Hayuning Ratri Hapsari | Siti Nuraida
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (kiri) dan pejabat lama Sri Mulyani Indrawati saat serah terima jabatan di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (9/9/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Siti Nuraida
Baca 10 detik
  • Presiden Prabowo mengganti Menkeu Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa, memicu guncangan pasar dan sorotan internasional.
  • Media China melihat reshuffle ini sebagai langkah positif untuk stabilitas politik, sementara media Barat khawatir akan risiko fiskal dan hilangnya kepercayaan investor.
  • Menkeu Purbaya kini menghadapi tugas berat untuk menyeimbangkan target pertumbuhan ekonomi yang ambisius dengan kebutuhan menjaga disiplin anggaran.
[batas-kesimpulan]

Presiden Prabowo Subianto baru saja mengguncang politik dan ekonomi nasional dengan melakukan reshuffle kabinet pada awal September 2025.

Salah satu keputusan yang paling mengejutkan publik adalah penggantian Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan, posisi yang telah dipegangnya selama bertahun-tahun, dengan menunjuk Purbaya Yudhi Sadewa sebagai penggantinya.

Langkah ini tak hanya menyedot perhatian publik dalam negeri, namun juga mendapat sorotan luas dari media internasional, termasuk media China. Banyak yang menilai bahwa keputusan ini bisa mengubah arah kebijakan ekonomi Indonesia secara signifikan.

Sorotan Media China: Stabilitas Jadi Fokus Utama

Para pegawai Kementerian Keuangan menyambut Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani usai serah terima jabatan di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (9/9/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Media China menilai reshuffle yang dilakukan Presiden Prabowo tidak semata-mata soal teknis pemerintahan, melainkan juga strategi politik untuk menjaga stabilitas di tengah situasi yang memanas.

Mereka melihat bahwa dengan menunjuk Purbaya sebagai Menkeu baru, Prabowo berusaha mengirim pesan bahwa pemerintah tetap solid dan mampu menghadapi tekanan dari dalam negeri maupun luar negeri.

Media China menekankan bahwa stabilitas politik menjadi faktor kunci bagi keberlanjutan pembangunan Indonesia. Investor global, khususnya dari kawasan Asia, sangat memperhatikan hal ini.

Dengan demikian, keputusan mengganti Sri Mulyani dipandang sebagai upaya untuk memastikan arah pemerintahan tidak goyah meski ada protes besar dari masyarakat.

Reshuffle dan Guncangan Pasar

Pasar keuangan bereaksi cukup keras terhadap kabar penggantian Sri Mulyani. Rupiah sempat melemah dan indeks saham terguncang karena investor menganggap Sri Mulyani sebagai figur yang kredibel dan mampu menjaga disiplin fiskal Indonesia.

Sri Mulyani dikenal berhasil menahan defisit anggaran di bawah 3% dan menjadi sosok yang sangat dihormati oleh pelaku pasar internasional. Maka tak heran jika penggantiannya langsung memicu kekhawatiran akan adanya capital flight atau keluarnya modal asing dari Indonesia.

Sejumlah analis menyoroti risiko fiskal yang bisa meningkat bila Purbaya terlalu fokus pada pertumbuhan tanpa memperhatikan batasan defisit.

Purbaya Yudhi Sadewa: Si Menteri Baru yang Optimis

Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (9/9/2025). [Suara.com/Novian]

Purbaya Yudhi Sadewa bukanlah nama asing dalam dunia ekonomi Indonesia. Sebelum menjadi Menteri Keuangan, ia menjabat sebagai Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Latar belakangnya sebagai ekonom lulusan Purdue University membuatnya cukup dikenal di kalangan akademisi dan birokrasi.

Purbaya menyatakan optimismenya bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6 hingga 8 persen per tahun. Ia bahkan sempat menyinggung bahwa jika ekonomi tumbuh tinggi, maka aksi protes dari masyarakat akan mereda dengan sendirinya karena orang-orang akan lebih sibuk mencari pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan.

Meski terdengar ambisius, pernyataan ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah target setinggi itu realistis, mengingat kondisi global yang penuh ketidakpastian dan beban anggaran pemerintah yang meningkat akibat program populis seperti subsidi makanan gratis?

Sri Mulyani: Figur yang Sulit Digantikan

Menteri Keuangan yang lama Sri Mulyani Indrawati memberikan sambutan saat serah terima jabatan di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (9/9/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Tidak bisa dipungkiri, nama Sri Mulyani memiliki bobot besar baik di dalam maupun luar negeri. Sebagai mantan pejabat Bank Dunia, ia dihormati karena konsistensinya dalam menjaga kebijakan fiskal yang prudent.

