Tertawa memang tak dilarang. Asalkan porsinya pas, tidak berlebihan, dan tidak karena tujuan atau maksud-maksud yang jahat. Misalnya, tertawa dengan tujuan meremehkan orang. Tertawa secara berlebihan itu dapat menimbulkan dampak yang tidak baik. Terlalu banyak tertawa dapat menyebabkan hati manusia menjadi keras.
Sebagaimana dipaparkan dalam buku Sedikit Tertawa, Banyak Menangis (Safirah, 2015) karya Azizah Hefni ini. Salah satu dampak buruk tertawa secara berlebih-lebihan adalah berubahnya hati menjadi keras. Korelasinya adalah mereka yang tertawa secara berlebih-lebihan pasti dalam keadaan lupa diri. Kegembiraan yang mereka luapkan melalui tawa yang berlebihan itu, dan juga tertawa yang tidak pada tempatnya itu, akan membuat kesadaran batin tertutup. Mereka tak menyadari jika mereka telah melampaui batasan. Tak ada yang bisa menghalangi kesenangannya saat tertawa, sekalipun itu dirinya sendiri. Inilah yang kemudian membuat hati mereka menjadi keras (Sedikit Tertawa, Banyak Menangis, halaman 191).
Tertawa berlebihan juga dapat menyebabkan sifat dengki atau iri hati. Saat seseorang tertawa dengan maksud-maksud buruk tertentu, itu berarti ia telah mendatangkan penyakit dalam dirinya. Saat seseorang menertawakan orang lain dengan maksud mengejek atau mengolok-olok, saat itu sesungguhnya ia telah menunjukkan bahwa dirinya sudah terserang penyakit iri hati (Sedikit Tertawa, Banyak Menangis, halaman 196).
Tawa yang berlebih-lebihan, sebagaimana dipaparkan oleh Azizah Hefni, sangat rawan mendatangkan permusuhan. Saat seseorang merasa diejek, ditertawakan, atau dipermalukan, saat itu hatinya akan bergejolak. Jika ia tidak benar-benar memiliki kesabaran, pertengkaran pun tidak akan terhindarkan.
Daripada terlalu banyak tertawa, alangkah lebih baik bila kita memperbanyak merenung, menyesali dan menangisi segala kesalahan atau dosa-dosa yang pernah kita perbuat di masa yang telah lalu. Selanjutnya, berusaha untuk tak mengulanginya lagi, bertaubat, dan memohon ampunan-Nya.
Kesimpulan yang bisa dipetik dalam buku Sedikit Tertawa, Banyak Menangis bahwa menangis bisa menjadi tidak baik ketika niat, cara, dan tujuannya tidak tepat. Demikian juga tertawa menjadi tidak baik ketika niat, cara, dan tujuannya pun tidak tepat. Karena itulah, semua tergantung bagaimana seseorang mengatur dan mengelola potensi air mata dan tawanya itu (Sedikit Tertawa, Banyak Menangis, halaman 202).
Terbitnya buku Sedikit Tertawa, Banyak Menangis ini layak dijadikan sebagai bacaan yang membuat pembaca merenung sekaligus melakukan introspeksi diri. Selamat membaca.
Baca Juga
-
Rahasia Kebahagiaan dalam Buku 'Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan'
-
Cara Menghadapi Ujian Hidup dalam Buku Jangan Jadi Manusia, Kucing Aja!
-
Ulasan Buku Sukses Meningkatkan Kualitas Diri, Panduan Praktis Meraih Impian
-
Ulasan Buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-rata, Gunakan Masa Muda dengan Baik
-
Panduan Mengajar untuk Para Guru dalam Buku Kompetensi Guru
Artikel Terkait
-
Review Buku Hidup Tak Selalu Baik-Baik Saja, Ketika Hidup Tak Sesuai Ekspektasi
-
Membangun Sikap Kritis dalam Menangkal Ulasan Palsu di Google Maps
-
Review Buku Sebuah Kota yang Menculik Kita, Fenomena Sosial dalam Bingkai Puisi
-
Ulasan Film Wolfs: Kolaborasi Dua Fixer Profesional dalam Misi Sarat Intrik
-
Ulasan Anime 'Gokusen': Ketika Petinggi Yakuza menjadi Guru Matematika
Ulasan
-
Ulasan Film Wolfs: Kolaborasi Dua Fixer Profesional dalam Misi Sarat Intrik
-
Review Buku Hidup Tak Selalu Baik-Baik Saja, Ketika Hidup Tak Sesuai Ekspektasi
-
Rasanya Istimewa, Sensasi Kuliner di Kedai Nasi Nikmat Kota Jambi
-
Review Buku Sebuah Kota yang Menculik Kita, Fenomena Sosial dalam Bingkai Puisi
-
Love is A Promise: Berdamai dengan Trauma Demi Menemukan Cinta Sejati!
Terkini
-
BI Bekali 500 Mahasiswa Jabar Sertifikasi BNSP, Siap Bersaing di Dunia Kerja
-
3 Serum Korea Berbahan Utama Lendir Siput, Ampuh Perbaiki Skin Barrier!
-
Statistik Apik Gustavo Souza, Juru Gedor Baru PSIS Semarang Asal El Savador
-
3 Rekomendasi Produk Ampoule untuk Atasi Jerawat dan Kerutan, Auto Glowing!
-
Sentuhan Guru Tak Tergantikan, Mengapa Literasi Penting di Era AI?