
Pasukan Xavi Hernandez sukses membungkam dengan sempurna Los Blancos 4:0 dalam helatan liga domestik La Liga. Tepat pada 21 Maret lalu, publik Santiago Bernabeu dipaksa membisukan diri. Tak usah banyak omong, jika itu semua hanyalah ungkapan kata yang sama sekali tak mengandung makna. Diam lebih baik, sebab kebanggaanmu memang mutlak kalah memalukan di kandangnya sendiri. Begitulah kira-kira.
Muak dengan hal itu, malu-semalunya membuat Los Galacticos seolah haram menyentuh kekalahan. Di lain sisi, kemenangan Barcelona dengan skor yang mirip skor volly itu, justru tak membuatnya semakin tangguh. Malah menjadikannya semakin lumpuh. Kemenangan fantastis tersebut, seakan hanya jebakan bagi besutan Xavi Hernandez itu.
4:0 adalah skor yang sangat gila. Pasalnya, musuhnya adalah Real Madrid. Tim tangguh, Bos. Tim mental baja dan mental juara. El Clasico pula. Tentu saja hal itu menjadi buah bibir penikmat sepak bola. Hanya saja, kalau boleh berandai-andai, Real Madrid lebih tahu bagaimana cara mengambil hikmah di balik kekalahan memalukan itu. Ocehan jadi pelajaran, dan cepat berbenah. Sementara El Barca, ibarat orang dipuji langsung terbang. Artinya, cepat puas dengan tepuk tangan "huhuhuhu".
Pasca El Barca memenangkan laga bertajuk El Clasico dengan skor orang latihan bola volly itu, performa Ferran Torres dan rekannya merosot. Menurun. Surut. Dan terpuruk. Di pentas Liga Europa, polesan Xavi Hernandez itu disingkirkan oleh Frankfurt. Tim Jerman yang di atas kertas, Barcelona seharusnya tidak boleh kalah. Di La Liga, Barcelona usai taklukan Real Madrid, justru terseok-seok. Kalah tiga beruntun di Camp Nou. Ini sejarah, tapi sejarah keterpurukan. Bikin raut wajah murung saja.
Sementara Real Madrid, kian mapan. Comeback. Juara La Liga kian tampak di depan mata. Lolos ke semifinal Liga Champions. Ah, pokoknya, idaman mama mertua banget.
Entahlah, apa yang menjadi penyebab Real Madrid makin kuat. Apakah karena sosok Bang Haji Benzema karena keberkahan puasanya di bulan Ramadan, itu belakangan. Yang jelas, Madrid memang gacor. Sementara Barcelona, kian kocar-kacir dan remuk. Padahal, bukan sayap sepeda motor.
Baca Juga
-
Final Piala Super Spanyol: Mengurai Benang Kusut Permasalahan Barcelona
-
Chat Dosen Pembimbing Harus Sopan biar Tugas Skripsi Lancar Itu Nggak Cukup
-
5 Tradisi yang Dulu Sering Dilakukan, tapi Kini Sudah Jarang, Apakah di Kampungmu Juga?
-
Wisata Goa Soekarno Sumenep: Dulu Berkawan Keramaian, Kini Berteman Kesepian
-
3 Cara agar Video TikTok Ditonton Banyak Orang meski Sedikit Pengikutnya, FYP Bos!
Artikel Terkait
-
Yann Sommer: Pahlawan Datang dari Kesuksesan Inter Milan 'Kadali' MU
-
Bawa Inter Milan ke Final, Bek Berdarah Jawa Ini Luapkan Emosi
-
Simone Inzaghi Masterclass: Dibalik Remontada Inter Milan Singkirkan Barcelona
-
Drama 7 Gol: Tumbangkan Barcelona, Inter Milan ke Final Liga Champions
-
Inter Milan Sepakat, Hentikan Lamine Yamal Jadi Kunci Bungkam Barcelona
Hobi
-
Raih Gelar Juara Liga 1, Ini 3 Pemain Persib Bandung yang Layak Dipanggil ke Timnas
-
Dibandingkan Jay Idzes, Jalan Thom Haye Selamatkan Almere City Cenderung Lebih Rumit!
-
Persebaya Susuri Jalan Menuju Kompetisi Asia, Paul Munster Bakar Semangat
-
After School Club: Tempat Virtual Seru Bertemu Idola K-Pop Kesayanganmu!
-
Start MotoGP Amerika 2025 Berbuntut Panjang, Komisi Grand Prix Ubah Aturan
Terkini
-
Ditanya Soal Pensiun, Jackie Chan Tegas Tak Butuh Pemain Pengganti
-
Wisata Bangka Belitung Tampi Air Mesu, Mancing Seru hingga Terapi Kaki
-
Lebih dari Sekadar Playlist Acak, Ini Esensi Lagu TWS Bertajuk Random Play
-
Sinopsis Dance of the Phoenix Episode 1: Yang Chaoyue Kehilangan Kekuatan
-
Sejumlah Kardinal Mengaku Tonton Film Conclave Sebelum Ikut Konklaf