Banyak analis menilai bahwa penggantian Sri Mulyani bisa menciptakan "lubang kepercayaan" di mata investor. Hal ini terlihat dari reaksi pasar yang langsung negatif begitu kabar reshuffle diumumkan.

Bahkan, sejumlah media asing seperti Financial Times dan Bloomberg juga menyebut bahwa Sri Mulyani adalah salah satu menteri ekonomi paling kredibel di Asia Tenggara. Dengan kepergiannya, pasar mulai meragukan arah kebijakan fiskal Indonesia di bawah kepemimpinan baru.

Reshuffle di Tengah Gejolak Politik

Keputusan mengganti Sri Mulyani juga tak bisa dilepaskan dari konteks politik dalam negeri. Pada akhir Agustus 2025, rumah Sri Mulyani sempat menjadi sasaran amarah massa saat demonstrasi besar-besaran terjadi.

Momen ini menandakan adanya tekanan politik yang kuat terhadapnya, dan hal itu bisa saja mempercepat keputusan Presiden Prabowo untuk melakukan reshuffle.

Media asing, termasuk AP News dan Channel News Asia, menyoroti bahwa langkah ini berpotensi menjadi bagian dari strategi Prabowo untuk meredam gejolak politik dengan mengorbankan figur populer di mata pasar, namun kontroversial di mata sebagian masyarakat.

Respons Investor: Hati-Hati dengan Risiko Fiskal

Sejumlah analis memperingatkan bahwa Purbaya, meski punya reputasi akademis yang baik, belum tentu bisa langsung meyakinkan pasar internasional.

Beberapa investor khawatir bahwa kebijakan pro-growth yang terlalu agresif bisa meningkatkan risiko fiskal, terutama bila defisit anggaran melebar akibat program populis. Hal ini diperparah oleh lemahnya kondisi rupiah, yang bisa membuat Indonesia lebih rentan terhadap gejolak global.

Michael Brown, seorang peneliti dari Pepperstone Research, dikutip oleh Kompas TV menyatakan: “Ada risiko capital flight karena investor internasional mulai ragu dengan arah fiskal Indonesia.”

Media China Lihat Sisi Positif, Barat Lebih Pesimis

Ada perbedaan menarik antara sorotan media China dan media Barat.

  • Media China cenderung melihat reshuffle ini sebagai langkah positif untuk menjaga stabilitas politik dan sosial. Mereka menekankan bahwa kestabilan domestik akan memberi sinyal positif bagi pembangunan jangka panjang.
  • Media Barat seperti Reuters, Financial Times, dan Bloomberg, lebih menyoroti dampak negatif terhadap pasar dan potensi kehilangan kepercayaan investor.

Perbedaan sudut pandang ini memperlihatkan bagaimana geopolitik juga berperan dalam membentuk narasi tentang kebijakan Indonesia.

Tantangan Purbaya ke Depan

Sebagai Menteri Keuangan baru, Purbaya menghadapi sejumlah tantangan besar, antara lain:

  • Menjaga Stabilitas Fiskal – Menghindari defisit yang terlalu besar akibat kebijakan populis.
  • Memulihkan Kepercayaan Investor – Meyakinkan pasar internasional bahwa Indonesia tetap berkomitmen pada disiplin fiskal.
  • Mendukung Program Prioritas Presiden – Termasuk program makan gratis dan belanja sosial lainnya, tanpa mengorbankan keberlanjutan fiskal.
  • Menghadapi Gejolak Global – Fluktuasi harga komoditas, perlambatan ekonomi global, dan ketidakpastian geopolitik akan menjadi tantangan tambahan.

Kesimpulan

Reshuffle kabinet Presiden Prabowo Subianto yang menggantikan Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa menimbulkan reaksi beragam.

  • Media China menilai langkah ini penting untuk menjaga stabilitas politik dan pembangunan jangka panjang.
  • Media Barat lebih banyak menyoroti risiko hilangnya kepercayaan investor dan potensi pelemahan fiskal.

Apapun itu, jelas bahwa posisi Menteri Keuangan sangat strategis, dan Purbaya kini memikul beban berat untuk membuktikan bahwa ia mampu menjaga keseimbangan antara ambisi pertumbuhan dan kebutuhan menjaga stabilitas fiskal.

Jika gagal, Indonesia bisa menghadapi guncangan besar. Namun jika berhasil, ia bisa mencatatkan dirinya sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah ekonomi Indonesia.