Timnas Indonesia U-23 gagal merengkuh poin penuh di laga perdana babak kualifikasi Piala Asia U-23. Melawan Laos U-23, tim yang sejatinya memiliki kualitas di bawah mereka, anak asuh Gerald Vanenburg tersebut tak mampu menumbangkan sang lawan.
Laman Suara.com (3/9/2025) menuliskan, meskipun sedari awal jalannya laga Timnas Indonesia U-23 tampil mengurung pertahanan lawan, namun di akhir laga mereka hanya mampu bermain imbang dengan skor kaca mata melawan Laos.
Hasil yang tentunya cukup di luar prediksi, mengingat selain Muhammad Ferarri tampil di depan para pendukungnya sendiri, mereka juga tampil menggempur pertahanan Laos dan ibaratnya hanya tinggal menunggu waktu untuk bisa menciptakan gol saja.
Timnas Indonesia U-23 dan Gerald Vanenburg Makin Akrab dengan Statistik Menipu
Hasil imbang yang dialami oleh Timnas Indonesia di laga pembuka melawan Laos ternyata melahirkan sebuah fakta baru, yakni makin akrabnya Skuat Garuda Muda di era kepelatihan Gerald Vanenburg dengan "statistik menipu".
Sekadar menginformasikan, istilah "statistik menipu" sendiri kerap dipakai oleh para komentator pertandingan sepak bola untuk menggambarkan hasil akhir pertandingan yang sama sekali tidak sesuai dengan proses dan jalannya laga di lapangan.
Ibarat kata, dalam proses pertandingan yang dijalani, sebuah tim unggul dalam segala hal lini permainan dan pencapaian, namun pada akhirnya hasil yang mereka dapatkan sangat jauh dari apa yang mereka usahakan.
Sayangnya, hal tersebut belakangan ini kerap terjadi di tubuh Timnas Indonesia. Seperti misal, berdasarkan statistik laga yang dirilis oleh Indosiar, di pertandingan yang berakhir imbang melawan Laos tersebut, Pasukan Garuda Muda mencatatkan ball possession hingga mencapai angka 83 persen.
Jika digambarkan di lapangan pertandingan, angka tersebut menggambarkan bahwa Pasukan Garuda Muda mampu membuat para pemain Laos hanya bermain di sekitaran petak penalti mereka sendiri saja.
Selain penguasaan bola yang begitu dominan, Timnas Indonesia U-23 juga mencatatkan tembakan ke arah pertahanan Laos hingga mencapai 25 sepakan dan mengkreasikan 13 peluang. Sementara di kubu Laos, mereka hanya mampu satu kali saja masuk ke kotak penalti Indonesia selama 90 menit pertandingan dijalankan.
Sebuah dominasi yang tentunya sangat tak berimbang, dan harusnya bisa membuat mereka unggul dari sang lawan bukan?
Namun sayangnya, keunggulan mutlak yang dimiliki oleh Rafael Struick dan kolega atas Laos tersebut hanya terbatas pada catatan di lapangan. Skor akhir tetap tak memihak kepada mereka, pasca kesuksesan sang lawan dalam meredam setiap serangan yang diinisiasi oleh para pemain tuan rumah.
Dan ternyata, Pasukan Garuda Muda sudah tak asing dengan situasi seperti ini. Pada gelaran Piala AFF U-23 beberapa waktu lalu, dari lima laga yang dijalani, semuanya menunjukkan bahwa mereka lebih superior daripada sang lawan.
Bukan hanya atas tim-tim lemah atau semenjana sekelas Brunei Darussalam dan Filipina, dominasi pertandingan juga mereka catatkan saat berhadapan dengan Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Hasilnya tentu saja sudah kita ketahui bersama. Selain melawan Brunei Darussalam, statistik mewah yang dihimpun oleh Pasukan Garuda Muda asuhan Gerald Vanenburg tersebut selalu mendapatkan hasil yang cukup membuat para penggemar sepak bola Indonesia mengernyitkan dahi.
Mewahnya statistik yang mereka catatkan di laga-laga tersebut, hanya membuat Indonesia menang tipis 1-0 atas Filipina yang mana terjadi melalui gol bunuh diri pemain lawan, bermain imbang melawan Malaysia, hanya menang adu penalti dari Thailand, dan tentu yang paling menyakitkan adalah menelan kekalahan 0-1 pada partai puncak gelaran saat bertarung melawan Vietnam.
Apabila seperti ini, tentu kita akan sepakat, apa gunanya berhasil menguasai jalannya pertandingan dan mencatatkan statistik yang mewah di sepanjang jalannya laga jika pada akhirnya hal tersebut hanya menjadi sebuah statistik yang menipu?
Bukankah lebih baik menjadi tim yang lebih inferior secara statistik, namun mendapatkan hasil akhir yang memuaskan bukan? Yah, seperti yang didapatkan oleh Laos semalam!
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Kualifikasi AFC U-23: Timnas Indonesia Kembali Terjegal oleh Permainan Pragmatis Tim Lawan
-
Jadi Klub Termahal di Liga Indonesia, Harga Pasaran Persib Juga Tertinggi di Grup G ACL Two?
-
Bukan Amunisi Pemain, Timnas Indonesia U-23 Dapatkan Satu Modal Berharga di Laga Melawan Laos
-
Berlabuh ke Lille, Calvin Verdonk Langsung Jalani Persaingan Berat di Sektor Fullback Kiri
-
Kualifikasi AFC U-23: Pasukan Garuda Muda Harus Jadikan Laos sebagai Gerbang Pembuka Putaran Final
Artikel Terkait
-
Kualifikasi AFC U-23: Timnas Indonesia Kembali Terjegal oleh Permainan Pragmatis Tim Lawan
-
Gerald Vanenburg Jaga Mulut
-
Beberapa Faktor yang Bikin Timnas Indonesia U-23 Gagal Gulingkan Laos
-
Ditahan Laos, Timnas Indonesia U-23 Masih Bisa ke Piala Asia U-23 2026 Asalkan...
-
Mees Hilgers Menepi, Lini Belakang Timnas Indonesia Tetap Stabil di FMD?
Hobi
-
Kualifikasi AFC U-23: Timnas Indonesia Kembali Terjegal oleh Permainan Pragmatis Tim Lawan
-
Prediksi Potensi Bisnis di Ekosistem Futsal: Lapangan Kecil, Ekonomi Besar
-
Mees Hilgers Menepi, Lini Belakang Timnas Indonesia Tetap Stabil di FMD?
-
Mauro Zijlstra Gabung Timnas Senior, Patrick Kluivert Jamin Menit Bermain?
-
Dimas Drajad Gabung Malut United, Aroma Eks-Persib Kian Terasa di Skuad
Terkini
-
Dibintangi Paul Mescal, Film Hamnet Soroti Sisi Shakespeare yang Penuh Duka
-
Oda-sensei Kembali Perkenalkan Pengguna Haki Tingkat Dewa, Siapakah Dia?
-
Ulasan Novel Three Sisters: Perempuan di Pasca-Revolusi Kebudayaan Tiongkok
-
Resmi, Ini Jadwal Rilis Film Wake Up Dead Man: A Knives Out Mystery
-
Bukan Asal Keringetan: 4 Olahraga Hits yang Jadi Gaya Hidup Gen Z