Papua terkenal dengan keindahan dan kekayaan alam, juga kekayaan budaya yang unik dan luar biasa. Semua itu adalah modal berharga, utamanya bagi generasi muda di Papua untuk mengembangkan diri secara maksimal demi mencapai kesejahteraan dan kemajuan. Untuk mencapainya, pendidikan yang bermutu menjadi hal mendasar yang dibutuhkan.
Akan tetapi, selama ini kondisi pendidikan di Papua memang masih jauh dari harapan. Data UNICEF menunjukkan bahwa 30% siswa Papua tidak menyelesaikan SD dan SMP. Di pedalaman, 50% siswa SD dan 73% siswa SMP memilih untuk putus sekolah. Angka buta huruf menempati peringkat tertinggi di provinsi di Indonesia (28.61%).
Pada 2022, UNICEF juga menemukan 57% siswa di Kabupaten Asmat dan 25% di Kabupaten Nabire tidak dapat membaca. Hanya terdapat 20% siswa di Kabupaten Asmat yang dapat membaca serta memahami konteks bacaan. Dari jumlah tersebut, hanya 2% yang dapat membaca dengan lancar. Di Kabupaten Nabire, 35% siswa dapat membaca serta memahami konteks bacaan dan 20% siswa dapat membaca dengan lancar.
Menurut data BPS (2023) tentang Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Provinsi dan rentang usia (7-12 tahun, 13-15 tahun, 16-18 tahun, 19-24 tahun) untuk tahun 2021, 2022, dan 2023, Provinsi Papua cenderung lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional di setiap rentang usia.
Faktor penyebab ketertinggalan pendidikan di Papua beragam. Mulai dari kondisi geografis yang sulit, infrastruktur pendidikan kurang memadai, ketersediaan dan kualitas tenaga pendidik yang tidak merata, hingga faktor ekonomi.
Kondisi tersebut jelas butuh perhatian khusus. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan jelas menyebut setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Pada bagian Kesatu tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara Pasal 5 Ayat (3) dengan jelas disebutkan, warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
Sedangkan untuk pendidikan tinggi, UU No 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia berkewajiban meningkatkan akses dan kesempatan belajar di Perguruan Tinggi serta menyiapkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.
Di sinilah pentingnya program-program afirmasi pendidikan di Papua untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di semua tingkatan. Kemendikbudristek telah mengeluarkan berbagai program afirmasi pendidikan agar anak-anak di Papua dan daerah 3T mendapatkan akses pendidikan berkualitas. Bentuk-bentuk program afirmasi tersebut seperti program ADEM dan ADik.
ADEM adalah Afirmasi Pendidikan Menengah, program yang memberi peluang ke murid-murid di Papua, Daerah 3T, dan anak buruh Migran di Malaysia mendapatkan pendidikan menengah yang berkualitas. Penerima program ini diberi kesempatan menjalani pendidikan di SMA/SMK berkualitas yang ada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Bali, dan Banten.
Sedangkan ADik (Afirmasi Pendidikan Tinggi) atau Beasiswa ADIK adalah program yang memberi kesempatan mahasiswa Papua kuliah ke perguruan tinggi favorit di seluruh Indonesia. Komponen pembiayaan Beasiswa ADIK meliputi biaya UKT, biaya hidup, dana kedatangan, dana transportasi, hingga dana keadaan darurat.
Pada tahun 2024 ini, program Beasiswa ADik ini terdiri dari beberapa kategori. Ada Beasiswa ADik Papua bagi putra-putri Orang Asli Papua (OAP) lulusan Sekolah Tinggi Menengah/Kejuruan (SMA/SMK) atau sederajat di wilayah Papua. Ada Beasiswa ADik Daerah Khusus yang diberikan ke peserta didik yang tinggal dan berasal dari Daerah Khusus.
Ada juga Beasiswa ADik Anak TKI yang ditujukan bagi peserta didik anak tenaga kerja Indonesia di Malaysia. Kemudian ada Beasiswa ADik Lulusan ADEM bagi siswa-siswi program ADEM yang telah lulus pada sekolah penyelenggara ADEM, baik ADEM wilayah Papua, ADEM 3T/Daerah Khusus dan ADEM Repatriasi. Selain itu, ada juga Beasiswa ADik Disabilitas bagi mahasiswa di PTN maupun PTS yang telah ditetapkan Puslapdik sebagai Penyelenggara ADik melalui usulan LLDIKTI.
