Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Ary
Ilustrasi langit malam. (Shutterstock).

Dulu aku benci malam
Sebenci kopi tanpa gula
Meski malam tak selalu mencekam
Tetapi pekat membuat aku buta

Hantupun gentayangan saat malam
Paling tidak itu kata orangtua
Agar anaknya tidak keluar malam
Meskipun sang anak tidak percaya

Tapi kini aku mulai mencintai malam
Karena aku sadar masih ada cahaya
Meskipun tidak menghilangkan kelam
Tetapi cukup mengobati buta

Ada satu sosok, alasanku cinta malam
Kejora, begitu aku menyebutnya
Meski tak setiap saat ada pada malam
Tapi aku tahu dia ada

Meski jauh dari tempat aku berdiam
Tapi hangatnya masih kurasa
Menemaniku saat malam mencekam
Sehingga takut-ku kini pun tiada

Aku sadar, kejora tak mungkin ku genggam
Bukan tak mau, tapi tak bisa
Meski tak dapat ku genggam
Terima kasih, karena malamku tak lagi mencekam

Ary