Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Ahmad Zubairi
Carlo Ancelotti (instagram.com/@mrancelotti)

Ada momen yang menarik tentang bagi sosok Ancelotti selama dirinya menjabat sebagai pelatih Real Madrid. Ya, tentang magis dirinya sebagai pelatih yang bukan kaleng-kaleng, di bulan yang sama pada sembilan tahun silam, mendobrak lawan dengan skor 4:0, di semifinal leg kedua dalam ajang berbeda untuk dua tim yang punya nama mentereng, Bayern Munchen (2014) dan Barcelona (2023). 

April yang spesial bagi Carlo Ancelotti di Ajang Liga Champions

23 April 2014, Madrid menang 1:0 atas Bayern Munchen di Santiago Bernabeu berkat gol Benzema yang berasal dari assist Modric dari area kotak penalti sisi kanan pertahan Munchen. Hal itu yang membuat Pep Guardiola selaku pelatih Bayern kala itu tampak pusing untuk mengembalikan keadaan di leg kedua Liga Champions meski akan dihelat di markasnya sendiri, Allianz Arena. 

BACA JUGA: Tentang Fakta dan Kemenangan Real Madrid atas Barcelona yang Bukan Kebetulan

Jelang leg kedua pada 29 April 2014, disadur dari uefa.com Pep berucap, Bayern butuh dukungan dari penggemar untuk menopang semangat juangnya agar timnya bisa comeback atas Madrid dan agar lolos ke final. Nihil, alih-alih Die Roten mencetak satu gol penyama kedudukan skor agregat, di leg kedua meski Bayern tampil di depan ribuan suporter nya sendiri, justru malah dibuat kecewa.

Di saat Ronaldo melompat tinggi dan gagal kepalanya mengenai bola untuk menerima umpan matang sepak pojok dari Modric, Ramos muncul menanduk bola dengan tajam. Nuer tak berkutik. Ramos berselebrasi ke sisi kanan dekat sepak pojok Bayern. Gemuruh penonton di tribun terdengar mengiringi selebrasi Ramos, yang diikuti oleh Bale disusul pemain Madrid yang lain. 

Ancelotti tampak dengan suasana dingin. Dua tangannya tetap berada dalam dua saku celananya, sambil mengunyah apa yang dia kunyah. Semacam tak mau merayakan gol penting Sergio Ramos itu. 

Tak heran, sebab sebelum leg kedua berlangsung, disadur dari uefa.com Carletto bilang, pertandingan itu sulit dan Bayern adalah tim hebat. Ia tak mau bodoh dan berpikir sudah lolos (meski sementara dalam posisi menang di Bernabeu). 

Barangkali Carlo menyadari ucapannya itu. Keunggulan 2:0 (agregat) lewat gol Ramos tadi jelas belum final. Bisa jadi, Bayern bakalan cetak tiga gol selepas itu. Meski, itu tak terjadi. Madrid berpesta. Dua gol dari Ramos dan Ronaldo akhirnya membuat Ancelotti bersalaman dengan pihak yang ada di bangku cadangannya pasca laga usai. Kali ini Carlo tampak bahagia. Wajahnya tak lagi dingin-dingin saja. Madrid menang 4:0 di leg kedua semifinal Liga Champions. 

Akhirnya selepas laga, Pep dalam uefa.com mengaku kecewa. Di lain sisi, Ancelotti mengaku punya performa yang bagus. Bagi Madrid, ini tak hanya soal menang besar, tapi mencapai tujuan setelah 12 tahun menanti final Liga Champions. 

April yang spesial bagi Carlo Ancelotti di Ajang Copa Del Rey

Jika pada April 2014 Ancelotti membuat Pep Guardiola gagal mempertahankan gelar Liga Championsnya bersama Bayern Munchen, maka di April 2023 Ancelotti juga gagal membuat Xavi menyempurnakan gelar Copa del Rey nya bersama Barcelona. 

Ancelotti, pada 18 Februari 2023 disadur dari Marca.com berkata pada Arrasate, "kami akan memainkan final Copa del Rey." Bahkan, jelang laga kontra Barca di CDR ini, Carlo berkata kembali, "besok giliran kita yang menang," ucapan optimisnya itu akhirnya menjadi kenyataan. Dan akhirnya Madrid melumat Barcelona 4:0 di Camp Nou pada 6 April 2023.  


***

Kalau Pep dianggap salah satu mantan guru Barca yang hebat, dan tetap ideal di Bayern Munchen kala itu, Ancelotti sudah pernah menghancurkan guru besar Barca itu. Habis melangkahi sang guru, kini Ancelotti memberi pelajaran penting bagi murid anyar Pep itu sendiri, Xavi. Sama-sama dihancurleburkan di laga tandang bagi Ancelotti, di semifinal, dan dengan skor yang sama, 4:0. 

Ahmad Zubairi