Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | riyuning
ilustrasi menunggu (Pexels/Maycon Marmo)

Masih ingatkah tentang segala mimpi yang kita buat bersama

Berjuta asa menanti tuk menjadi nyata

Dengan sekejap aku hancur, hilang tanpa arah

Kau pergi tanpa kata perpisahan meninggalkan cinta yang terpatri di dadaku

Bagaikan tersambar petir kala kudengar kepergianmu

Begitu pilu menghujam jantungku

Terisak isak aku menahan tangis tak kuasa menerima bahwa mimpi kita kan berakhir dengan kepergianmu

Tanpa sempat aku ucapkan betapa bersyukurnya aku dicintai olehmu

Tanpa sempat aku menggenggam erat tanganmu seraya berkata betapa berharganya kamu dalam hidupku

Kini aku sendiri hanya berteman bayangmu yang senantiasa mengisi malamku yang sunyi

Haruskah kubuang segala kenangan tentangmu

Sementara ingatan masih menyimpan jelas setiap memori bersamamu dan semakin membuat dadaku sesak

Aku bagaikan hidup tanpa arti tanpa kau di sisiku

Tak ada lagi yang terus mendampingi dalam suka duka

Hari-hariku kian kelam menanti kekasih yang takkan kunjung datang

Mengikhlaskanmu tak semudah yang mereka ucap

Hatiku teramat merindu dan kuyakin kau pun merasakan yang sama 

Lihatlah aku, masih berteman dengan cinta yang kau tinggalkan

Menahan perihnya rindu yang tiada berujung dan sakit yang tak kunjung terobati

Teramat sulit membuka hati pada yang lain 

Meski mereka datang silih berganti berharap kan sembuhkan hati yang lama mati

Namun tetap saja bayangmu terus menguasai raga dan jiwaku

Lebih baik sendiri daripada aku harus mengorbankan hati yang lain 

Karena nyatanya dalam diriku adalah semua tentangmu

Dan akan terus begitu hingga tiba waktuku dipersatukan kembali denganmu dalam keabadian cinta

riyuning