Ilustrasi menyendiri (Pixabay)
Terasingkan dari hiruk pikuk gaduhnya dunia
Menyendiri di suatu bukit curam nan terjal
Bersila duduk kupejamkan mataku
Bersemedi tuk tenangkan pikiran jiwaku
Hiruk pikuk duniawi yang penuh kemunafikan
Membuat diriku penuh rasa penat dan kacau
Dunia ini tak ubahnya sebuah lakon sandiwara
Sandiwara yang penuh dengan kepura-puraan
Tertawa rasanya melihat lucunya kehidupan dunia
Semuanya penuh dengan kebenaran semu
Kebenaran yang membungkus dari keburukan
Hingga kebenaran sejati dihantam jua
Suasana hening di bukit menambah tenangnya jiwa
Berbalut pancaran sinar mentari pagi menyapaku
Tersengat hangatnya sang mentari yang memelukku
Seolah bukit bak sebuah gubuk bagi aku yang terasing
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Merenungkan Makna Hidup Melalui Novel Khutbah di Atas Bukit
-
Menyelami Isu Gender, Kemanusiaan, dan Sosial Politik dalam Novel Saman
-
Antara Doa dan Pintu yang Tertutup: Memahami Sajak Joko Pinurbo
-
Ulasan Novel Laut Bercerita: Catatan Kelam Gelombang Sejarah
-
Maret Kelam: Rakyat Muak, Sastra Orde Baru Jadi Pelampiasan!
Sastra
Terkini
-
Apresiasi Kinerja Timnas Indonesia U-17, Erick Thohir: Perjuangan Belum Selesai!
-
Laga Melawan Yaman dan Kontra Strategi Nova Arianto yang Berjalan dengan Mulus
-
Pencinta Fantasi Merapat, Inilah 4 Rekomendasi Anime dengan Protagonis Elf
-
Ganda Muda Pelatnas Debut di BAC 2025, Jafar/Felisha Ingin Bermain Maksimal
-
Gaya Chic hingga Edgy, 4 Ide Outfit ala Seulgi RED VELVET yang Wajib Dicoba