Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Taufan Rizka Purnawan
Ilustrasi Emas Batangan. (pixabay.com)

Sebuah kemilau emas yang begitu cantik permainya kala dipandang. Begitu menggoda siapapun tuk menggapainya. Emas menjadi rebutan dengan sejuta keelokan yang bersinar. Dengan harga yang amboi mahalnya pula.

Harga emas yang menjadi sumber khazanah bumi menjadi incaran bagi yang ingin memperoleh benda itu. Kilap kemilaunya membuat mata tak bisa terhenti tuk menatapnya. Bagai seorang perempuan cantik jelita dengan senyum manis wajah putih merona menjadi rebutan semua laki-laki.

Kian lama ambisi manusia berbaur dengan kelicikan tingkahnya tuk membidik emas yang elegan dan begitu memilikinya. Pelan demi pela manusia memakai segala siasat demi menggapai benda yang sangat anggun rupanya. Bidikan sadis manusia pada kemilau emas. Tak jarang manusia jahat saling menghabisi nyawa satu sama lain demi kemilau emas.

Bumi Afrika yang bertaburan kemilau emas sangat genit bagi siapa yang ingin meraih emas. Khazanah emas yang sangat melimpah terkubur di dalamnya. Namun kerakusan manusia berhati picik nihil kemanusiaan yang terlena akan genitnya emas. Hingga perang demi perang bergolak di Bumi Afrika. Jutaan nyawa yang tak ada harganya melayang di sana.

Begitulah kemilau yang menjadi rebutan hingga saling berlumuran darah tuk mendapatkannya. Begitu murah nyawa digadaikan dengan kemilau emas. Berebut emas hingga saling membunuh sesama anak bangsa. Khazanah emas di Bumi Afrika yang tercoreng oleh darah segar perang. 

Taufan Rizka Purnawan