Pertemuan para Menteri keuangan dan Gubernur Bank Sentral Group of Twenty (G20) telah diselenggarakan secara virtual pada tanggal 14 oktober 2020, dengan diawali pertemuan tingkat deputy pada tanggal 12-14 oktober 2020, agenda utama yang dibahas dalam pertemuan adalah Response to the Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Pandemic, Internasional Taxation, dan Financial Sector Issues
Pertemuan ini dipimpin oleh Menteri keuangan dan Gubernur Bank Sentral Arab Saudi dan dihadiri perwakilan IMF, Bank dunia dan lembaga internasional lainnya serta dilengkapi negara undangan. Delegasi Indonesia di pimpin oleh Sri Mulyani sebagai Mentrei Keuangan dan Perry Warijiyo sebagai Gubernur Bank Indonesia
Para Menteri keuangan dan Gubernur Bank Sentral membicarakan Pandemi Covid-19 yang menimbulkan tekanan terhadap perekonomian global. Internasional Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook terbaru memperkirakan perekonomian global akan tumbuh negatif 4,4 pada tahun 2020
Meskipun terdapat tanda-tanda pemulihan bertahap, namun perekonomian global masih menghadapi ketidakjaminan yang tinggi. Para Menteri keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 menegaskan kembali komitmennya dalam menggunakan semua kebijakan luar biasa salam melindungi masyarakat, lapangan kerja, pemulihan ekonomi dan ketahanan sistem keuangan, dengan secara hati-hati mengelola potensi risiko terhadap penurunan ekonomi
"Pemulihan ekonomi yang parsial dan tidak merata dapat membawa prospek ekonomi global jauh dari tingkat sebelum pandemi Covid-19. Negara G20 harus menghindari penarikan stimulus yang terlalu dini, guna mendukung pemulihan berada di jalur yang benar. ketersediaan dan akses atas vaksin sangat penting dalam penanganan Pandemi Covid-19 dan mendukung pemulihan ekonomi. Indonesia berkomitmen untuk menggunakan semua perangkat kebijakan, termasuk melalui policy mix antara kebijakan fiskal, moneter dan struktural dalam mendukung pemulihan ekonomi. Inodonesia baru saja mengesahkan omnibus Low Cipta kerja guna mendukung investasi dan penciptaan lapangan pekerjaan," ungkap Menteri keuangan, Sri Mulyani Indrawati.
Selain itu, pertemuan G20 kali ini mengesahkan pembaruan G20 Action Plan, yang mencangkup prinsip-prinsip dan langkah-langkah nyata atas kebijakan dan komitmen dalam menangani Covid-19 serta pemulihan ekonomi yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif. Negara-negara G20 menegaskan kembali pentingnya aksi bersama dalam mendukung R&D, produksi dan distribusi Covid-19 tools (diagnostik, terapi dan vaksin) dengan tujuan untuk mendukung akses yang merata dan terjangkau bagi semua. imunisasi secara luas dipandang sebagai barang publik global dalam rangka pencegahan dan pananganan Covid-19. Negara-negara G200 juga menekankan pentingnya pembiayaan Universal Health Coverage (UHC) bagi negara-negara berkembang guna meningkatkan daya tahan, kesiapan, dan respon dari sistem kesehatan terhadap Covid-19
Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 menyepakati perpanjangan implementasi program penundaan pembayaran kewajiban utang bagi negara -negara miskin (low income countries) melalui Debt Service Suspension Intiative (DSSI) sampai dengan akhir juni 2021, guna membantu negara-negara miskin dalam merespon Covid-19. Dalam pertemuan IMF-WB Spring Meeting 2021 mendatang, G20 akan membahas opsi perpanjangan DSSI untuk enam bulan berikutnya (hingga Desember 2021) apabila perkembangan situasi perekonomian dan keuangan dunia masih membutuhkan fasilitas DSSI.
Mempertimbangkan peningkatan kerentanan utang yang signifikan dari negara-negara miskin (low income countries) akibat Covid-19, negara-negara G20 menyadari adanya keperluan perlakuan utang di luar fasilitas DSSI secara kasus per kasus. sehubungan dengan hal ini, G20 menyetujui prinsip-prinsip Common Framework for Debt Treatments Beyond the DSSI sebagai upaya untuk mengatasi risiko kerentanan utang negara-negara miskin. Common Framework ini diharapkan akan dapat ditetapkan pada pertemuan Mentri keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 pada november mendatang, setelah masing-masing negara kreditur melakukan proses domestik yang diperlukan
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Perekonomian Jakarta Triwulan III 2024 Melesat 4,93 Persen, Apa Pemicunya?
-
Tindak Lanjuti Putusan MK, Airlangga Rakor Bahas Ekonomi Indonesia
-
7 Menteri Prabowo Gelar Rapat di Hari Minggu, Putusan Judicial Review UU Cipta Kerja Ikut Dibahas
-
Kabar Buruk Datang dari Asing, Target Ekonomi 8 Persen Prabowo Mustahil Tercapai?
-
10 Tahun Jokowi, Simak Transformasi Pariwisata Indonesia Menjadi Motor Penggerak Perekonomian Nasional
News
-
Adakan PTKO II, Imabsi FKIP Unila Bekali Anggota agar Paham Renstra dan LPJ
-
Sukses! Mahasiswa Amikom Yogyakarta Adakan Sosialisasi Pelatihan Desain Grafis
-
Bangun Minat Menulis, SMA Negeri 1 Purwakarta Undang Penulis Novel
-
Lestarikan Sastra, SMA Negeri 1 Purwakarta Gelar 10 Lomba Bulan Bahasa
-
Jakarta Doodle Fest Vol.2 Hadirkan Moonboy and His Starguide The Musical, dari Ilustrasi Seniman ke Panggung Teater
Terkini
-
BABYMONSTER Billionaire: Ketika Percaya Diri Mampu Bungkam Komentar Negatif
-
4 Fakta Neo Hou, Pemeran Fangs of Fortune yang Ternyata Mantan Trainee SM
-
Jejak Kolonialisme dalam Tindakan Penjarahan: Jajah Bangsa Sendiri?
-
Ulasan Buku 'Tekukur Hitam Kesayangan Pangeran': Indahnya Memberi Maaf
-
3 Rekomendasi Serum yang Mengandung Tea Tree, Ampuh Hempaskan Jerawat