Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Hafsah Azzahra
Ilustrasi waktu (Unsplash/Age Barros)

Indonesia adalah negara yang kaya. Baik alam maupun budayanya sangat beragam. Hal ini bisa dilihat dari luas negaranya yang terbentang dari Sabang hingga Merauke.

Besarnya negara kepulauan ini juga membuat Indonesia tidak hanya kaya akan sumber alam, tetapi juga membuat daerah di tanah air terbagi dalam tiga zona waktu, Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia Timur (WIT).

Perbedaan zona waktu ini sering kali membuat saya terkecoh. Sebagai orang yang berdomisili di Mataram dan berada di zona WITA serta memiliki banyak sanak saudara serta teman-teman yang tinggal di zona WIB, saya sering salah paham dengan perbedaan ini.

Seperti misalnya, saat saya mengikuti pelatihan daring melalui ZOOM bersama seluruh teman-teman yang ada di Indonesia.

Mentor menginstruksikan bahwa kegiatan tersebut akan dimulai pada pukul 8:00. Sementara saya mengira waktu pelatihan tersebut dimulai pada pukul 8:00 WITA, padahal maksud mentor saya itu adalah pukul 8:00 WIB.

Contoh lain misalnya, saat sedang berkomunikasi dengan teman yang berada di Jakarta. Saya sempat menegurnya untuk segera beribadah salat Jum’at karena dia tidak segera memutus percakapan yang kami lakukan. Padahal, saat itu di wilayah tersebut belum memasuki waktu salat.

Begitu pula sebaliknya, teman saya yang berada di Lampung pernah menegur karena saya masih asyik berbalas pesan di aplikasi daring di saat dia hendak beribadah. Padahal, saya telah menunaikan ibadah salat sejak satu jam yang lalu.

Perbedaan waktu ini juga saya rasakan ketika ingin menyaksikan acara TV. Semua siaran yang ditayangkan di acara TV menggunakan waktu WIB.

Sehingga, saya terkadang tidak hanya terkecoh dengan perbedaan zona waktu ini, tetapi harus menunggu lebih malam untuk dapat menyaksikan program tertentu.

Ketika merantau untuk melanjutkan studi ke Jawa dan terpisah dari orang tua yang berada di Lombok, saya juga begitu merasakan perbedaan waktu ini.

Jadwal kosong saya dan orang tua yang berbeda karena menyesuaikan dengan zona waktu masing-masing, membuat kami harus mengatur waktu luang untuk berkomunikasi.

Setelah beranjak dewasa dan mulai terkena dampak Korean Wave serta mulai menjadi seorang K-Popers, saya juga harus kembali merasakan perbedaan zona waktu antara tempat tinggal saya dengan Korea Selatan.

Negeri ginseng memiliki zona waktu yang sama seperti WIT, sehingga berbeda satu jam dari Mataram. Perbedaan waktu yang sering saya alami ini akhirnya membuat saya semakin beradaptasi.

Walau beberapa kali sempat salah paham karena mungkin merasa lelah dengan rutinitas, sehingga membuat saya lupa kalau kami hidup di zona waktu yang berbeda.

Demikian perbedaan yang paling sering saya rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana denganmu?

Hafsah Azzahra