Tanpa disadari, sudah tiga tahun Ganjar Pranowo dan Taj yasin Maimoen memimpin Jawa Tengah. Meski masih banyak kekurangan di sana sini, tapi banyak yang menilai bahwa model kepemimpinan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo selama tiga tahun ini cukup partisipatif.
Mengapa bisa dikatakan demikian? Pasalnya, selama masa pandemi Covid-19, Ganjar Pranowo sangat aktif turun ke tengah masyarakat dengan merespons apapun yang terjadi pada rakyatnya. Ganjar Pranowo tetap konsisten menjaga ritme untuk terus turun ke tengah masyarakat, meskipun banyak suara sumbang disekelingnya.
Hal itulah yang membuat selama kepemimpinan banyak prestasi yang telah ditorehkan. Perlu diketahui bahwa prestasi yang ditorehkan Ganjar Pranowo selama tiga tahun memimpin Jawa Tengah cukup baik. Sebut saja, ada program Jogo Tonggo yang mendorong partisipasi aktif kewargaan untuk saling menjaga dan membantu, mulai dari lingkungan terdekat.
Prestasi mencolok lainnya adalah program digitalisasi UMKM dengan target 700 ribu UMKM untuk go digital hingga 2022. Kemudian ada program Bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RLTH) dan sambungan listrik gratis yang digulirkan, sebagai upaya menurunkan angka kemiskinan di Jawa Tengah.
Bahkan pula ada program SPP gratis bagi siswa SMA dan SMK. Program SPP gratis ini tentu bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia warga Jawa Tengah.
Lebih lanjut, ada yang lebih menarik lagi. Ternyata Gubernur Ganjar selama ini mampu menggunakan semua saluran media sosialnya dengan baik untuk merespons berbagai keluhan maupun persoalan yang terjadi di tengah masyarakat.
Ini fenomenal dan sangat jarang, ada kepala daerah di Indonesia yang bisa memanfaatkan media sosialnya dengan sangat aktif dan mau merespons dengan cepat pula semua keluhan publik, meskipun itu hanya melalui media sosial.
Artinya, ketika ada persoalan yang tengah melilit warga masyarakat Jawa Tengah, maka warga tersebut bisa secara langsung dan cepat melaporkan kepada Ganjar Pranowo.
Tentulah sikap partisipatif dalam merespons semua persoalan rakyat merupakan sikap yang paling disukai oleh publik. Dengan begitu, rakyat merasa bahwa negara itu ada di sekelilingnya.
Oleh sebab itu, bila sikap ini dapat terus dipertahankan, tentulah model kepemimpinan seperti ini akan sangat disukai oleh kalangan milenial, karena tidak membatasi jarak dengan rakyatnya.
Tag
Baca Juga
-
Ancaman Sanksi dari PDIP Soal Capres Terkesan Lebay
-
Mengapa Video Santri Tutup Telinga saat Dengar Musik Begitu Viral?
-
Gegara Bentangkan Poster ke Jokowi, Akhirnya Suroto Diundang ke Istana
-
Pejabat Negara Makin Kaya Raya Selama Pandemi, Bagaimana Sikap Publik?
-
Partai Demokrat Ditantang oleh Rakyat untuk Menjadi Oposisi?
Artikel Terkait
-
Komnas Perempuan Soroti Banyak Cakada Lontarkan Ucapan Seksis: Tak Patuhi PKPU
-
Pilkada Jateng Rasa Pilpres: Pertarungan Politik Lanjutan Megawati dan Jokowi?
-
Pesan Penting Budi Gunawan ke Kepala Daerah: Hati-hati Buat Kebijakan, Termasuk Penentuan Upah Minimum
-
Undecided Voters Pilkada Jateng Masih Tinggi, Bertemu Jokowi jadi Pilihan Realistis Cagub Ahmad Luthfi
-
Curhat ke Pimpinan KPK, Menteri Maruarar Sirait Ingin Aset Sitaan Koruptor Dijadikan Perumahan Rakyat
Kolom
-
Guru dan Masa Depan yang Dikorbankan: Refleksi Profesi yang Terabaikan
-
Soroti Pernyataan Mendikti, Alumni LPDP Tidak Harus Pulang, Setuju Tidak?
-
Menghargai Pekerjaannya, Menghargai Kebutuhannya: Realitas Gaji Guru
-
Indonesia dan Lunturnya Budaya Malu, dari "Jam Karet" hingga Korupsi
-
Simak! Ini Pentingnya Penguasaan Calistung dalam Pendidikan Dini
Terkini
-
4 Rekomendasi Liquid Blush Warna Mauve, Tampil Cantik dan Natural!
-
Denny Cagur Akui Ada 27 Artis Diperiksa Bareskrim Terkait Kasus Dugaan Judi Online
-
Ulasan Buku Sukses Meningkatkan Kualitas Diri, Panduan Praktis Meraih Impian
-
Rizky Ridho, dan Akselerasi Kejutannya yang Selalu Jadi Ancaman bagi Pertahanan Lawan
-
Indonesia vs Jepang, GBK yang Tidak Asing bagi Kubo dan Sugawara