. Melalui karakter Callista dan Brata, Pilar ingin menunjukkan bahwa perjuangan mencari kebenaran tidak selalu mudah, tetapi tetap harus diperjuangkan.
Menurut saya, novel ini menjadi menarik karena menghadirkan kombinasi lengkap: misteri yang rapi, komedi yang tidak berlebihan, romansa yang tulus, serta isu sosial yang relevan.
Penyamaran Brata sebagai Ramlan adalah ide brilian yang membuat cerita unik dan berbeda dari novel lokal kebanyakan. Bagi saya, Sweet Disguise adalah bacaan yang hangat sekaligus penuh makna, cocok untuk siapa pun yang menyukai cerita ringan dengan pesan kuat.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS