Tiada kuasa nyawa yang begitu tak berfaedah lagi di dunia. Yang semakin layu nyawa tak berdaya dalam kemelaratan moral. Seakan moral hanya menjadi hiasan petuah dari para pendahulu. Moral yang telah lenyap dari pegangan diri yang memberi naungan dari salah langkah berujung sesat sempurna. Nyawa menjadi ampas dunia yang sudah terbuang dari bauran kehidupan manusia lain.
Bercampur kebusukan diri yang lengkap sudah membungkus kehinaan yang nyata. Jiwa melarat nurani tak kenal kasihan dengan siapa saja. Jiwa yang tertutup dari ketukan pintu ampunan-Nya. Kiasan buruk rupa melengkapi semua durjana langkah.
Kemana melangkah pergi berpijak semakin tertatih-tatih lunglai tak ada daya. Tak kuasa menerima pedihnya siksa dunia karma kepicikan yang kujalani sepanjang hayat. Tak ada lagi yang mendekap menuntun langkahku menuju hidayah-Nya. Tanda terpisahnya raga dari seruan menuju jalan yang diberkahi Illahi.
Lunglai nyawa yang tak kuat lagi kuhadapi menjadi akhir dari hidup. Hidup menjadi singkat yang terikat dalam tali kesesatan sangat kuat. Redupnya lentera ampunan-Nya yang menyeru pada kehidupan lebih baik. Tak ada lagi penerang yang membawa kedamaian jiwa. Terhunus siksa Illahi yang amat menembus hingga punggung. Ini menjadi petuah akan usia yang semakin berujung. Ujung kehidupan yang menghampiri nyawaku.
Kehadiran malaikat maut yang kusambut dalam kepedihan pilu. Hanya pasrah pada raga yang sudah menjadi bangkai selangkah lagi.
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Sapu Bersih Stadion Jepang, ENHYPEN Siap Geber Tur Dunia ke AS hingga Eropa
-
Gaya Simpel Anti Gagal, 5 OOTD Minimalis Nychaa Nuttanicha yang Bisa Dicoba
-
Sinopsis My Spicy Love, Drama China Terbaru Hu Bing Qing dan Toby Lee
-
Jelang Ajang ASEAN Womens Cup 2025, Indonesia Panggil 23 Nama Pemain!
-
5 HP 5G Rp 2 Jutaan Terbaik Agustus 2025: Duel Sengit Para Jagoan