Tahukah Kamu, agenda tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Kemendibudristek Republik Indonesia? Dalam setiap tahunnya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI) sukses menyelenggarakan agenda tahunan secara rutin yakni agenda Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) yang bertujuan sebagai wujud penerapan atas kemajuan dan pelestarian kebudayaan Indonesia.
Penerapan agenda Pekan Kebudayaan Nasional tersebut diperoleh atas kesepakatan yang terjadi pada tahun 2018 oleh Kongres Kebudayaan Indonesia. Dalam pelaksanaannya, Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) menghadirkan berbagai rangkaian kegiatan untuk memeriahkannya, mulai dari adanya ajang kegiatan perlombaan daerah, perlombaan nasional, diskusi mengenai kemajuan dan pelestarian budaya Indonesia, pameran kebudayaan, hingga pergelaran karya budaya bangsa. Perhelatan ini nantinya menyajikan hasil rawat dan panen budaya dari seluruh lapisan masyarakat yang berkolaborasi guna sebagai wujud pengekspresian keberagaman budaya Indonesia.
Di tahun ini, 2023, Pekan Kebudayaan Nasional hadir dan tersebar di berbagai titik lokasi di Indonesia, tepatnya di wilayah Jabodetabek. Pekan Kebudayaan Nasional tahun 2023 kini telah tersebar di 40 titik di seluruh wilayah Jabodetabek dengan empat titik lokasi utama sebagai ruang tamu yakni Galeri Nasional Indonesia, Museum Kebangkitan Nasional, PT. Produksi Film Negara (Persero), dan Mbloc Space.
Mengangkat konsep semangat kemerdekaan kebudayaan, pelaksanaan agenda Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) tahun 2023 mengusung tema “Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan”. Perhelatan Pekan Kebudayaan Nasional 2023 nantinya diharapkan agar penerapan refleksi antara pemajuan kebudayaan dengan kepedulian akan lingkungan dapat berjalan beriringan.
Selain bertujuan untuk memajukan dan melestarikan kebudayaan, perhelatan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) kali ini juga diselenggarakan guna menjadi sebuah energi yang nantinya dapat menginspirasi pelaku, pegiat, serta seluruh lapisan masyarakat di segala penjuru Indonesia untuk saling mengekspresikan berbagai jenis budaya dan melakukan kolaborasi.
Yuk, intip kemeriahan ruang tamu PKN di UIN Jakarta!
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa Pekan Kebudayaan Nasional 2023 tersebar di 40 titik lokasi di seluruh wilayah Jabodetabek, salah satunya adalah wilayah Tangerang Selatan tepatnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jalin kerja sama dengan Kemendikbud Ristek, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FITK UIN Jakarta menggelar agenda Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional selama satu pekan di penghujung bulan Oktober 2023.
Dalam memeriahkan Pekan Kebudayaan Nasional 2023, Prodi PBSI mengangkat tema "Resonansi Budaya Islam: Dari Ciputat untuk Dunia". Adanya kerja sama yang terjalin antara Kemendikbud Ristek RI dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam misi ikut memeriahkan Pekan Kebudayaan Nasional, tentunya pihak UIN Jakarta telah menyiapkan dan mengundang tokoh-tokoh atau bahkan budayawan sastra Indonesia yang memiliki kediaman di wilayah Tangerang Selatan tepatnya Ciputat seperti Putu Wijaya hingga Jamal D. Rahman yang merupakan sastrawan sekaligus dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sebagai bagian dari Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berlokasi di Tangerang Selatan bersama seluruh lapisan civitas akademika ikut meramaikan agenda tahunan tersebut selama satu pekan penuh. Berlokasi di Tangerang Selatan, tepatnya Ciputat, UIN Syarif Hidayatullah sambut Pekan Kebudayaan Nasional 2023 dengan berbagai macam suguhan menarik seperti adanya kegiatan Taman Bacaan Danarto hingga keikutsertaan mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berbicara tentang keikutsertaan mahasiswa Prodi PBSI dalam Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional tahun ini, seluruh mahasiswa dari tingkatan semester satu hingga tujuh mengirimkan kandidat-kandidat kelas yang memiliki potensi dalam menampilkan berbagai jenis apresiasi karya sastra. Dalam apresiasi karya sastra tersebut, mahasiswa dari tingkatan satu hingga tujuh dapat menyuguhkan beragam penampilan menarik pada rangkaian Pekan Kebudayaan Nasional tepatnya pada kegiatan Panggung Kreasi mulai dari pembacaan puisi, musikalisasi puisi, penampilan tarian daerah, berbalas pantun, hingga dramatisasi cerita pendek.