Lulusan pertama program ADEM tahun 2016 sebanyak 412 murid, 410 di antaranya melanjutkan ke perguruan tinggi program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik). Kemudian, pada 2022, lulusan ADEM sebanyak 1376 orang dan sebanyak 416 murid melanjutkan ke perguruan tinggi melalui program Adik. Pada tahun ajaran 2022/2023, siswa penerima ADEM Papua dan Papua Barat tercatat sebanyak 1241 murid dan tersebar di 161 sekolah di 6 propinsi: Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Banten (puslapdik.kemdikbud.go.id,14/2/2023).
Ribuan anak Papua telah menerima manfaat dari program beasiswa ADEM dan ADIK. Sepanjang 2020-2024, tercatat lebih dari 5.000 anak Papua dan daerah 3T telah melanjutkan sekolah SMA dengan beasiswa ADEM. Empat tahun terakhir, sudah ada 5.000 anak Papua dan daerah 3T juga bisa berkuliah dengan beasiswa ADik.
Upaya peningkatan mutu layanan pendidikan di Daerah 3T termasuk di Papua juga dilakukan lewat pemberian tunjangan khusus untuk pendidik dan tenaga kependidikan. Tunjangan ini diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan, memotivasi, serta meningkatkan etos kerja guru dalam mengajar di daerah 3T, sehingga kualitas pembelajaran semakin meningkat.
Setiap anak di Papua berhak bermimpi dan mewujudkan cita-citanya. Menjadi tugas negara untuk memastikan anak-anak di Papua memiliki kesempatan yang sama dalam mendapatkan pendidikan yang berkualitas seperti anak-anak lainnya di seluruh Indonesia.
Upaya merawat mimpi anak-anak Papua telah dilakukan lewat berbagai program afirmasi pendidikan. Program-program afirmasi tersebut adalah bentuk keberpihakan dan komitmen untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), termasuk di Papua.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Kualitas pendidikan yang meningkat akan memberi dampak positif bagi pembangunan. Kita harapkan, akan terus bermunculan generasi muda Papua yang cerdas, kreatif, dan berprestasi, sehingga mampu membanggakan dan berkontribusi nyata bagi terciptanya kemajuan dan kesejahteraan di Papua.
Baca Juga
-
Ulasan Buku Karya Rebecca Hagelin: Tips Melindungi Anak dari Konten Negatif
-
Kitab Anti Bodoh: Menjadi Pemilih Cerdas Tanpa Cacat Logika
-
Modal Ngeblog Bisa Sampai Yurop: Rahasia Jalan-Jalan Gratis dari Menulis
-
Am I There Yet: Eksplorasi Masa Remaja Penuh Makna
-
3 Pesan AntiBullying dalam Buku Cerita Surat Dalam Balon
Artikel Terkait
-
Wapres Gibran ke Mendikdasmen: Zonasi Sekolah Harus Dihilangkan!
-
253 PNS Papua Tengah Diambil Sumpah Usai Terima SK Pengangkatan
-
Pendidikan Nissa Sabyan, Diduga Diam-Diam Sudah Nikah dengan Ayus
-
Kuliah S2 di Australia dengan Biaya Lokal, Bagaimana Caranya?
-
Riwayat Pendidikan Rieke Diah Pitaloka yang Ambil S1 Lagi, Pernah Kantongi Gelar Doktor
Kolom
-
Trend Lagu Viral, Bagaimana Gen Z Memengaruhi Industri Musik Kian Populer?
-
Usai Kemenangan Telak di Pilpres AS, Apa yang Diharapkan Pendukung Donald Trump?
-
Standar Nikah Muda dan Mengapa Angka Perceraian Semakin Tinggi?
-
Indonesia vs Arab Saudi: Mencoba Memahami Makna di Balik Selebrasi Seorang Marselino Ferdinan
-
Matematika Dasar yang Terabaikan: Mengapa Banyak Anak SMA Gagap Menghitung?
Terkini
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Cetak 2 Gol, Bukti "Anak Emas" Tak Sekadar Julukan bagi Marselino Ferdinan
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg