Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Dwi Putra
Ilustrasi Mie Instan (Freepik/KamranAydinov)

Departemen Kesehatan Taipei, Taiwan menemukan bahwa dua produk mie instan yang beredar di Taiwan mengandung senyawa penyebab kanker atau zat karsinogen yang melampaui ambang batas, yaitu etilen oksida. Salah satu produk mie instan tersebut berasal dari Indonesia dengan merk Indomie, sedangkan yang lainnya adalah produk mie instan dari Malaysia. Varian dari Indomie yang diketahui mengandung etilen oksida adalah Indomie Rasa Ayam Spesial. Akibat temuan ini, otoritas Taiwan telah menarik produk Indomie yang beredar di pasaran.

Dikutip dari National Cancer Institute, etilen oksida sendiri adalah gas tak berwarna yang mudah terbakar dengan aroma manis. Gas berbahaya ini digunakan dalam produksi berbagai produk seperti obat-obatan, tekstil, busa poliuretan, dan perekat. Bahan ini digunakan terutama untuk memproduksi bahan kimia lain. Dalam jumlah kecil, etilen oksida digunakan sebagai pestisida.

Dikutip dari Halodoc, dalam industri medis, turunan etilen oksida digunakan untuk sterilisasi peralatan medis. Namun, proses sterilisasi dapat menyebabkan pekerjaan menjadi beracun, terutama jika terjadi kontak kulit atau polusi udara.

Kemampuan etilen oksida untuk merusak DNA membuatnya berkontribusi pada aktivitas penyebab kanker. Etilen oksida diklasifikasikan sebagai zat karsinogenik oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC). Kanker apa yang terkait dengan paparan etilen oksida?

BACA JUGA: Sinar UV Ekstrem Melanda Indonesia, Ini 5 Bahayanya bagi Kesehatan Kulit

Limfoma dan leukemia adalah kanker yang paling sering dilaporkan terkait dengan paparan pekerjaan terhadap etilen oksida. Kanker lambung dan payudara juga dapat terkait dengan paparan etilen oksida. Menurut laporan terbaru dari Environmental Protection Agency (EPA), terungkap bahwa risiko pengembangan kanker limfohematopoietik juga dapat meningkat akibat terpapar etilen oksida melalui inhalasi.

Paparan etilen oksida dapat menyebabkan berbagai risiko kesehatan seperti penglihatan kabur, kesulitan bernapas, dan masalah pada sistem saraf. IARC juga mengklasifikasikan etilen oksida sebagai zat yang dapat menyebabkan kanker pada manusia dan beracun bagi sistem reproduksi dan janin.

Meskipun bahan kimia akan meninggalkan tubuh relatif cepat, yaitu sekitar 50 persen setiap 40 menit atau lebih, tetap dapat menyebabkan cedera seumur hidup. Terdapat dua jenis uji yang tersedia untuk mengidentifikasi apakah seseorang telah terpapar etilen oksida, yakni uji darah untuk mengukur konsentrasi etilen oksida dan uji napas untuk mendeteksi jumlahnya. Namun, penting untuk diingat bahwa tes-tes ini hanya berguna untuk memantau paparan dalam tubuh dan tidak dapat memprediksi dampak kesehatan dari paparan tersebut.

Untuk menghindari risiko etilen oksida, sebaiknya selalu berhati-hati dalam mengonsumsi makanan atau menggunakan produk apapun. Perhatikan setiap kandungan dalam kemasan produk dan hindari produk yang mengandung zat berbahaya atau tidak dikenali.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Dwi Putra