Hayuning Ratri Hapsari | Zahrin Nur Azizah
Ilustrasi mendengarkan cerita teman (Pexels/SHVETS production)
Zahrin Nur Azizah

Terkadang kita pernah merasa hampa tanpa benar-benar tahu apa penyebabnya. Merasa sendirian meski berada di tengah keramaian. Bahkan merasa tak didengar meskipun sedang dikelilingi teman-teman. Ini bukan lagi soal introvert atau tidak. Bisa saja perasaan itu muncul karena kamu belum benar-benar merasa aman di lingkungan tersebut. Yang kamu butuhkan saat itu mungkin bukan tempat sunyi untuk menyendiri, melainkan ruang aman yang memberi keberanian untuk tampil sebagai dirimu sendiri.

Safe space sendiri bukanlah sesuatu yang asing atau sulit dipahami. Safe space atau ruang aman merujuk pada sebuah tempat, suasana, atau hubungan yang memungkinkan seseorang merasa terlindungi untuk menjadi dirinya apa adanya. Tempat kita tidak takut disalahpahami, tidak cemas dihakimi, dan tidak merasa perlu menutupi apa yang sebenarnya sedang dirasakan. Dalam ruang seperti ini, kita diberi kesempatan untuk bernapas lebih pelan, merapikan emosi yang sempat semrawut, dan meredakan kegelisahan yang sering datang tanpa permisi.

Mengapa Safe Space itu Penting?

Menjadi ruang aman bagi orang lain berarti memberi mereka tempat untuk bersuara tanpa merasa takut atau sungkan. Sebuah ruang di mana seseorang bisa bercerita tentang kegundahan, ketakutan, atau hal-hal yang sulit diungkap tanpa khawatir akan ditertawakan atau disalahkan. Secara psikologis, safe space membantu seseorang mengambil risiko interpersonal yaitu keberanian untuk jujur tentang apa yang ada di dalam hati, tanpa takut akan dipermalukan.

Di masa ketika media sosial dan lingkungan sekitar dapat memberi tekanan. Baik yang terasa jelas maupun yang datang tanpa disadari. Keberadaan safe space menjadi semacam perlindungan kecil. Saat kamu berhadapan dengan ucapan kasar yang dibungkus sebagai candaan, komentar jahat dari media sosial, atau ekspektasi yang diam-diam membebani, safe space memberi jeda untuk menjauh sejenak dari hiruk pikuk itu. Di ruang inilah kamu diberi izin untuk bernapas lebih lega, tanpa harus memaksakan diri terlihat kuat setiap waktu.

Tanda Kita Belum Jadi Ruang Aman Bagi Orang Lain

Kadang, kita merasa sudah menjadi teman yang baik, padahal belum tentu menjadi ruang aman bagi orang lain. Tanpa sadar, kita bisa melakukan hal-hal kecil yang membuat seseorang ragu untuk bercerita. Contohnya seperti menghakimi terlalu cepat, memberi nasihat yang tidak diminta, meremehkan rasa cemas mereka, atau membandingkan pengalaman mereka dengan pengalaman kita. Hal inilah yang membuat orang jadi merasa sungkan atau bahkan tidak berani bercerita karena takut dianggap salah.

Menjadi safe space bukan berarti selalu mengiyakan atau membenarkan semua hal. Yang terpenting adalah memberi ruang bagi orang lain untuk didengar, dipahami, dan diterima apa adanya sebelum kita mencoba memberikan tanggapan pada mereka.

Bagaimana Cara Kita Berperan Menjadi Safe Space?

Menjadi safe space bukanlah sesuatu yang berat. Kita bisa memulainya dari hal-hal sederhana yang bisa dilakukan setiap hari. Tidak perlu jadi sosok yang sempurna atau selalu memiliki jawaban atas setiap pertanyaan. Cukup hadir dengan empati dan tentu saja dengan niat yang baik.

Mendengarkan tanpa menyela adalah langkah pertama yang paling manusiawi. Kadang seseorang tidak membutuhkan solusi, mereka hanya ingin didengar tanpa dihakimi atau diarahkan. Dengan memberi ruang bagi cerita mereka, kita sudah membantu lebih dari yang kita kira.

Menghargai batasan juga penting. Biarkan orang menentukan sendiri apakah mereka ingin bercerita panjang, sekadar didengarkan, atau justru butuh hening sejenak. Menghormati kenyamanan orang lain membuat mereka merasa aman untuk membuka diri tanpa tekanan.

Menghindari komentar yang menyakitkan juga menjadi bagian penting dalam menciptakan ruang aman. Kalimat seperti “Masalahmu masih kecil” atau “Kamu masih mending, aku pernah lebih parah dari itu” sering terucap tanpa kita sadari, padahal terdengar sangat melukai bagi orang yang sedang bercerita. Mulai sekarang, cobalah menjauh dari ucapan-ucapan yang merendahkan seperti itu, karena setiap orang membawa beban dan perasaannya sendiri dan semuanya layak dihargai.

Menumbuhkan empati berarti hadir dengan hati yang terbuka. Maksudnya adalah kita memberikan dukungan tanpa perlu memandang orang tersebut dari latar belakangnya. Juga tak kalah pentingnya tidak menganggap masalah mereka sepele hanya karena berbeda dari pengalaman kita sendiri.

Menjaga privasi juga merupakan hal yang penting. Ketika seseorang sudah bercerita pada kita, itu tandanya mereka percaya bahwa ceritanya aman berada di tangan kita. Kepercayaan seperti itu tidak datang setiap hari, jadi jangan sampai kita mengkhianatinya. Cukup simpan cerita itu baik-baik, tanpa membaginya ke orang lain.

Penutup: Safe Space Dimulai dari Kita

Safe space atau ruang aman bukan lagi soal tempat khusus atau sesuatu yang terlihat rumit. Intinya selalu kembali pada bagaimana kita memperlakukan orang-orang di sekitar kita. Sikap-sikap kecil seperti mendengarkan tanpa menghakimi, menjaga privasi, atau sekadar hadir dengan empati bisa menjadi titik awal terciptanya rasa aman bagi seseorang. Terkadang, hal sederhana seperti itu sudah cukup membuat mereka merasa didengar dan merasa tidak sendirian.