Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Erni
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil saat berbicara dalam rapat mingguan Gugus Tugas Jabar di Mapolda Jabar, Kota Bandung, Kamis (3/9/2020).

Covid-19 sampai sekarang ini masih menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Seperti yang kita ketahui bahwa, Covid-19 ini merupakan virus yang sangat mematikan, dan sudah muncul sejak bulan maret tahun lalu. Keberadaannya bahkan telah berdampak negatif terhadap banyak hal seperti pada perekonomian, sosial, maupun budaya hidup masyarakat juga sekarang menjadi berubah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, tentu membutuhkan adanya peran dari banyak orang salah satunya adalah pemimpin.

Menurut pandangan Gary Yukl(2013), pemimpin merupakan orang dengan tanggung jawab utama yang memegang peran kepemimpinan sebagai seorang pemimpin. sedangkan kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi, memotivasi dan mengorganisasikan anggota dalam organisasi untuk bekerja secara efektif demi tercapainya tujuan organisasi.

Dari pengertian tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa, sebagai seorang pemimpin haruslah bisa mempengaruhi bawahan atau masyarakat yang dipimpinnya, agar bawahan atau masyarakat yang dipimpin mau bekerja sesuai dengan yang diperintahkan guna tercapainya tujuan yang sudah ditentukan. Selain itu, seorang pemimpin juga harus memiliki jiwa yang tekun, memiliki intelektualitas, berpandangan ke depan, dan harus berani mengambil resiko, sifat-sifat inilah yang nantinya akan menjadi salah satu faktor pendorong dalam keberhasilan seseorang ketika memimpin.

Dalam persoalan kekuasaan dan pengaruh, pemimpin juga perlu menetapkan tipe kepemimpinan apa yang akan digunakan. Perlu diketahui bahwa, tipe kepemimpinan nyatanya turut memberikan peranan penting bagi seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi. Seorang pemimpin harus bisa menerapkan tipe kepemimpinan yang tepat dalam menjalankan kepemimpinan dalam sebuah organisasi termasuk dalam menangani setiap persoalan di dalamnya.

Menurut Reddin (dalam Kartini Kartono, 2011), terdapat empat tipe kepemimpinan yang efektif yaitu; a) Otokrat bijak, yaitu tipe dimana hak untuk mengambil keputusan hanya pada pemimpin, dan anggota diberikan kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya. Namun, orientasi pemimpin hanya besar pada tugas dan kecil terhadap anggota. b) Birokrat, yaitu tipe pemimpin yang hanya bekerja pada aturan yang sudah ditetapkan saja, dan cenderung kurang memotivasi anggotanya. c) Pengembang, yaitu tipe pemimpin yang percaya akan potensi anggotanya dan memberikan kebebasan terhadap bawahannya untuk berinovasi. d) Eksekutif, pemimpin tipe ini dianggap lebih efektif karena berorientasi pada tugas dan anggota.

Lalu, bagaimana dengan kepemimpinan Ridwan Kamil? Tipe kepemimpinan apa yang dijalankan Ridwan Kamil dalam menangani kasus Covid-19?

Ridwan Kamil yang akrab disapa kang Emil ini merupakan putra dari pasangan Atje Misbach Muhjiddin dan Tjutju Sukaesih, beliau lahir di Bandung, 4 Oktober 1971. Setelah menyelesaikan kuliahnya, kang Emil bekerja sebagai dosen tidak tetap di Institut Teknik Bogor (ITB) selama 14 tahun, yakni dari tahun 2002 sampai tahun 2016.

Setelah itu, pada tahun 2012, Ridwan Kamil memutuskan untuk terjun ke dunia politik dan mencalonkan diri sebagai Walikota Bandung dengan mengantongi dukungan dari Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sosial (PKS). Usahanya pun tidak sia-sia, ia berhasil menduduki kursi walikota bersama pasangannya, Oded Muhammad Danial.

Setelah 5 tahun menjabat sebagai Walikota Bandung, selanjutnya Ridwan Kamil mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Barat pada Pilkada 2018. Tak disangka, Ridwan Kamil kembali memenangkan kursi Pilkada Jawa dan resmi menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023 (Aditya, 2020).

Dengan kemenangannya dalam pilkada tersebut, Ridwan Kamil telah berhasil memperoleh Legitimate Power, yaitu kekuasaan yang bersifat formal yang didapatkan berdasarkan proses hukum yang sudah diatur dalam organisasi. Dalam hal tersebut, sebagai seorang pemimpin tentu Ridwan Kamil telah memiliki wewenang dan tanggung jawab yang harus dijalani. Termasuk didalamnya tanggung jawab untuk memberikan rasa aman pada masyarakat dari ancaman Covid-19.

Berkaitan dengan hal tersebut, beliau telah menggunakan tipe kepemimpinan eksekutif dalam kepemimpinan. Hal tersebut tercermin ketika beliau membuat program inovasi dan kolaborasi sebagai salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi Covid-19.

Berkaitan dengan program inovasi, ia selalu melakukan pemberdayaan terhadap karyawan atau masyarakatnya. Bahkan, ia juga ikut berperan aktif dalam penanganan Covid-19. Adapun salah satu program inovasi yang telah dibuat adalah memproduksi alat-alat tes seperti PCR, rapid test, ventilator, masker, hingga alat pelindung diri (APD) secara mandiri. Dengan dijalankannya program inovasi tersebut, Jawa Barat tidak lagi kekurangan perlengkapan untuk penanganan Covid-19 (Bayu, 2020).

Selain menciptakan program inovasi, ia juga melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Tercatat, terdapat 300 pihak yang ikut serta membantu Ridwan Kamil dalam menangani kasus Covid-19 ini guna tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Usahanya Pun tidak sia-sia dengan tipe kepemimpinan yang digunakan, beliau mampu meminimalisasikan tingkat penularan Covid-19. Bahkan, ia pernah dinobatkan sebagai Kepala Daerah Efektif Menerapkan Kebijakan Penanganan Covid-19 (Setiaji, 2021).

Selain program inovasi, salah satu kunci kesuksesan Ridwan Kamil dalam menangani kasus Covid-19 yaitu, keterbukaannya terhadap berbagai masukan, dalam mengambil sebuah keputusan. Bahkan Ridwan Kamil sendiri yang meminta aspirasi atau saran dari banyak orang, salah satunya adalah dari tim penasehat bidang epidemiologi dan ekonomi. Hal ini menunjukan bahwa, setiap keputusan yang diambilnya bukanlah keputusan yang sebarangan, namun berdasarkan pada keputusan bersama bahkan bertumpu pada hasil penelitian.

Sekarang ini, Ridwan Kamil juga telah mengubah strateginya dalam menangani kasus Covid-19 ini, yaitu dengan cara meningkatkan peran puskesmas dan membuat program inovasi baru bernama Puskesmas Terpadu dan Juara (PUSPA). Hal itu disebabkan karena pasca bulan suci ramadhan lalu, banyak masyarakat yang melakukan mudik dan melanggar kebijakan pemerintah.

Dengan program inovasi ini, Ridwan Kamil berharap agar lonjakan positif Covid-19 yang terjadi bisa diminimalisasikan. Bahkan untuk menyukseskan program ini, para karyawan yang akan bekerja akan diberikan pelatihan untuk mendorong komunikasi perubahan perilaku dan melakukan komunikasi risiko yang terukur untuk mendorong penerapan 3M dengan mengoptimalkan promosi kesehatan berbasis komunitas dan pemantauan dengan melibatkan kader, tokoh agama dan pendukung sistem sosial masyarakat (Novy, 2021).

Erni