Entah harus kumulai dari kata seperti apa
Untuk menggambarkan perasaan ini
Tak ada penggambaran kata-kata yang sepadan
Untuk menunjukkan cintaku padamu
Pena ini tak henti menari-nari menoreh tinta di atas kertas putih
Aku selalu saja merasa baktiku tak pernah cukup
Hatiku masih saja selalu bergetar ketika aku menatap matamu
Jantungku seakan berhenti berdetak
Kala jemariku membasuh kedua kakimu yang bercampur aliran air mata
Saat kau terlelap
Kutatap raut wajahmu yang tak lagi muda
Kuperhatikan tiap garis wajahmu
Tanganmu yang tak lagi halus
Terlintas kenangan lalu ketika aku dalam buaianmu
Begitu cepat berlalu
Mungkinkah ada kesempatanku lagi merasakan hangatnya pelukanmu tanpa batas usiaku?
Ya, mungkin kini aku yang mulai memberi kehangatan pelukan bagimu, pada tubuh yang tak lagi tegap
Untaian kata yang kau baca ini hanya secercah bait-bait indah yang ingin kusampaikan padamu
Aku mungkin tak mampu menyampaikan ini dihadapanmu
Bibirku bungkam terasa terkunci
Aku tak mampu menahan tiap tetes air mataku
Namun aku berusaha mampu menunjukkan kecintaanku padamu
Melalui tulisan dari seorang putri yang memanggilmu IBU
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
5 Rekomendasi Novel untuk Membaca Ulang Peristiwa Sejarah Tahun 1998
-
Rehat Sejenak di Belanda, Jennifer Coppen Tampilkan Rutinitas Santainya
-
Viral! Anak Muda Berbondong Ikut Tren 'Party Jamu' yang sedang Naik Daun
-
Sama-sama Hijau, Ini 5 Perbedaan Mendasar Teh Hijau dan Matcha
-
9 Makanan Terbaik untuk Mengontrol Kulit Berminyak dari Dalam