Rasuah yang menjadi sebuah tingkah lazim. Dengan segala kepongahan perilaku rasuah memakan segala kekayaan pundi-pundi negeri sebagai pemuas nafsu perut mereka.
Mereka dengan sadis merampok segala pundi-pundi uang negara sementara rakyat masih tercekik dalam kemelaratan. Tanpa malu-malu mereka bertingkah seperti itu. Bak pembunuh berdarah dingin. Tanpa puas dan merasa takut akan tingkah yang mereka lakukan.
Seakan mereka mulai melakukan makar atas perintah Illahi dengan tega memakan yang bukan haknya. Hak-hak rakyat yang masih terbelenggu kesusahan direnggut paksa oleh maling-maling kerah putih. Dengan bangganya perangai mereka tanpa tergores rasa ketakutan atas tingkahnya mereka.
Sebuah racun yang sangat mematikan seantero negeri yang bernama rasuah. Tingkah rasuah tanpa sadar juga banyak yang bertingkah seperti itu. Tak usah bercuap-cuap perihal perilaku rasuah. Padahal dirinya pun masih saja bertingkah rasuah dengan apa yang dilakukan oleh para maling-maling kelas kakap.
Sebuah kesia-siaan semata kala orang-orang berteriak selantang petir tentang rasuah. Namun setiap pagi masih saja terlambat datang menghadiri acara. Tingkah lakunya yang tak ada ubahnya sama sekali dengan koruptor.
Budaya rasuah yang terus mencengkeram seluruh negeri. Seakan tak ada usainya. Terus dan terus mencengkeram dalam keabadian yang sejati.
Tak akan pernah habis melilit sendi-sendi kehidupan negeri. Karena rasuah menjadi sebuah kelaziman demi pemuas perut yang tak kenal rasa puas.
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Poster Toy Story 5 Dirilis, Woody dan Buzz Hadapi Tantangan Era Digital
-
Ancaman Hoaks dan Krisis Literasi Digital di Kalangan Pelajar Indonesia
-
Bukan yang Pertama di Asia, Indonesia Lanjutkan Tradisi Tuan Rumah FIFA Series
-
Menikah Tak Punya Batas Waktu: Saatnya Berhenti Bertanya Kapan?
-
Putusan Bersejarah: Pengadilan Jepang Nyatakan Cloudflare Bertanggung Jawab atas Pembajakan