Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Fathyah
Ilustrasi quarter life crisis. (Unsplash.com/engin akyurt)

Quarter Life Crisis adalah istilah untuk seseorang yang memiliki kecemasan terhadap masa depannya, yang mana hal tersebut bisanya terjadi ketika seseorang memasuki usia awal dewasa atau umur 20 hingga 30-an.

Pemicunya Quarter Life Crisis bisa bermacam-macam. Baik dari segi finansial, relasi, karir masa depan, serta nilai-nilai yang ada pada diri sendiri.

Ketika seseorang mulai memasuki usia 20 atau 30, perubahan pola pikir mereka kerap menjadi pemicu utama dari terjadinya Quarter Life Crisis. Hal ini sebenernya wajar, berarti ada kesadaran bahwa masa depan harus dicemaskan jika tidak berjuang dari sekarang.

Namun, berbahaya juga apabila kecemasan itu terus berlarut-larut sampai mempengaruhi kesehatan mental seseorang.

Gejala Quarter Life Crisis

Beberapa gejala Quarter Life Crisis antara lain, seseorang merasa terjebak akan suatu situasi yang membuatnya menjadi tertekan baik dari segi pendidikan, pekerjaan, relasi hingga jenjang karir.

Selanjutnya gejala juga dapat ditunjukan jika seseorang sering membandingkan dirinya dengan kehidupan atau pencapaian orang lain, sehingga hal ini membuat seseorang menjadi tidak bersyukur akan kehidupannya sendiri.

Lalu seseorang memiliki gejala Quarter Life Crisis apabila mereka mulai menunjukkan kecemasan berlebih setelah mengambil suatu keputusan.

Kemudian seseorang sering merasakan kesedihan berlebih hingga kehilangan motivasi hidupnya. Hal ini jelas berdampak pada kesehatan mental.

Jika kalian terus berlarut pada pemikiran ini, akhirnya kalian hanya akan takut untuk melanjutkan kehidupan kalian yang akan mendatang. Akibatnya banyak diantaranya yang memutuskan untuk tidak berani mengambil resiko dikarenakan takut gagal. Padahal masih banyak orang lain yang jauh dibawah kita baik dari ekonomi, karir dan sebagiannya.

Cara menghadapi Quarter Life Crisis

Beberapa cara diantaranya seperti mulai berhenti membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain, belajar bersyukur dengan apa yang kita punya atau pencapaian yang kita peroleh, mulai menata diri untuk lebih banyak belajar dan mencari jalan solusi yang baik dari permasalahan yang ada, berbagi cerita terhadap orang terdekat atau yang kita percayai, serta mencari dan mengembangkan minat baru sebagai bentuk dari aktivitas baru yang dapat membuat hidup kita lebih produktif. 

Semua tergantung dari mindset pikiran kita yang menuntut kita untuk menjadi seperti apa. Jika kita cemas terhadap apa yang akan terjadi dikemudian hari akibat dari gejala Quarter Life Crisis, itu menjadi hal yang wajar jika secukupnya dirasakan. 

Namun, hal yang bisa dipetik dari permasalahan ini adalah kita harus tetap berusaha dan jangan pernah takut untuk mengambil resiko yang ada. Sebab setiap orang memiliki cara dan jalannya masing-masing dalam menuju kesuskesan.

Setiap orang pasti memiliki rintangan terlebih dahulu untuk mencapai kesuksesan yang dia miliki. Setiap orang pastinya tidak mungkin menunjukkan masa-masa sulitnya. Jadi hargilah dan sayangi diri kalian.

Fathyah