Di tengah maraknya film horor Indonesia yang mengusung tema mistis lokal, Sosok Ketiga: Lintrik hadir sebagai sekuel yang lebih gelap dan emosional dari kisah sebelumnya. Disutradarai oleh Fajar Nugros, film produksi Leo Pictures ini bukan sekadar jumpscare murahan, melainkan perpaduan cerdas antara horor supranatural dan drama rumah tangga yang relatable.
Rilis perdana pada 6 November 2025 di seluruh bioskop Indonesia, film ini langsung menjadi sorotan pencinta genre thriller berkat trailer yang viral, menampilkan ritual pelet hitam yang mencekam. Dengan durasi sekitar 117 menit, Sosok Ketiga: Lintrik mengajakku merenungkan betapa rapuhnya ikatan pernikahan di era modern, di mana godaan bukan hanya dari nafsu, tapi juga kekuatan gaib yang tak terlihat.
Sinopsis: Ancaman dari Balik Cinta yang Terlarang

Cerita berpusat pada Andin (diperankan Adinda Thomas), seorang wanita muda yang baru enam bulan menikah dengan Ario (Wafda Saifan Lubis). Awalnya, kehidupan mereka penuh kehangatan, tapi kecurigaan mulai muncul saat Ario berubah dingin dan sering menghilang tanpa kabar.
Andin, didukung keluarga besarnya termasuk adiknya Amara yang peka terhadap hal-hal mistis, mulai mengendus adanya sosok ketiga. Ternyata, pelaku adalah Naura (Aulia Sarah), wanita ambisius yang tak segan menggunakan ilmu pelet hitam bernama Lintrik untuk merebut hati Ario.
Dibantu Mbah Ayu (Atiqah Hasiholan), dukun karuhunan yang misterius, Naura melakukan ritual gelap yang tak hanya memikat, tapi juga membawa teror mematikan bagi Andin dan keluarganya.
Tanpa spoiler, film ini membangun ketegangan secara bertahap: dari drama kecurigaan rumah tangga yang halus, hingga ledakan horor visual yang intens. Lintrik, sebagai elemen utama, digambarkan sebagai pelet yang bukan hanya memengaruhi pikiran, tapi juga fisik korban, menciptakan ilusi mengerikan yang terasa nyata bagi penonton Indonesia yang akrab dengan cerita mistis Jawa.
Naskah karya Fidya T. Ariestya, Oka Aurora, dan Lele Laila berhasil menjaga keseimbangan, menghindari klise horor standar dengan menyelipkan elemen psikologis yang membuat cerita terasa personal.
Fajar Nugros, yang dikenal lewat karya horor seperti Inang (2022), kali ini menunjukkan sentuhan lebih matang dalam mengarahkan aktor. Adinda Thomas sebagai Andin tampil prima, menggambarkan transformasi dari istri bahagia menjadi korban teror yang penuh ketakutan tapi tangguh. Ekspresinya yang halus saat menghadapi ilusi Lintrik menjadi salah satu momen ikonik film ini. Wafda Saifan sebagai Aryo juga meyakinkan, menampilkan konflik batin antara cinta sejati dan pengaruh gaib yang merusak.
Review dan Analisis: Kekuatan Horor yang Berlayer

Munculnya Aulia Sarah sebagai Naura adalah kejutan: bukan antagonis klise yang jahat semata, tapi wanita kompleks yang didorong ambisi dan dendam. Perannya yang memikat sekaligus menyeramkan membuatku benci sekaligus kasihan.
Tak ketinggalan, Atiqah Hasiholan sebagai Mbah Ayu, yang curi perhatian lewat adegan ritual. Tariannya yang hipnotis dan dialognya yang penuh makna mistis terasa autentik, seolah membawa nuansa budaya Sunda ke layar lebar.
Cast pendukung seperti Luna Maya (sebagai sahabat Andin), Nugie (peran keluarga), serta aktor muda Adzwa Aurel, dan Dilan Janiyar menambah kedalaman, menciptakan chemistry alami yang memperkaya narasi.
Dari sisi produksi, Agung Saputra sebagai produser memastikan visual horor berkualitas tinggi. Pencahayaan redup di rumah Andin dan efek suara ritual yang bergema menciptakan atmosfer mencekam. Soundtrack orisinal, termasuk chant mistis, semakin memperkuat immersion. Meski budget tak sebesar blockbuster Hollywood, film ini unggul dalam detail budaya lokal, seperti simbol karuhunan yang diadaptasi secara kreatif.
Secara keseluruhan, Sosok Ketiga: Lintrik layak dapat rating 7.5/10 dariku. Kekuatannya ada pada integrasi horor dengan drama emosional: bukan hanya teror gaib, tapi juga pengkhianatan yang menyakitkan hati. Adegan klimaks ritual Lintrik, misalnya, bukan sekadar jumpscare, tapi metafor atas bagaimana pelet modern seperti media sosial bisa merusak hubungan.
Kalau boleh jujur, film ini downgrade dari sekuel pertama karena terlalu fokus fetish aneh yang malah bikin lucu, tapi pastinya bikin kamu merasakan ketegangan psikologis yang bikin deg-degan sepanjang malam setelah nonton film ini.
Kelemahan? Beberapa plot twist terasa prediktabel, terutama bagi penggemar horor Indonesia. Durasi juga bisa dipangkas agar lebih ketat, menghindari subplot keluarga yang agak lambat di awal. Namun, ini tak mengurangi pesan kuat film: cinta sejati butuh perjuangan melawan godaan, baik fisik maupun supranatural.
Film ini tak hanya menghibur, tapi juga menggugat isu sosial kontemporer. Tema perselingkuhan dibalut mistis Lintrik menjadi alegori atas racun hubungan modern di mana ambisi dan ilusi bisa menghancurkan fondasi keluarga. Seperti yang ditekankan Nugros dalam konferensi pers, "Kami ingin penonton tak hanya takut, tapi juga bisa introspeksi."
Di era di mana kasus rumah tangga retak marak, Sosok Ketiga: Lintrik menjadi pengingat bahwa teror terbesar sering datang dari dalam.
Sosok Ketiga: Lintrik membuktikan bahwa horor Indonesia terus berevolusi, dari sekadar hantu ke narasi yang mendalam. Dengan penayangan mulai 6 November 2025 di bioskop seperti CGV, XXI, dan Cinepolis, jangan lewatkan kesempatan merasakan getaran ritualnya di layar lebar. Beli tiket sekarang! Siapa tahu, sosok ketiga di hidupmu juga sedang mengintai.