Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Sherly Azizah
Ilustrasi menulis sambil mendengarkan musik [Pexels/Pavel Danilyuk]

Pernah gak, kalian merasa sudah punya ide cemerlang untuk menulis, tapi tiba-tiba malah bingung harus mulai dari mana? Itu adalah perasaan yang cukup umum dialami oleh banyak orang yang ingin menulis, tapi sering kali hambatan karena keraguan dan ketakutan akan gagal.

Padahal, ide itu sebenarnya sudah ada di kepala, tinggal bagaimana cara menuangkannya ke dalam kata-kata yang bisa memikat pembaca. Lalu kenapa bisa begitu?

Sering kali, kita terlalu fokus pada "bagaimana" tulisan kita harus keluar, seolah harus sempurna sejak kalimat pertama. Akibatnya, kita malah terjebak dalam ketakutan yang berlebihan dan merasa tidak siap untuk memulai.

Banyak penulis pemula yang akhirnya menunda-nunda, berpikir bahwa mereka harus menunggu inspirasi yang datang dengan sendirinya. Padahal, pada kenyataannya, inspirasi itu baru muncul setelah kita mulai menulis.

Lalu, apa yang sebenarnya menjadi penghalang terbesar? Bukan soal ide yang tidak ada, melainkan ketakutan akan kritik atau penilaian orang lain. Ini adalah salah satu hal yang sering membuat kita ragu.

Tak jarang, kita terjebak dalam keraguan tentang apakah tulisan kita cukup baik atau tidak. Padahal, tulisan yang bagus justru akan lahir setelah proses penulisan yang berulang-ulang dan melalui revisi yang tidak terhindarkan.

Mungkin, sebagian dari kita juga merasa bingung tentang bagaimana cara mengembangkan ide yang ada. Apakah ide tersebut sudah cukup menarik? Apakah ada cara untuk memperdalamnya agar menjadi lebih kaya? Ini adalah pertanyaan yang wajar, namun tidak perlu membuat kita berhenti.

Proses menulis adalah tentang menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu di sepanjang jalan. Jadi, dimulai dulu, baru nanti akan terlihat arah tulisanmu.

Namun, bagaimana caranya memulai? Mulailah dengan menulis apa yang terlintas di pikiran tanpa terlalu memikirkan kesempurnaan.

Biarkan kata-kata mengalir begitu saja. Tanpa harus memikirkan apakah kalimat itu sudah enak dibaca atau belum, fokuslah pada alur pemikiran yang ingin kamu sampaikan. Tanpa terasa, tulisan yang awalnya terasa acak-acakan, akan berkembang menjadi sesuatu yang lebih terstruktur setelah beberapa kali revisi.

Bagi yang masih merasa terjebak, cobalah menulis dalam bentuk tulisan bebas atau catatan harian. Ini adalah metode yang sangat membantu dalam mengurangi beban pikiran yang membatasi kreativitas.

Dengan menulis tanpa tekanan, kita bisa lebih leluasa mengeksplorasi ide-ide yang sebelumnya tidak pernah terlintas. Hal ini juga bisa menjadi latihan penting dalam proses menemukan suara penulis yang autentik.

Setiap penulis, bahkan yang paling berpengalaman sekalipun, pernah merasakan ketakutan yang sama. Jadi, jangan biarkan rasa bingung atau takut menghalangi langkah pertama kamu.

Setelah itu, biarkan ide-ide itu berkembang secara alami, dan jangan lupa untuk terus menulis, karena karya yang baik tidak akan pernah hadir tanpa usaha.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Sherly Azizah