Membaur dalam ikatan fana kehidupan duniawi begitu penat di hati. Seakan ingin berakhir begitu dalam petuah kehancuran. Bagai api dalam sekam yang siap-siap membara, dunia yang semakin lama meledak hebat. Melenyapkan semua yang berpijak di dunia. Ikatan fana dunia sangat tak berarti apa-apa dibanding sebuah kehidupan setelahnya.
Akan tiba pembalasan seluruh manusia di dunia yang berbaur satu sama lain. Yang sudah tak peduli dengan yang lain. Pembalasan amat menentukan langkah kemana manusia menetap. Penentuan yang begitu membuat harap-harap cemas seluruh manusia di dunia. Lisan terkunci amat rapat tak berkata apa-apa.
Panca indera menjadi saksi nyata akan perbuatan manusia selama di dunia. Kala manusia dikumpulkan dalam panasnya padang mahsyar. Tak berkutik manusia tuk berbohong demi menutupi segala perbuatannya. Menjadi petaka bagi manusia laknat ancaman neraka yang menyala sebagai tempat keabadian. Menjadi bahagia bagi manusia suci dengan karunia surga yang menjadi tempat keabadian.
Ikatan fana dunia yang tak pernah kembali lagi membuat manusia semakin bingung. Berharap penuh sesal bisa kembali ke dunia. Namun itu semua penuh sia-sia semata. Tak ada lagi sesal kemudian hari yang semakin abadi dalam kehidupan setelah musnahnya dunia. Tangisan manusia menjadi tak berarti kala merengek ingin kembali ke dunia. Pengadilan Tuhan yang seadil-adilnya menentukan hasil timbangan perbuatan manusia di dunia
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Ulasan Novel The Briar Club: Kisah Perempuan Tangguh di Tahun 1950-an
-
Review Film Black Box Diaries: Catatan Kelam yang Menguak Pelecehan Seksual
-
3 Hal yang Kamu Dapatkan Jika Menyaksikan Drama Korea Nine Puzzles
-
Indonesia Open 2025: Jadwal Laga 12 Wakil Tuan Rumah di Babak Kedua
-
Chic dan Effortless! Intip 4 Inspirasi Gaya Kasual Harian dari Kim So Hyun