Problematika lingkungan saat ini tengah menjadi wacana yang tengah menarik perhatian publik. Khususnya para petani dari Pegunungan Kendeng, yang beberapa waktu lalu konsisten menyuarakan penolakannya terhadap pendirian pabrik semen. Selama beberapa tahun perjuangan para petani Kendeng ini terus digelorakan. Baik di daerahnya, hingga ke ibukota Jakarta.
Beberapa kali aksi menolak pabrik semen ini disuarakan hingga di Jakarta, dan bahkan ke mancanegara. Seperti aksi semen kaki, yang kala itu sangat menyorot perhatian publik. Khususnya ketika alm. Yu Patmi sebagai salah satu peserta aksi, gugur dalam perjuangannya. Gunretno sebagai pemimpin penolakan ini dikenal sebagai tokoh dari suku Samin, yang konsisten menentang perusakan alam di daerah Pegunungan Kendeng.
Aksi-aksi simpatik bertema lingkungan hidup dan kepedulian terhadap alam kemudian muncul di berbagai kota. Sebagai wujud kepedulian masyarakat, melihat realitas lingkungan hidup saat ini yang dianggap semakin tidak ramah. Semua berangkat dari kepedulian terhadap lingkungan, walau hingga kini, keputusan final belum didapatkan oleh masyarakat Kendeng.
Suku Samin sendiri dikenal sebagai salah satu suku yang sangat menghargai alam. Kalimat "Ibu bumi wis maringi, ibu bumi dilarani, ibu bumi kang ngadili", menjadi semboyan yang senantiasa disosialisasikan kepada publik setiap kali mengadakan kegiatan aksi damai. Sebagai wujud sumbangsih positif terhadap bumi, yang telah memberikan semua kebutuhan manusia. Kecuali bila manusia itu sendiri yang merusak bumi, maka tentu ada konsekuensinya.
Belajar mencintai alam dari perjuangan para petani Kendeng sekiranya mampu memberi motivasi bagi generasi saat ini. Semata-mata hanya kepada alamlah kita memberi, dan dari alamlah kita akan mendapatkan rezeki. Sekiranya kegigihan mereka dapat menjadi motivasi kita, bagaimana seyogianya menjaga alam ini.
Tidak lagi ada ruang untuk kerusakan alam yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Semisal dalam hal penebangan hutan secara liar, pembakaran hutan dengan sengaja, ataupun membuang sampah tidak ditempat semestinya. Sebuah hal yang sudah sepatutnya dapat ditanamkan sedari dini. Agar kelak kita dapat terus bersama menjaga bumi, demi generasi nanti.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Subholding Pertamina Lakukan Program Kelestarian Lingkungan Laut di NTB
-
Merawat Lingkungan dengan Cara Kekinian, Begini Cara Ajak Anak Muda Menjaga Kearifan Lokal
-
Melihat Proses Pembongkaran Hibisc Park di Bogor
-
Pupuk Indonesia Gandeng TNI AD dan PTPN Optimalisasi Lahan Tidur dan Cegah Kerusakan Lingkungan
-
Berbagi Takjil Tanpa Sampah Plastik, Intip Solusi Kemasan Ramah Lingkungan Ini
Kolom
-
Lebaran Usai, Dompet Nangis? Waspada Jebakan Pinjol yang Mengintai!
-
Generasi Unggul: Warisan Ki Hajar Dewantara, Mimpi Indonesia Emas 2045?
-
Antara Doa dan Pintu yang Tertutup: Memahami Sajak Joko Pinurbo
-
Indonesia Krisis Inovasi: Mengapa Riset Selalu Jadi Korban?
-
AI Mengguncang Dunia Seni: Kreator Sejati atau Ilusi Kecerdasan?
Terkini
-
Bikin Gagal Move On! 3 Drama Medis Korea Ini Siap Bikin Kamu Pengen Jadi Dokter!
-
Reuni Lagi, Lee Do Hyun dan Go Min Si Bakal Bintangi Drama Baru Hong Sisters
-
Review Novel 'Entrok': Perjalanan Perempuan dalam Ketidakadilan Sosial
-
Mark NCT Wujudkan Mimpi Jadi Bintang di Teaser Terbaru Album The Firstfruit
-
Review Film All We Imagine as Light: Kesunyian di Tengah Hiruk-pikuk Mumbai