Adapun suguhan dramatisasi cerita pendek dalam memeriahkan Pekan Kebudayaan Nasional di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Senin, 23 Oktober 2023 yang bukan hanya dibawakan oleh kandidat atau perwakilan kelas, melainkan penampilan ini dilakukan satu kelas oleh para mahasiswa tingkat semester lima secara bersama-sama.
Suguhan dramatisasi cerita pendek tersebut diambil dari cerita pendek karya Djamil Suherman yang merupakan salah satu sastrawan asal Indonesia yang cukup banyak menulis karya sastra keagamaan. Tentunya penampilan dramatisasi ini sesuai dengan tema resonansi budaya Islam yang diusung pada salah satu Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional yang berlokasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Cerita pendek yang berjudul “Umi Kalsum” karya Djamil Suherman berhasil disulap oleh sejumlah mahasiswa di salah satu kelas pada tingkatan semester lima menjadi sebuah pementasan drama yang tentunya sangat menarik. Peralihan cerita pendek menjadi sebuah naskah drama tersebut termasuk ke dalam proses atau kegiatan perbandingan sastra yang biasa disebut dengan alih wahana.
Apa yang dimaksud dengan alih wahana?
Dalam buku “Sastra Bandingan” karya Sapardi Djoko Damono menyebutkan bahwa alih wahana merupakan perubahan yang terjadi dari satu jenis kesenian menjadi jenis kesenian lain. Adapun cakupan alih wahana yakni cakupan kegiatan penyaduran, penerjemah, dan pemindahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Dalam pengertiannya, wahana memiliki arti yakni kendaraan, hal ini bermaksud bahwa alih wahana merupakan peralihan pada salah satu jenis kendaraan ke jenis kendaraan lain.
Selain itu, wahana juga dapat diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengungkapkan atau bahkan menuangkan gagasan, ide, serta perasaan. Secara garis besar, alih wahana dapat didefinisikan dengan pemindahan atau pengubahan. Melalui adanya kegiatan alih wahana tersebut, maka timbul berbagai macam perubahan baik terdapat adanya penambahan maupun pengurangan.
Dalam Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mahasiswa semester lima menyuguhkan dramatisasi cerita pendek. Dramatisasi cerita pendek tersebut tentunya terdapat perubahan dari satu jenis karya sastra ke jenis karya sastra lain seperti berangkat dari sebuah cerita pendek menjadi sebuah naskah drama serta menjadi monolog puisi.
Dalam cerita pendek "Umi Kalsum" digambarkan bahwa tokoh Umi melakukan aksi bunuh diri akibat putus asa karena mengalami pelecehan seksual pemerkosaan dan hamil di luar nikah. Dalam cerita pendek tersebut, tokoh Mursid yang tidak digambarkan secara jelas merupakan pelaku atas pelecehan seksual yang dialami oleh tokoh Umi.
