Pada laga perdana Kualifikasi Piala Asia U-23, Timnas Indonesia gagal memetik hasil maksimal usai bermain imbang 0-0 melawan Laos. Antara News melaporkan, pertandingan yang berlangsung di Stadion Gelora Delta pada Rabu (3/9/2025) menjadi awal yang kurang ideal bagi langkah Garuda Muda menuju putaran final.
Sejak awal laga, Timnas Indonesia tampil dominan. Penguasaan bola mencapai 70 persen, menunjukkan superioritas dalam mengendalikan permainan. Di sisi lain, Laos hanya mencatatkan sekitar 30 persen penguasaan. Namun mampu bertahan disiplin dan mematahkan setiap serangan yang dibangun anak asuh Gerald Vanenburg.
Salah satu momen penting di babak pertama terjadi saat Rayhan Hannan berhasil menceploskan bola ke gawang Laos di menit ke-5. Sayangnya, gol tersebut dianulir karena offside. Keputusan ini memupus harapan Indonesia untuk unggul cepat di laga pembuka.
Di babak kedua, Vanenburg mencoba melakukan rotasi dengan memasukkan nama-nama seperti Hokky Caraka dan Ricky Pratama. Meski permainan semakin agresif, tembok pertahanan Laos yang begitu rapat sulit ditembus. Beberapa peluang emas pun tercipta, namun tak satupun berbuah gol.
Salah satu faktor kunci hasil imbang ini adalah penampilan gemilang kiper Laos, Kop Lokphatep. Ia tampil heroik sepanjang laga dan berhasil menggagalkan berbagai upaya Indonesia. Penampilan impresif tersebut membuatnya dinobatkan sebagai pemain terbaik pertandingan.
Dengan hasil imbang ini, pasukan Merah Putih hanya mampu mengoleksi satu poin dan menempati peringkat kedua klasemen sementara Grup J. Sementara itu, Korea Selatan memuncaki klasemen dengan tiga poin, usai mencatat kemenangan telak 5-0 atas Makau.
Laos yang juga memperoleh satu poin dari hasil imbang tersebut menempati peringkat ketiga, sedangkan Makau berada di dasar klasemen tanpa poin. Kondisi ini membuat persaingan di Grup J menjadi semakin ketat, dengan hanya dua laga tersisa bagi masing-masing tim.
Duduki Posisi Kedua dalam Klasemen, Peluang Lolos Timnas Indonesia Semakin Kecil?
Berada di posisi kedua jelas bukan situasi ideal bagi Timnas Indonesia. Dalam skema kualifikasi Piala Asia U-23, hanya juara grup yang berhak lolos otomatis ke putaran final. Sedangkan posisi runner-up harus melalui proses seleksi lagi untuk menjadi salah satu dari empat runner-up terbaik di antara semua grup.
Ini berarti, jika ingin tetap membuka peluang besar untuk lolos, Timnas Indonesia tidak hanya harus menang di laga-laga berikutnya, tetapi juga mencatat selisih gol yang meyakinkan. Kemenangan tipis belum tentu cukup jika pesaing di grup lain memiliki poin dan selisih gol lebih baik.
Indonesia kini harus fokus pada dua laga krusial: menghadapi Makau dan Korea Selatan. Laga melawan Makau wajib dimenangkan dengan skor besar untuk menjaga keunggulan selisih gol. Sementara itu, pertandingan melawan Korea Selatan bisa menjadi penentu siapa yang keluar sebagai juara grup.
Jika kalah atau kembali bermain imbang dalam salah satu laga tersebut, peluang Indonesia untuk lolos otomatis akan tertutup. Bahkan untuk menjadi runner-up terbaik pun akan sulit, mengingat tingginya persaingan antar grup dan ketatnya sistem klasemen.
Gerald Vanenburg dan tim pelatih perlu melakukan evaluasi serius, terutama dalam hal penyelesaian akhir. Dominasi penguasaan bola tidak akan berarti jika tidak berujung pada gol. Pemain-pemain depan harus tampil lebih klinis dan memanfaatkan setiap peluang dengan lebih baik.
Kondisi fisik dan mental pemain juga akan menjadi faktor penentu. Dalam turnamen singkat seperti ini, setiap laga adalah final. Kemenangan menjadi harga mati, dan tak ada ruang untuk kesalahan, terutama saat menghadapi tim sekelas Korea Selatan.
Kendati demikian, harapan belum sepenuhnya pupus. Dengan semangat juang tinggi dan strategi yang tepat, Timnas Indonesia masih memiliki kans untuk menciptakan kejutan. Kemenangan atas Makau bisa menjadi titik balik jika disertai dengan performa maksimal saat melawan Korsel.
Yang jelas, Indonesia harus tampil habis-habisan dalam dua laga berikutnya. Tidak hanya demi menjaga peluang lolos, tetapi juga untuk memulihkan kepercayaan publik dan menunjukkan bahwa Garuda Muda layak tampil di putaran final.
Baca Juga
-
Introspeksi Diri, Azizah Salsha Sudah Bersedia Buka Lembaran Baru?
-
Tatap Piala Dunia U-17, Putu Panji Siap Jalankan Game Plan Pelatih
-
Blak-blakan Hotman Paris Tolak Tangani Kasus Ammar Zoni, Terlalu Beresiko?
-
Patrick Kluivert Resmi Dipecat, Konflik Internal Gerogoti Timnas Indonesia?
-
Rizky Ridho Diminta Move On usai Timnas Indonesia Gagal Tembus Piala Dunia
Artikel Terkait
-
Alarm untuk Timnas Indonesia: Pemain Abroad Minim Menit Bermain Jelang Lawan Chinese Taipei
-
Ditahan Imbang Laos, Timnas Indonesia U-23 Era Gerald Vanenburg Makin Akrab dengan Statistik Menipu
-
Kualifikasi AFC U-23: Timnas Indonesia Kembali Terjegal oleh Permainan Pragmatis Tim Lawan
-
Gerald Vanenburg Jaga Mulut
-
Beberapa Faktor yang Bikin Timnas Indonesia U-23 Gagal Gulingkan Laos
Hobi
-
Di Balik Pemecatan Patrick Kluivert, Ternyata Ada Sosok Pelatih yang Ketiban Durian Runtuh!
-
Tak Bisa Dipungkiri, Dipecatnya Patrick Kluivert Jadi Efek Domino di Timnas
-
Fakta Mengenaskan Kluivert: Spesialis Dipecat dalam Durasi Singkat, Belum Layak Melatih?
-
Tatap Piala Dunia U-17, Putu Panji Siap Jalankan Game Plan Pelatih
-
Timnas Indonesia, Patrick Kluivert dan Hattrick Pemecatan Memalukan yang Harus Ditanggungnya
Terkini
-
The Boss on My Bed: Ketika Kuasa dan Cinta Bertabrakan
-
Look Kasual hingga Elegan, 5 Inspirasi Outfit Serba Hitam ala Zhang Miao Yi
-
Ulasan Novel Outlier: Penerimaan Diri di Tengah Luka Lama
-
Introspeksi Diri, Azizah Salsha Sudah Bersedia Buka Lembaran Baru?
-
Antara Rantai dan Tawa: Potret Luka di Balik Topeng Monyet yang Tak Merdeka