Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Agus Siswanto
Sandy Walsh, salah seorang pemain naturalisasi dalam tubuh timnas Indonesia (the-afc.com)

Banjir pemain naturalisasi yang dilakukan PSSI belakangan ini bukannya tanpa alasan. PSSI menganggap langkah ini sebagai solusi tepat untuk mengejar ketertinggalan sepak bola Indonesia dari negara lain. PSSI telah mempunyai road map yang jelas berkaitan dengan pencapaian prestasi ini.

Jika menengok tahun-tahun sebelumnya, penampilan timnas dalam berbagai ajang cenderung membuat semua pihak mengelus dada. Hal ini tampak dalam ajang Piala AFF yang telah lalu. Prestasi tertinggi timnas Indonesia hanya sampai posisi runner up.

Demikian pula dalam ajang SEA Games. Dahaga prestasi sepak bola di ajang SEA Games baru terobati di tahun lalu. Itu pun harus menunggu sekitar 17 tahun.

Belum lagi menyikapi mental dan kebugaran para pemain. Di masa-masa lalu para pemain timnas Indonesia begitu mudah diprovokasi lawan. Sehingga Vietnam, Malaysia, dan Thailand sangat hafal dengan masalah ini. Mereka menjadikan hal ini sebagai senjata merusak permainan Indonesia.

Hal inilah yang kemudian membuat PSSI melakukan langkah naturalisasi. Kalaupun hal ini sudah dilakukan jauh sebelumnya, di era Shin Tae-yong naturalisasi yang dilakukan mengalami beberapa perubahan.

Salah satu di antaranya adalah ikatan darah dari pemain yang akan dinaturalisasi. Shin Tae-yong menempatkan syarat ini sebagai syarat utama. Hal ini tidak terjadi pada masa-masa sebelumnya seperti pada Cristian Gonzales ataupun Alberto Gonzales dan kawan-kawan.

Kedua, pemain yang dinaturalisasi sesuai dengan kebutuhan tim. Seperti banyaknya pemain belakang yang dicari Shin Tae-yong bukti bahwa sektor inilah sektor paling lemah timnas Indonesia. Maka tidak heran muncul bek-bek menjulang yang kini mengawal lini pertahanan Indonesia.

Ada kekhawatiran keberadaan para pemain naturalisasi akan mengubur para pemain lokal. Hal ini tidak perlu terjadi, sebab keberadaan mereka justru menjadi pemicu pemain lokal untuk berlatih lebih giat untuk mendapatkan tempat utama.

Satu kenyataan yang patut diperhatikan, Shin Tae-yong selalu menurunkan pemain dalam sebuah ajang sesuai dengan kesiapan para pemain. Shin Tae-yong tidak membeda-bedakan keduanya. Siapa yang siap itulah yang dimainkan.

Program naturalisasi pun tidak akan selamanya. Secara sederhana program ini adalah terobosan untuk memperbaiki posisi sepak bola Indonesia di ajang internasional. Dan hal ini mulai terlihat hasilnya. Selain ranking FIFA yang melompat drastis, keberadaan timnas Indonesia pun mulai diperhitungkan negara lain.

Kenyataan ini diakui atau tidak merupakakan hasil dari terobosan tersebut. Sebab tanpa melakukan hal yang luar biasa, rasanya mustahil Indonesia mampu meraih pencapaian yang luar biasa.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Agus Siswanto