Tokoh Mursid digambarkan secara ringkas melakukan tindakan pelecehan seksual kepada tokoh Umi, lantaran merasa sakit hati atas ucapan dari tokoh Haji Basuni yang merupakan ayah dari tokoh Umi. ToHaji Basuni digambarkan sebagai tokoh yang gemar meremehkan atau bahkan menghina orang lain. Penghinaan ini dialami oleh tokoh Mursid ketika berencana untuk mempersunting anak dari tokoh Haji Basuni yakni tokoh Umi yang kemudian ditolak dengan keras oleh tokoh Haji Basuni.
Alih wahana yang terjadi pada penggambaran kutipan dari cerita pendek tersebut menjadi sebuah puisi yang kemudian dibawakan oleh mahasiswa PBSI dalam pementasan dramatisasi cerita pendek "Umi Kalsum". Hasil dari perubahan tersebut, dapat dilihat dibawah ini.
Tubuhku sudah kotor,
tubuhku sudah hina
kesucianku telah direnggut lelaki bejat itu.
Jahanam kau Mursid
Apa salahku padamu?
Apa salahku padamu?
Apa salahku padamu?
Apa salahku padamu?
Hingga tega kau lakukan ini padaku, Mursid
Gusti Allah, aku mohon ampunan-Mu….
maafkan aku tidak bisa menjaga tubuh ini.
Tuhan, izinkan aku kembali lebih cepat ke pelukan-Mu.
Dari puisi tersebut, tokoh Umi mengalami depresi dan putus asa atas apa yang telah dialaminya. Tokoh Umi dalam puisi tersebut juga menggambarkan ketidaktahuan dan kebingungannya kepada tokoh Mursid yang dengan tega melakukan pelecehan seksual kepada tokoh Umi. Dalam cerita pendek “Umi Kalsum” digambarkan sebagai perempuan yang lemah lembut, solehah, dan cantik, sehingga tak heran pada salah satu bait puisi tersebut tokoh Umi meminta ampun kepada Sang Pencipta karena merasa tidak bisa menjaga tubuhnya.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan alih wahana dapat terjadi pada peralihan cerita pendek menjadi sebuah puisi dalam pementasan dramatisasi cerita pendek “Umi Kalsum” yang bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan dari cerita pendek tersebut, lebih menarik emosi atau perasaan penonton untuk memahami kutipan cerita pendek “Umi Kalsum” melalui sebuah puisi.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Dua Alasan untuk Tidak Jatuh Cinta, Plot Twist-nya Tak Terduga!
-
Imabsi Gelar Kelas Karya Batrasia ke-6, Bahas Repetisi dalam Puisi
-
Ulasan Novel Buku-Buku Loak, Bernostalgia Melalui Sastra Lama
-
Lestarikan Sastra, SMA Negeri 1 Purwakarta Gelar 10 Lomba Bulan Bahasa
-
Ulasan Buku 'Kitab Kawin', Kumpulan Cerpen tentang Sisi Gelap Pernikahan
Kolom
-
Tren Childfree di Indonesia Melonjak, Sejauh Mana Negara Hadir?
-
Trend Lagu Viral, Bagaimana Gen Z Memengaruhi Industri Musik Kian Populer?
-
Usai Kemenangan Telak di Pilpres AS, Apa yang Diharapkan Pendukung Donald Trump?
-
Standar Nikah Muda dan Mengapa Angka Perceraian Semakin Tinggi?
-
Indonesia vs Arab Saudi: Mencoba Memahami Makna di Balik Selebrasi Seorang Marselino Ferdinan
Terkini
-
Gagal Ikuti Tim Putra, Timnas Futsal Putri Raih Juara ke-3 di Ajang AFF Cup
-
Berani Menceritakan Kembali Hasil Bacaan dalam Buku Festival Buku Favorit
-
Ulasan Buku Apakah Aku yang Biasa-Biasa Ini Bisa Berbuat Hebat Karya Miftahuddin
-
Bittersweet Marriage: Jodoh Jalur Hutang, 'Sampai Hutang Memisahkan Kita!'
-
Berhak Pakai Nomor 1, Jorge Martin Pilih Ganti atau Tidak?