Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Christof
Ilustrasi bully di sekolah [shutterstock]

Gelegar hardikmu, tebas sengit semangatku

Koyak rapuh segenap nilai dan harga diriku

Matikan semua daya, bagai ditusuk sembilu

Luruh luluh, seluruh batin dan yakinku

Bagaikan diserbu tajamnya terjangan peluru

Dari segala arah angin, tiap sudut, dan penjuru

Bak dihantam kerasnya ombak badai yang menderu

Runtuhkan batu karang yang seolah tak kuat menumpu

Semburan api membakar, menjadi arang sebilah kayu

Panas tersambar dari sayatan-sayatan mulutmu

Tercabik tak berarti, dari irisan belati celoteh garangmu

Tajamnya seringamu, bagai tengkorak hidup di benakku

Mengaum tanpa henti mengancam buas di alam pikiranku

Menjadi kerdil sosok sosok gagah sang pemangku

Pedas menjalar, lidahku kini terasa kelu

Getir pahit seperti menghisap cairan empedu

Menguap sirna pilar ego yang menguat membatu

Semakin nyaring, hatiku semakin membisu

Suara suara menyalak membayang seperti hantu

Diterjang disergap, nyali seperti tersapu

Menoda nikmat bahagia, yang coba kuramu

Menyapu rasa percaya, yang ingin kujamu

Menjadi layu, setiap mimpi yang ingin kutemu

Benteng diri kian goyah, menjadi bimbang penuh ragu

Makna dan jati diri yang selama Ini kutahu

Sudahilah kalimat bejat dari corong panasmu

Untuk apa kau lempar hujatan hanya untuk meninju

Rahang kerasku yang memang terlanjur kaku

Ingatlah bahwa aku ini sesamamu, di dunia aku ini saudaramu

Untuk apa kau pancing bencana, dari tiap ayat perobek kalbu

Walau kelak jadi musuhmu, aku tetaplah penghembus nafas pendetak duniamu

Nata Christofa, Juli 2021 

Christof