Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Taufan Rizka Purnawan
ilustrasi petualang (pixabay).

Aku seorang petualang kehidupan yang berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Yang berjalan kaki menggapai arti kehidupan sejati. Yang membuang erat-erat segala keramaian, penuh ledakan kebohongan rupa yang berhias kebaikan budi.

Sebuah ironi dunia yang seolah sangat abadi begitu menjauhkan manusia dari dekapan Illahi. Sang Illahi yang sangat sayang pada manusia. Namun apa daya manusia yang begitu terlepas dari dekapan-Nya.

Dunia ini bagai tempat berpijak sementara. Tak ada yang abadi selamanya di dunia. Hingar bingar yang teramat menyesakkan batin. Batin yang sangat bergejolak tak tahan akan keriuhan dunia yang begitu membuatku terlena segala hal. Terpetik sebuah langkah tuk berjalan berpetualang dalam kehidupan.

Menjauhi segala godaan duniawi yang menyerukan segala kemegahan yang terasa semu bagiku. Menarik diri pelan-pelan dari semua tawaran dunia. Hingga kuniatkan tuk berpetualang mencari tempat yang menaungi batin. Batin merindukan sebuah hamparan kedamaian sejati.

Berpetualang menuju bukit tuk menggapai ketenangan yang mendekapku penuh khusyuk. Meditasi yang memberikan petuah batin akan kesempuraan batin. Dalam meraih nikmat surgawi yang nyata.

Nikmat surgawi yang begitu menambah sempurna jiwa manusia dalam khusyuk bermeditasi. Setelah bermeditasi dalam menggapai kesempurnaan, berpindah berpetualang pada sebuah tanah lapang.

Tanah lapang yang begitu luas bentangannya. Rumput-rumput ilalang yang berseru sapaan pagi hari yang menguasai waktu. Duduklah pada tanah kosong bertebaran rumput-rumput. Kurasakan nikmat kedamaian yang hakiki.

Taufan Rizka Purnawan