Sate kambing merupakan salah satu jenis makanan yang cukup populer dikonsumsi oleh orang-orang di Indonesia. Pada jelang atau saat perayaan Iduladha seperti sekarang ini, tentunya orang-orang akan menjadikan pengolahan sate kambing menjadi salah satu menu hidangan yang akan dikonsumsi saat perayaan Iduladha.
Namun, pengonsumsian sate dari daging kambing juga tidak boleh berlebihan karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang tidak baik bagi kesehatan.
Mengonsumsi daging kambing yang diolah menjadi sate sejatinya boleh-boleh saja. Namun, tetap ada batasan dan cara tersendiri guna tidak berisiko menimbulkan efek samping bagi tubuh. Berikut 3 cara atau tips aman mengonsumsi sate kambing saat perayaan hari raya Iduladha.
1. Sisihkan Lemak pada Daging Kambing sebelum Diolah
Daging kambing sejatinya merupakan sumber protein kaya nutrisi yang baik dikonsumsi oleh tubuh.
Dilansir dari artikel berjudul “Goat Meat: The healthier alternative and the meat for diets?”, daging kambing terkenal cukup tinggi protein dan memiliki kandungan serat serta mineral semacam kalium, zinc, zat besi, dan kalsium.
Namun, daging kambing juga cukup tinggi kolestrol dan lemak yang juga cukup riskan untuk dikonsumsi secara berlebihan.
Oleh karena itu, sebelum mengolah dan mengonsumsi daging kambing. Sebaiknya, kamu membuang seluruh lemak yang melekat pada daging tersebut agar tidak menimbulkan zat kolestrol yang justru bisa berisiko efek samping pada tubuhnmu sendiri.
2. Konsumsi Sate dalam Jumlah Terbatas
Mengonsumsi olahan sate dengan cara dibakar atau dipanggang juga tidak boleh terlalu banyak. Hal ini dikarenakan daging atau zat protein yang terbakar dapat berisiko mengandung zat karsinogenik yang bisa menimbulkan risiko kanker.
Dilansir dari artikel berjudul “Lamb and Cholesterol: What You Need to Know”, protein yang terbakar hingga gosong dapat menimbulkan zat karsinogenik yang bisa berisiko untuk menimbulkan penyakit apabila terlalu banyak dikonsumsi.
3. Dampingi Mengonsumsi Sate dengan Makanan Sehat Lainnya
Mengonsumsi daging sate, khususnya kambing juga perlu memperhatikan makanan pendampingnya. Kamu bisa makan daging sate dengan sumber nutrisi lainnya seperti sayuran dan buah-buahan.
Hal ini tentunya untuk mengimbangi sumber protein yang masuk dengan kandungan serat yang ada dalam sayuran tersebut. Selain itu, dengan mengonsumsi sayuran bersamaan dengan daging merah, dapat juga menurunkan risiko terjadinya sembelit.
Nah, itulah beberapa hal yang bisa menjadi acuan untuk mengonsumsi daging kambing yang diolah menjadi sate saat perayaan Iduladha.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
PSSI Minta Hanya 7 Pemain Asing, Regulasi 11 Pemain di Super League Batal?
-
Futsal Indonesia: Mampukah Saingi Kepopuleran Sepak Bola di Negeri Ini?
-
Cetak 6 Gol, Jens Raven Bungkam Keraguan Publik atas Performanya di Timnas Indonesia!
-
Laris Manis! Klub Promosi Serie A Italia Dikabarkan Ingin Rekrut Jay Idzes
-
Media Vietnam Kritik Kuota 11 Pemain Asing di Liga Indonesia karena Hal ini
Artikel Terkait
-
Bolehkah Nonmuslim Ikut Berkurban Saat Iduladha? Begini Hukumnya Dalam Islam
-
8 Strategi Sederhana Mengelola Multiple Sclerosis, Jangan Anggap Remeh!
-
Komitmen Tinggi untuk BPJS Kesehatan, Klinik Jantung di Majalengka Raih Penghargaan
-
Wajib Diketahui, Ini 3 Bahaya Asap Kendaraan bagi Para Ibu Hamil
-
Cuti Melahirkan 6 Bulan Resmi Disahkan, Ini Dia Manfaatnya untuk Ibu dan Bayi
Health
-
Kopi Bikin Awet Muda? Studi Harvard Buktikan Manfaat Tak Terduga
-
Bukan Sekadar Benci Hari Senin: Menguak Mitos 'Monday Blues'
-
Waspada! Apa yang Kita Makan Hari Ini, Pengaruhi Ingatan Kita 20 Tahun Lagi
-
Rayakan Hari Lari Sedunia: Langkah Kecil untuk Sehat dan Bahagia
-
Ilmuwan Temukan 'Sidik Jari' Makanan Ultra-Proses dalam Darah dan Urin
Terkini
-
Pelatih Malaysia Puji Timnas Indonesia U-23, Hati-Hati Mungkin Ini Jebakan!
-
Ulasan Buku 'Bacakilat', Teknik Membaca 1 Detik dalam Setiap Halaman
-
Pecco Bagnaia Tak Lolos Otomatis ke Q2, Davide Tardozzi Mau Tanggung Jawab
-
Game Legendaris Assassin's Creed Resmi Digarap Jadi Serial Live-Action
-
Aksi Sosial atau Ajang Branding? Menelisik Motif di Balik Amal Publik