M. Reza Sulaiman | Riswanda Aristiawan
Ilustrasi FOMO (freepik.com)
Riswanda Aristiawan

Ada masa ketika membuka media sosial terasa seperti membuka etalase kehidupan orang lain. Semua tampak sibuk, produktif, bahagia, dan selalu selangkah lebih maju, sementara kita masih di situ-situ saja dengan hari yang terasa datar.

FOMO (Fear of Missing Out) sering kali tidak datang dengan teriakan. Ia hadir secara halus lewat rasa gelisah, takut tertinggal, dan pikiran bahwa hidup orang lain selalu lebih menarik. Kabar baiknya, FOMO bukanlah sesuatu yang harus dilawan keras-keras. Ia lebih bisa diredam pelan-pelan melalui kebiasaan kecil yang realistis dan bisa dijalani.

1. Kurangi Paparan, Bukan Langsung Menghilang

Ilustrasi Wanita yang Mulai Membatasi Paparan Media Sosial.(freepik.com.freepik)

Banyak orang ingin menghilangkan FOMO dengan cara ekstrem: puasa media sosial total. Masalahnya, tidak semua orang siap melakukan itu. Cara yang lebih masuk akal adalah mengurangi paparan.

Misalnya, berhenti melakukan scroll tanpa tujuan atau menentukan jam tertentu untuk membuka aplikasi. Ketika layar tidak lagi mendominasi hari, pikiran pun ikut melambat. Tanpa disadari, rasa tertinggal mulai berkurang.

2. Sadari Hidup Bukan Lomba

Ilustrasi Wanita mnyadari hidup bukan lomba.(freepik.com/jcomp)

Ini adalah poin penting yang sering kita lupakan. Hidup orang lain terlihat cepat karena Anda hanya melihat potongan terbaiknya. Anda tidak tahu apa yang mereka korbankan, apa yang mereka pendam, atau seberapa sering mereka juga merasa ragu.

Setiap orang memiliki garis waktu yang berbeda. Ada yang cepat dalam karier, lambat dalam relasi. Ada yang tenang di usia muda, gelisah belakangan. Berhenti menyamakan langkah hidup Anda dengan orang lain bisa membuat napas terasa lebih lega.

3. Tentukan Versi “Cukup” Anda Sendiri

Ilustrasi Wanita yang Menentukan Standar Cukup untuk Dirinya Sendiri.(freepik.com/wayhomestudio)

FOMO sering muncul karena kita tidak tahu kapan harus merasa cukup. Cukup itu subjektif. Bagi sebagian orang, cukup berarti mapan secara finansial. Bagi yang lain, cukup berarti memiliki waktu untuk pulang sebelum malam.

Coba tanyakan pada diri sendiri, apa yang sebenarnya Anda butuhkan saat ini? Bukan yang terlihat keren, tetapi yang membuat hidup Anda lebih stabil. Saat Anda memiliki definisi cukup sendiri, hidup orang lain menjadi tidak terlalu mengganggu.

4. Hargai Hal Kecil yang Tidak Viral

Ilustrasi Wanita yang Menikmati Hal Kecil.(freepik.com/freepik)

Tidak semua hal yang bermakna harus di-posting. Rutinitas sederhana, makan tepat waktu, tidur nyenyak, obrolan jujur dengan orang terdekat—semua itu tidak viral, tetapi penting. FOMO sering membuat kita meremehkan hal-hal ini.

Padahal, hidup yang tenang biasanya dibangun dari kebiasaan kecil yang konsisten. Mulai menghargai hidup yang berjalan pelan bisa mengubah cara Anda melihat kesuksesan.

5. Kurangi Membandingkan, Perbanyak Mengalami

Ilustrasi Wanita yang Berhenti Membandingkan Diri(freepik.com/drobotdean)

Membandingkan hidup Anda dengan orang lain jarang berakhir baik. Daripada sibuk melihat pencapaian orang lain, coba kembali ke pengalaman Anda sendiri.

Apa yang sedang Anda jalani, pelajari, dan rasakan hari ini? Mengalami hidup secara utuh, termasuk rasa bosan dan ragu, jauh lebih sehat daripada terus mengintip hidup orang lain dari layar. Anda tidak tertinggal. Anda hanya sedang berada di jalur Anda sendiri.

6. Fokus pada Proses, Bukan Sorotan

Ilustrasi Wanita yang Fokus pada Proses.(freepik.com/jcomp)

Sorotan selalu terlihat menarik, tetapi proseslah yang membentuk hidup Anda. Saat Anda fokus pada apa yang sedang dibangun secara pelan tapi konsisten, FOMO perlahan kehilangan kekuatannya. Anda menjadi lebih sibuk menjalani hidup daripada membandingkannya. Lebih hadir, lebih sadar. Dari situ, hari-hari Anda akan terasa lebih tenang.

Mengurangi FOMO bukan soal menjadi antisosial atau berhenti bermimpi. Ini tentang berdamai dengan ritme hidup Anda sendiri. Anda boleh pelan, Anda boleh berbeda. Hidup bukan tentang siapa yang paling cepat sampai, tetapi siapa yang paling jujur dalam menjalaninya.