Salah satu babak penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia adalah peristiwa kerusuhan 1998. Tak hanya membuat tragedi terbesar pasca G30S/PKI pada bulan September-Oktober 1965, peristiwa kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998 tersebut juga menyulut dua peristiwa penting di negeri ini, yakni lengsernya presiden Soeharto, dan juga dimulainya masa reformasi negara ini.
Lengsernya presiden Soeharto yang merupakan presiden kedua republic Indonesia pada bulan Mei 1998 dianggap sebagai puncak dari perjuangan rakyat dan mahasiswa dalam upaya mereka mengubah tatanan negara. Setelah berkuasa selama 32 tahun, presiden Soeharto akhirnya lengser setelah tersudut dan mendapatkan tekanan dari berbagai penjuru.
Namun, tentu saja lengsernya orang terkuat di Indonesia kala itu tak terjadi dengan tiba-tiba. Jauh sebelumnya, perjuangan panjang para aktivis pro demokrasi telah dimulai. Tak hanya berkorban secara fisik, mereka bahkan harus berkorban nyawa dan tidak diketahui keberadaannya.
Film 'Istirahatlah Kata-kata' yang dirilis pada 19 Januari 2017 lalu mengangkat salah satu tokoh yang menjadi ikon reformasi, Widji Thukul. Aktivis yang sampai saat ini keberadaannya tak diketahui itu memang dikenal sebagai tokoh yang resistant terhadap kekuasaan keluarga Cendana.
Widji Thukul yang merupakan seorang penyair, dikenal karena kelantangannya dalam meneriakkan rasa ketidakadilan pemerintah terhadap masyarakat. Ketika terjadi kerusuhan Jakarta tahun 1996, dirinya bersama dengan para aktivis lainnya dituduh bertanggung jawab, sehingga membuat mereka harus dikejar-kejar oleh aparat penegak hukum.
Demi menyelamatkan diri dan meneruskan perjuangan, Wdji Thukul pada akhirnya terpaksa terbang ke Pontianak, Kalimantan Barat dan bersembunyi selama kurang lebih delapan bulan. Bahkan, demi menghindari kejaran aparat, Widji Thukul harus berganti identitas hingga beberapa kali.
Selama dalam masa pengungsian di Pontianak, Widji Thukul tetap mempertahankan idealismenya dengan menulis puisi dan cerita pendek yang penuh dengan gelora perjuangan demi menggapai reformasi. Dan selama delapan bulan itulah, dirinya harus rela tak bisa bertemu dengan keluarganya, karena di Solo, Sipon sang istri beserta anak-anaknya, berada di bawah pengawasan ketat kepolisian.
Namun sayangnya, perjuangan Widji Thukul harus berakhir satu bulan menjelang kelengseran presiden Soeharto. Pada Bulan Mei 1998, sang aktivis menghilang, dan sampai kini tak pernah terungkap keberadaannya.
Nah, bagi teman-teman yang ingin mengetahui kisah perjalanan Widji Thukul secara lengkap, bisa menontonnya di film berjudul 'Istirahatlah Kata-kata' yang dibintangi oleh Gunawan Maryanto dan Marissa Anita ini ya! Dengan menonton film ini, setidaknya kita bisa merasa bersyukur karena saat ini hidup di kondisi yang aman dan damai, tidak seperti dalam film ini.
Tag
Baca Juga
-
Ronde Keempat Mengintip, Bagaimana Recap Negara-Negara Asia Tenggara di Ronde Ketiga?
-
Sempat Ogah-Ogahan vs Arab Saudi dan Australia, Beruntungnya Jepang Main Serius Lawan Indonesia
-
Lolos ke Ronde Keempat Kualifikasi, Indonesia Bikin Negara-Negara Asia Tenggara Makin Susah
-
Meski Terbantai di Laga Terakhir, Indonesia Tetap Berhak untuk Sandang Tim Terbaik ASEAN
-
Sering Sindir Terkait Naturalisasi, Ternyata Malaysia Lebih Parah daripada Timnas Indonesia
Artikel Terkait
Ulasan
-
Menelusuri Makna Sindiran Halus Lewat Lagu Billie Eilish Bertajuk Bad Guy
-
Taman Wisata Lembah Wilis, Rasakan Sensasi Berenang dengan View Alam yang Cantik
-
Ulasan Novel I Will Blossom Anyway: Antara Keluarga dan Kebebasan Diri
-
Cerita Tentang Kutukan Keluarga dan Sihir Tua di Novel a Pinch of Magic
-
Kebun Mawar Situhapa, Menyaksikan Koleksi Bunga Hias dengan View Pegunungan
Terkini
-
4 Ide Outfit Simpel ala Karina aespa, Cocok Buat Ngampus Sampai Nongkrong!
-
Drama Mercy for None Raih Peringkat 2 di Daftar Serial Non-Inggris Netflix
-
Kebobolan 6 Gol, Emil Audero Masih Layak Bersaing Jadi Kiper Utama Timnas?
-
6 Rekomendasi Drama China Bunny Zhang, Ada Egg and Stone
-
Ronde Keempat Mengintip, Bagaimana Recap Negara-Negara Asia Tenggara di Ronde Ketiga?