Tentram abadi nan bahagia jiwa saat kerinduan terobati oleh hujan. Hujan menjadi sahabat setia kala aku kesepian. Bagai sahabat sejati yang menemaniku dalam alam kehidupan.
Bergejolak sejuta rasa kerinduan yang sangat menghanyutkan jiwa. Saat kepergian sahabatku yang pergi selamanya. Yang takkan pernah hadir kembali bersama diriku. Sahabatku yang sejatinya menjadi kakak bagi diriku.
Layaknya memberi sejuta tauladan yang sangat berfaedah sepanjang waktu dalam kehidupan. Namun sahabatku telah berpisah beberapa tahun yang lalu dalam sakit yang menyelimuti dirinya. Sebuah rada sedih yang kian membunuh jiwa.
Tak terduga secepat itu dia meninggalkanku. Hanyalah raut tangisan yang mengisi wajahku dalam waktu yang kurasakan hingga sekarang. Terukir doa yang kuhantarkan kepada Tuhan agar selalu merahmati sahabatku yang telah tiada.
Tiba-tiba hujan turun dengan deras. Langit gelap bersimbah kilat yang memancar. Gemuruh bunyi petir yang terus menyambar. Suasana senja menjelang malam yang sangat sunyi pecah seketika oleh petir yang berdendang.
Gembira hatiku menyambut hujan yang turun membasahi bumi. Bagai sahabat pelipur rasa rindu yang bergolak. Jiwa merasakan kegirangan saat derasnya hujan berbaur angin kencang. Damai abadi yang memeluk ragaku dalam kesendirian.
Senyum wajah yang berbaur aroma keriangan hati. Senyum abadi mengubah kesedihan hati yang selalu membayangiku saat-saat aku mengingat sahabatku yang telah tiada.
Kalimah syukur yang kuhantarkan akan sebuah kasih yang menghangatkan dalam butiran-butiran air hujan
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Jadi Groomsmen Boiyen, Andre Taulany Titip Doa Manis untuk Kedua Pengantin!
-
Bukan Cuma Bungkuk, Ini 5 Cara Sederhana Mencegah Skoliosis Biar Gak Makin Parah
-
Bukan Sekadar Hiburan, Ernest Prakasa Sebut Komedi Jalan Halus Kritik Tajam
-
4 Rekomendasi HP 1 Jutaan dengan Kamera Terbaik di 2025, Resolusi hingga 50MP!
-
Polemik Helwa Bachmid dan Habib Bahar: Klaim Istri Siri Dibantah Istri Sah?